Syakira sedang duduk termenung di meja belajarnya sambil melihat rintikan hujan yang membasahi tanah. Jendela yang tertutup membuat dinginnya hujan tidak menusuk kulit. Hanya pendingin ruangan yang membuat Syakira sedikit terganggu karna malam ini memang dingin. Dengan sejuta harapan akan munculnya keajaiban, Syakira menyesap kopi hitam yang sudah mendingin di sampingnya.
Dengan inisial nama yang berurutan 'R' 'S'
----
"Kak!" Panggil Syakira kepada Rama. Laki-laki yang selalu mengisi hari-harinya selama tujuh belas tahun perjalanan hidupnya.
Rama menoleh pada Syakira yang kini duduk di salah satu kursi disamping Rama, memperhatikan pekerjaan Rama yang sibuk sendiri bersama laptopnya, "apa, Ra?"
Syakira memanyunkan bibirnya, "besok temenin gue ke ultah temen," pinta Syakira pada Rama yang kini kembali fokus pada laptopnya, "gue serius!"
Rama menaikan sebelah alisnya menatap Syakira yang wajahnya semakin menggemaskan, "kenapa harus sama gue?"
Syakira menghembuskan nafas lelah melihat tingkah Rama yang tidak pernah peka, "plis, Kak," pinta Syakira memelas pada Rama, "gue gak yakin bisa keluar malem kalo gak sama lo, Mama pasti akan sangat percaya kalo gue pergi sama lo."
Rama menutup laptopnya, "kapan?"
"Lo mau?" Mata Syakira membulat lucu membuat Rama gemas dan mencubit pipi perempuan itu.
"Iya," Rama tersenyum tulus pada Syakira yang kesenangan, "kapan?"
Syakira refleks memeluk Rama yang berada di sampingnya dengan antusias dan ganas, "anjir, gue ga percaya lo mau."
"Lah," jeda Rama, "gue ini selalu ada buat lo, lo aja yang gak pernah ngerhargai gue."
Syakira melepaskan pelukannya, "gue kira, ntar gue bakal ke pesta Maudy kaya jones dateng sendirian."
Rama terkekeh melihat Syakira yang terlalu berlebihan, "lebay banget."
"Sialan," Syakira mencubit lengan raama ganas. Hal yang selalu dilakukannya jika Rama melakukan hal-hal yang membuat Syakira kesal, "lo irit banget ngomongnya sama gue, jangan gitu ntar gak laku."
"Enak aja," protes Rama pada Syakira yang menuduhnya, "gini-gini gue banyak yang suka."
Contohnya gue, batin Syakira.
"Iyain aja biar seneng," Syakira memutar matanya mendapati Rama dengan tingkat kepedean dan sok kegantengannya mulai naik, "sok kegantengan banget."
Rama tertawa, membuat darah Syakira mendesir mendengar tawa yang selalu mengisi hari-harinya selama tujuh belas tahun, "gue emang ganteng tau," ungakap Rama, "ntar di sana lo umpetin gue ya, nanti banyak yang mau masukin gue ke dalam karung buat dibawa pulang."
"Anjirr," Syakira tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Rama yang kelewat PeDe itu, "lo terlalu yakin, temen gue banyak yang ganteng dari lo."
"Oh ya?" Tanya Rama tak yakin mendengar pernyataan Syakira.
"Iya," jawab Syakira yakin dengan jawabannya, "ngapain gue bohong."
Rama menggeleng tak percaya, "trus kenapa lo masi jomblo?"
Skakmat.
Syakira menyipitkan matanya mencoba menetralisir debaran di dadanya, "sialan," umpat perempuan itu jengkel sambil mencubit lengan Rama, "gue kan emang gak mau pacaran, Ram—"
"Ups," potong Rama segera, "what did you say?" Rama menaikan alisnya membuat Syakira menyadari sesuatu denan wajah jengkelnya.
"Anjay," umpat Syakira untuk keberapa kalinya selama bersama Rama beberapa menit ini, "jangan bilang mama, pliss," perempuan tujuh belas tahun itu menyatukan kedua tangannya memohon pada Rama.
Rama tertawa puas melihat ekspresi Syakira yang pias, "awas ya lo manggil nama gue tanpa embel-embel 'kak' lagi," Rama mencubit hidung Syakira gemas membuat perempuan itu semakin jengkel karna tingkah laki-laki yang lahir empat tahun lebih dulu dibandingkan dengan dirinya.
Syakira memegangi bekas kejahatan Rama, "sialan lo."
"Jadi," ucap Rama menggantung membuat Syakira menatap mata laki-laki itu. Begitu dalam dan membuat Syakira seakan tenggelam disana, membuat degub jantungnya semakin menggila, "acaranya kapan?"
Tersadar dari hayalannya yang tenggelam dalam mata hitam Rama, "ehh," ucap Syakira salah tingkah pada laki-laki yang berada di sampingnya itu, "kan gue bilang tadi, gue minta temenin besok."
"Eh?" Ucap Rama bingung pada dirinya sendiri.
Syakira tertawa sembari mnghilangkan degub jantungnya, "ganteng-ganteng lupaan sih."
Rama minjat dahi Syakira membuat perempuan itu mengaduh, "sakit, Kak," kemudian seperti biasa ketika dia kesal pada Rama, Syakira mencubit lengan Rama dan mereka tertawa untuk kesekian kalinya.
"Ra," Setelah tawa mereka mereda, Rama berucap, "ada banyak rasa sayang di dunia ini yang nggak bisa menjadi satu. Dua orang saling mencintai yang hidup berdampingan tapi tidak bisa bersama. Dan sebuah kapal yang tidak berlabuh pada pelabuhan pilihannya."
Syakira termanggu menatap mata hitam milik Rama yang kembali membuatnya tenggelam. Membuatnya kembali terseret lebih jauh. Membuatnya mencinta semakin dalam kepada laki-laki yang akan selalu hidup berdampingan dengannya. Kepada laki-laki yang selama tujuh belas tahun mengisi hari-harinya. Kepada laki-laki yang empat tahun lebih dahulu lahir di dunia. Kepada laki-laki yang dicintainya tetapi tidak akan pernah dimilikinya.
"Ma–maksudnya?"
Rama menutup matanya tersadar dari lamunannya, menghirup nafas berat kemudian kembali membuka matanya sembari menghembuskan nafas, "jangan pernah jatuh terlalu dalam sama orang yang gak akan pernah bisa jadi milik lo."
---
Perempuan itu menatap langit yang mulai cerah seusai hujan gerimis yang membasahi tanah. Mengharapkan sebuah keajaiban akan datang dan memberikannya harapan. Bahkan untuk berharap pun tak mampu. Syakira tersenyum menatap bingkai-bingkai foto yang menghiasi meja belajarnya. Ada sebuah bingkai yang cukup mencolok, fotonya bersama keluarganya. Ada fotonya sendirian sedang memegang gadget dan tersenyum di taman. Syakira ingat, Rama yang mengambil foto itu saat mereka sedang berada di taman di dekat rumah teman Syakira. Mayoritas semua foto adalah foto dirinya bersama dengan Rama. Dari berbagai pose yang formal hingga pose yang freak. Tapi ada sebuah foto yang begitu mencolok dari berbagai foto yang terpajang di meja belajarnya. Dengan bingkai yang lebih besar dari yang lainnya. Dimana pada foto itu, Rama mencium pipinya dan Syakira tertawa bahagia terlihat pada foto itu. Mereka harus tetap hidup berdampingan bersama mengarungi hidup, tapi mereka tidak bisa bersatu seperti pasangan lainnya. Semuanya terlalu rumit.
I miss that way i look at you without this stupid feeling. I miss your kiss on my cheeks. I miss our old conversation when we was child. I think this feeling never forget but it was end last years ago. We fall in love and no one know. I think we're have a good act. We're act like nothing happen but it was verry hurt, i bet. I try my best but it's not working as you say. There is many people in love but they can't together, it us. Am i right?
Because i know, i can't always love you.
This is so wrong.
I'm sorry for this stupid feeling, i'm sorry with this stupid called brother complex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Power
Cerita PendekHOLAAA! Kita kembali lagi di Event kali ini, Event by Newmem. Jadi, cerita ini dibuat oleh para newmem kita, yang isinya cewek semua-itulah alesan kenapa judulnya Girl Power. Enjoy! Regards, All admin.