PERKENALAN ANTARA DIA DAN DIA

109 15 4
                                    

Suara dering ponsel berhasil membuatnya terbangun dari tidurnya. Matanya membuka perlahan, dia menatap ke arah jam yang menggantung di dinding kamarnya. Dia mendecih sebal ketika melihat jarum jam masih menunjuk ke angka 5. Jadi orang gila macam apa yang menelponnya sepagi ini? Naerng menggeram kesal. Dia kembali tidur dan memejamkan matanya lagi, mecoba untuk tidak memperdulikan ponselnya yang terus saja berdering. Tetapi, suara dering ponselnya itu benar-benar memekakan telinganya. Dan dengan sangat terpaksa, tangannya meraih ponsel hitam miliknya itu yang dia taruh di atas laci yang berada di samping tempat tidurnya.

Naerng mengangkat panggilan teleponnya, tanpa melihat siapa yang meneleponnya, "Halo?"

"Jangan bilang kalau kau belum bangun," suara itu? Bukankah itu suara Jayler. Naerng bangun dari tidurnya. Dia menjauhkan ponsel miliknya itu dari telinganya, matanya membaca nama yang tertulis di layar ponselnya "Jman"

"Ada apa?" tanyanya malas, sambil merebahkan tubuhnya kembali di tempat tidurnya.

"Aku sekarang ada di depan rumahmu," dan itu berhasil membuat Naerng bangun dari tidurnya dengan tiba-tiba untuk yang kedua kalinya. Kedua matanya kini benar-benar terbuka, dan rasa kantuk yang tadi menggelayutinya kini telah hilang entah kemana.

"Ayo kita olahraga. Cepat keluar, jangan membuatku menunggu terlalu lama," Jayler memutuskan sambungan teleponnya, tanpa menunggu jawaban Naerng.

"Kenapa dia begitu menyebalkan?" Naerng bangun dari tempat tidurnya. Dia berjalan menuju kamar mandi. Dengan cepat dia mencuci wajahnya, dan menggosok giginya. Setelah itu, dia mengganti baju tidurnya dengan baju olaraga. Sebuah celana oleharag pendek, dengan tanktop yang dibalutnya dengan jaket warna pink

ooo

Jayler yang sedari tadi menunggu Naerng, tersenyum ketika melihat pintu rumah Naerng terbuka. Jayler menatap Naerng yang berjalan menghampirinya sambil tersenyum, sebuah senyuman yang menurut Jayler sangat terlihat aneh.

"Naerng? Kau baik-baik saja?" tanya Jayler sambil tertawa.

"Aa?" Naerng heran kenapa Jayler menanyakan dia baik-baik saja, ditambah lagi dengan tawanya yang terdengar begitu menyebalkan itu. Memangnya ada apa dengan dirinya? Apa ada yang aneh?

"Itu," tunjuk Jayler pada bibir Naerng, "Kau memakai lipstik?" Jayler kembali tertawa. Dia berjalan mendahului Naerng. Bukannya mengikuti Jayler, Naerng malah terdiam di tepatnya. Wajahnya tertunduk lesu, dia tersenyum, sebuah senyum pahit yang begitu terlihat menyedihkan.

Flasback

"Apa aku harus memakai lipblam? Aa.. sepertinya harus," Naerng mengambil lipblam warna pinknya, lalu kemudian memoleskannya pada bibirnya. Sebuah senyuman sedari tadi pun tak kunjung luntur menghiasi wajahnya. Naerng tidak menyangka jika Jayler mengajakanya untuk lari pagi. Bahkan ini adalah untuk yang pertama kalinya, sejak dua tahun lalu, saat mereka masih duduk di bangku kelas 9.

"Mau sampai kapan kau berdiri disana?" teriak Jayler dari jauh, dan berhasil membua Naerng tersadar dari lamunannya, "Kalau kau masih tetap berdiri disana, aku bisa tidak bertemu dengan Pearwah," ucap Jayler yang kembali berjalan menghampiri Naerng.

"Aa? Pearwah?" suaranya seperti tercekat di tenggorokan ketika mengucapkan nama Pearwah. Jadi, Jayler mengajaknya untuk lari pagi, karena ingin bertemu dengan Pearwah? Rasanya Naerng ingin sekali tertawa, mentertawakan dirinya yang terlihat begitu bodoh sekaligus menyedihkan. Lalu, untuk apa dia memakai lipblam seperti gadis bodoh? Bahkan Jayler pun mentertawakannya dan berkata bahwa Naerng memakai lipstik.

"Dasar bodoh! Seharusnya kau tahu dimana letak perbedaannya lipstik dan lipblam," gerutunya dalam hati.

"Ayo cepat kita pergi," Jayler menarik tangan Naerng untuk mengajaknya berlari. Tetapi dengan cepat Naerng menarik tangannya dari genggaman Jayler.

LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang