Jealous?

66 7 0
                                    

(Pov James)

Kenapa dengan wajahnya? Kenapa wajahnya tiba-tiba terlihat murung seperti itu? Kenapa dengan dia?

Apa laki-laki itu yang membuat Naerng sedih? Sebenarnya siapa laki-laki itu? Apa dia pacarnya Naerng?

Segala pemikiran bodoh itu sedari tadi terus saja berputar cepat di dalam otakku.

(Pov Jayler)

Untuk apa Naerng terus menatap ke arah laki-laki itu? Apa begitu spesialnya laki-laki itu? Jika dia memang anak baru, lantas apa sebegitu berpengaruhnya dia? Apalagi dia baru dua hari masuk sekolah ini.

"Apa itu? Kau membeli novel baru lagi?" tanyaku padanya, mencoba untuk membuat dia melihat ke arahku. Orang yang kini berada di sampingnya.

"Kapan kau membelinya?" tanyaku lagi.

"Kemarin," jawabnya yang kini mengambil duduk di sampingku"Kemarin kau kemana?"

"Ada hal yang harus aku lakukan," jawabku. Yah benar, kemarin aku memang tidak masuk sekolah. Karena ada hal yang harus aku lakukan. Yaitu mempersipkan rencanaku untuk menyatakan perasaanku pada Pearwah.

"Kau bisa membantuku?" tanyaku pada Naerg yang kini terdiam entah karena apa. Dia menolehkan wajahnya, tersenyum hambar lalu kemudia menganggukan kepalanya tanda setuju.

Kenapa dengan senyum itu? Apa dia sakit? Aku merasa ada yang beda dengan Naerng saat ini.
.
.
.

Selama pelajaran berlangsung Naerg terus
saja diam. Bahkan dia terlihat melamun, ketika aku bertanya padanya pun, dia hanya menjawabnya dengan seadanya.

Saat istirahat pun, dia tidak keluar kelas. Dia bahkan menolak ketika aku mengajaknya pergi ke kantin. Dan sekarang, dia juga menolak untuk oulabg bersamaku.

"Kau bisa pulang dengan Pearwah," kenapa dengan dia?

"Apa maksdumu? Aku kan mengajakmu pulang bersama, lalu kenapa kau malah menyuruhku untuk pulang dengan Pearwah?" tanyaku kesal. Apa ini yang membuatnya sedari tadi diam saja? Apa dia tidak suka karena aku meminta bantuan padanya? Picik! Kenapa dia sepicik itu.

(Pov Naerng)

Sudah berulang kali aku berusah untuk bersikap biasa saja. Tapi itu sangatlah sulit untuk dilakukan. Dan sekarang Jayler malah marah padaku hanya karena aku menyuruhnya pulang dengan Pearwah. Memang letak salahnya dimana? Aku hanya ingin membuatnya lebuh dekatvdengan Pearwah. Walau semuanya memang omong kosong.

"Bukan begitu. Kau salah paham, aku ha....

"NAERNG pulang denganku," aku menolehkan wajahku ke arah suara itu, begitu juga dengan Jayler.

James? Dia bilang apa tadi? Rasanya aku ingin sekali berteriak dan memeluknya erat. Karena dia seperti malaikat penolongku saat ini.

"Kau pulang dengannya?" Jayler menatapku lekat, sorot matanya tajam dan entahlah.

"Iya.. emmmm aku lupa bahwa hari ini aku sudah janji dengan James untuk mengantarnya berkeliling sekolah," jawabku berbohong.

Aku harap dia percaya.

"Berkeliling sekolah? Untuk apa? Ayo kita pulang," bukannya pergi, Jayler kini malh menarik tanganku. Aku akui ini sangat amatlah sakit. Bagaimana tidak, ketika kau berusaha keras untuk menjauh, untuk menguburnya, malah orang itu kini bersikap seperti ini.

Aku menarik tanganku dari genggama Jayler, "Pulanglah."

(Pov Author)

Jayler mendecih sebal. Dia berlalu pergi meninggalkan kelas, tanpa berkata sepatah katapun. Naerng hanya bisa diam menatap punggung Jayler yang kini menghilang di balik pintu kelas. Naerng tidak tahu kenapa Jayler bersikap seperti itu. Bersikap seolah Naerng salah hanya karena menyuruh Jayler untuk pulang dengan Pearwah. Tanpa tahu betapa berat hatinya mengatakan itu.

LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang