Hari sudah pagi. Kulihat sinar matahari sudah sedikit menembus masuk lewat jendela kamarku. Kulihat jam dindingku, tepat menunjukkan pukul 5.
"Yah ga dibangunin lagi sama mama. Mendingan aku ambil air wudhu dulu." Aku menarik nafas sebentar kemudian bergegas mengambil handukku."Hahaha udah bangun? Ketinggalan lagi shalatnya? Di sekolah baru ini, kamu harus bisa lebih disiplin lagi." Ucap mama yang kelihatannya sedang sibuk merapihkan dapur. Yah karena rumah ini tidak terlalu besar, jadi ruang dapur dan ruang makan hanya dibatasi lemari piring.
"Ga ketinggalan kok ma." Aku pun langsung menyantap sarapan yang sudah tersusun rapih diatas meja makan.
"Aku berangkat dengan apa Ma?" Tanyaku pada Mamah setelah makanku beres. "Karena kebetulan Pak Anton belum bisa berangkat hari ini, kamu terpaksa naik angkot." Pak Anton ini adalah supir pribadi keluargaku. Tetapi karena papah lebih suka mengendarai mobilnya sendiri, papah membelikan mobil Honda New Jazz baru untukku. Memang dulu biasanya aku membawa mobil sendiri ke sekolah, karena kami baru pindah, mobil itu dititipkan pada pak Anton dulu.
"Heh malah bengong, cepatlah berangkat! Sudah jam setengah tujuh. Naik d6 yah dari sini. Hati-hati."Aku pun langsung bergegas pergi menuju sekolah. Aku menaiki angkot yang mamah bilang.
Dari kejauhan tampak anak-anak sedang berlari-lari memasuki pintu gerbang sekolah. "Ini kan bukan hari senin? Kenapa mereka buru-buru begitu ya?" Gumamku dalam hati. "Kiri pak supir.." Kemudian angkot pun berhenti di sisi kiri jalan, ku serahkan uang 3000, dan aku bergegas menyeberang. "Yaampun eh kok ditutup, pak tunggu pak.." Teriakku dari kejauhan. Ternyata pak satpam itu mendengarnya. "Pak, mohon izinkan saya masuk pak." Ucapku memelas pada pak satpam yang tidak kukenali ini. "Kamu anak baru ya? Saya belum pernah melihat wajah kamu sebelumnya." Tanya satpam itu sambil memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aduh, gatau apa gue udah telat gini. "Pak tolong bukain pak.. saya gatau kalau jam segini gerbang sudah ditutup." Ucapku dengan nada memelas lagi. Lalu pak satpam itu pun membuka kunci gerbang dan membiarkanku masuk. Setelah sampai di dalam gedung sekolah, ku lihat masih banyak anak-anak yang berada di luar sekolah. "Oh, jadi masuk tetap jam tujuh tapi gerbang sudah ditutup jam setengah tujuh. Benar benar ketat banget peraturannya." Gumamku dalam hati. "Eh, dimana yah ruang kelasku? Apa mamah lupa memberi tahuku? Adaa aja.." Ucapku dalam hati sambil menepuk keningku.
Ketika aku masih berdiri di halaman sekolah, banyak cewe yang berdatangan padaku. "Hei, kamu anak baru ya? Kenalin,nama aku Aurell." Ucapnya dengan nada yang dibuat-buat. Hei, ngapain cewe-cewe ini disini? Bisa mati gue kalau ketauan guru. Aku tanya saja beberapa cewe dimana letak ruang TU nya. "Bisakah salah satu kalian mengantarkanku ke ruang TU?" Tanyaku. Sontak cewe-cewe itu berebut memegang lenganku. "Ayo aku antarkan,my babyboy." Jawab Aurell sambil memeluk lenganku kuat-kuat. Dasarr.. tapi gapapa deh, biar gue cepet ketemu kepala TU nya.
"Disini my babyboy." Ucapnya dengan nada yang sangat bosan ku dengar. "Thanks." Jawabku ketus lalu memasuki ruangan. "Permisi." Ucapku yang membuat semua mata pegawai tertuju padaku. Lalu ada seorang bapak-bapak yang menghampiriku. "Oh masuklah. Kamu Kevin Aditya? Pindahan dari Kota Jakarta ya?" Tanya bapak itu. "Ya benar pak, dima-" Belum sempat menyelesaikan pembicaraanku, tanganku diseret dengan lembut oleh bapak itu. "Disini ruang kelas mu nak. Selamat belajar." Ucapnya lagi kemudian berlalu dariku.
Sebelum aku memasuki ruang kelas, ku lihat suasana sekolah yang tadinya ramai sudah tidak ada lagi siswa yang berkeliaran, kecuali diriku. Lantas aku mengetuk pintu kelas dengan lembut. "Masuklah.."
"Ok class, ibu baru dapat laporan dari kepala TU bahwa ada seorang siswa baru yang akan bergabung dengan kelas kita." Aku yang masih berdiri di ambang pintu, sedikit merasa gugup ketika melihat siswa-siswa di ruangan itu. Lalu membulatkan kedua bola mataku, ternyat Aurell dikelas ini juga. "Kemarilah.." untuk menghindari rasa canggungku, ku kumpulkan seluruh keberanianku dan berjalan sok santai. "Nama saya Dewi. Saya wali kelas baru kamu. Dan perkenalkan namamu."
"Nama saya Kevin Aditya. Saya pindahan dari salah satu sekolah negeri di Jakarta. Saya tinggal di-" Lagi-lagi belum sempat menyelesaikan pembicaraanku, ku lihat Aurel mengacungkan tangannya. "Sudah punya pacar belum?" Tanyanya mengagetkan dan membuat tertawa seisi ruangan. Tidak terkecuali aku. "Belum." Jawabku spontan. Dan lagi-lagi seisi kelas menertawaiku. Astaga, bego banget gue. "Sudah-sudah.. nah, sekarang kamu bisa pilih dimana kamu duduk. Nah kebetulan tuh ada satu bangku kosong, disebelah Rafa. Anaknya baru kemarin pindah kelas." ucap bu guru sambil menunjuk salah satu bangku. "Terima kasih bu.." Aku pun langsung menenteng tas ku di salah satu pundakku. "Aaa.. my babyboy." Lagi-lagi, terdengar suara membosankan Aurel itu.
"Hei, nama gue Rafael. Panggil aja Rafa." Terdengar suara teman sebangku yang membuatku membalikkan badan padanya. "Kevin. Nice to meet you,bro." Jawabku dengan memberikan sedikit senyuman padanya. Bukan karena gue sombong, tapi karena gue canggung. Rafa ini agak sedikit tampan dari gue. Dia blasteran China, terlihat dari bola matanya yang coklat, tetapi tidak sipit, kulitnya yang kuning, dan poni rambut yang dibiarkan menjulang, sama seperti gue. Bedanya,mungkin gue blasteran Amerika. Karena cara tutur bahasa kami yang berbeda. Hahaha..
Bel istirahat berbunyi, semua murid-murid di kelas membereskan buku-bukunya dan berhamburan pergi keluar kelas. Tidak dengan geng Aurel, mereka malah pergi ke tempat ku. Aku hanya memutar bola mataku membuang muka ke arah jendela kiri dengan kepala sedikit dimiringkan bertumpu pada kepalan tanganku yang ku letakkan di meja belakang.
"Hei Rafa, hei Kevin. Dua babyboy ku engga pergi jajan?" Tanyanya dengan nada yanggg sangaat membosankan untukku. "Hei Aurel! Cepat pergilah dari kami berdua." Teriak Rafa sambil menunjuk Aurel dan gengnya. "Ih Rafa kok jadi galak gitu sih rel abis putus dari kamu?" Tanya salah satu teman Aurel yang berambut panjang ikal memakai bandana diamond warna biru. Ku lihat Aurel memanyunkan dan memutar bibirnya yang pink, kemudian pergi meninggalkan kami berdua."Eh apa gue ga salah denger? Aurel putus dari lu, Raf? Berarti dia mantanlu dong?" Tanya gue penasaran "Iya. Dia memang mantan gue." Jawabnya dengan nada datar. "Terus gimana dengan lo? Apa lo udah punya pacar lagi?" Tanyanya lagi, sebenarnya gue cukup penasaran dengan gimana rasanya mencintai. Selama ini, walaupun wajah gue bisa dibilang paling tampan, dan dari dulu banyak cewe yang dekat sama gue, tetapi gue sangat tidak tertarik untuk merasakan apa itu CINTA. "Iya punya. Eh sebentar ya, gue mau ke kelas sebelah dulu." Jawabnya kemudian berdiri dan berlari ke luar kelas. "Tunggu! gue ikut Raf." Teriak gue dan mengejarnya keluar kelas. Ternyata lari Rafael cukup kencang juga, dia sudah sampai di kelas seberang. Tunggu tunggu, dia bersama cewe. Apa itu pacarnya? Kayaknya kalau gue kesana, gue cuma jadi obat nyamuk. Mending disini aja deh. Dan gue lebih memilih duduk di kursi depan kelas. Rambut cewe itu panjang,lurus,hitam. Berponi, yang bikin dia jadi kelihatan imut. Eh apaan sih gue, dia pacar Rafa. Teman yang udah gue anggap sebagai sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertamaku Berawal dari Line
Teen FictionKenalin, nama gue Kevin Aditya. Panggil gue Kevin aja. Kalau bisa dibilang gue ini anak gaul Line lah. Iyak LINE! Lo tau kan? Itu loh aplikasi instant message. Aplikasi ini cuma bisa dipasang di android atau ios, jangan coba-coba lo pasang Line di N...