I'm James, Your Naerng?

66 9 0
                                    

(Pov Author)

Laki-laki itu berjalan memasuki kelas. Senyumnya mengembang menambah kesan baik pada dirinya.

"Silahkan perkenalkan dirimu," ucap guru Ihn yang berdiri tepat di sampingnya. Laki-laki itu menganggukan kepalanya tanda mengerti. Dia mengalihkan arah padangnya ke depan, tepat ke arah semua murid yang kini tengah menatapnya dengan tatapan begitu intens. Karena siapa pun akan mengakuinya, bahwa dia memang tampan. Ralat, tapi sangat tampan.

"Perkenalkan, namaku James Teeradon Supapunpinyo. Tapi kalian bisa memanggilku James. Dan aku pindahan dari Siam."

(Pov James)

Aku akui, wajahku memang tampan. Jadi tidak heran jika kini semua mata tertuju ke arahku. Tapi, kenapa dengan gadis itu? Dia melihat ke arahku dengan tatapan matanya yang terlihat begitu datar? Tatapan mata macam apa itu?

"Kau bisa duduk disana," suara itu berhasil membuyarkan pemikiranku tentang gadis berwajah datar bak triplek itu.

"Disana?" tanganku ikut menunjuk ke arah gadis yang tadi berkeliaran di dalam kepalaku.

"Yah, disana," ulang guru Ihn.

"Jayler duduk disini, bu," langkahku terhenti ketika mendengar gadis itu berbicara. Suaranya? Entah kenapa suara itu begitu aku suka. Wajahnya masih terlihat sama, datar tanpa ekspresi. Padahal kini dia sedang berbicara dengan seorang guru, tetapi seolah dia tidak mau repot-repot untuk sekedar menunjukan sebuah senyuman, walau senyum tipis sekalipun, tidak dia lakukan.

"Mana Jayler?" aku menatapnya yang kini menatap ke arah guru Ihn.

"Aku tidak tahu," ucapnya pelan, "Dia belum datang," lanjutnya.

"James, duduklah," aku tahu, guru Ihn seolah tak memperdulikan ucapan gadis itu. Karena setelah dia menyuruhku untuk duduk, dia malah membuka buku tebal yang dia bawa dan menyuruh semua murid untuk membuka hal 50 di buku paket.
.
.
.

Sedari tadi pikiranku seperti melayang pergi entah kemana. Bahkan tak sedikit pun penjelas guru Ihn yang aku tangkap. Karena gilanya, aku malah terus memikirkan gadis yang berada di sampingku. Yang kini tengah fokus pada penjelas yang diberikan guru Ihn.

(Pov Thanaerng)

Kenapa dengan laki-laki ini? Kenapa sedari tadi dia terus melirik ke arahku? Membuatku jengah saja.
.
.
.

Bel istirahat berbunyi. Dan sungguh, aku sangat senang mendengarnya. Aku benar-benar ingin keluar dari kelas ini. Meninggalkan laki-laki yang kini tengah membereskan buku miliknya itu.

Aku berjalan melalui belakang, melewati kursinya. Tetapi tiba-tiba saja ada tangan besar yang menarik pergelangan tanganku. Menggenggamnya lembut, dan terasa sangat hangat di tubuhku.

Aku menolehkan wajahku, dan yang pertama kali aku lihat adalah kedua mata itu, yang kini menatapku lekat.

"Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu," aku menarik tanganku dari genggaman tangannya.

"Baiklah," dia tersenyum, dan harus aku akui bahwa itu terlihat sangat manis.

"Aku belum tahu namamu," dia mengulurkan tangannya ke arahku. Mengajakku untuk berkenalan.

"Thanaerng, tapi panggil saja aku Naerng," ucapku yang mengabaikan uluran tangannya. Dia tersenyum, dengan kedua matanya yang menatap ke arah tangannya, sampai akhirnya dia kembali menarik uluran tangannya. Lalu kemudian, dia menggaruk tengkuknya, yang aku tahu pasti sebenarnya itu bukan karena gatal, tapi karena dia malu.

"Sudah?"

"Naerng? Okey, kalau begitu, I'm James, You Naerng?" dia tersenyum lebar menunjukan deret rapi gigi putihnya. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja aku ikut tersenyum.

Loh? Ko Naerng ikut senyum? Jangan-jangan...

Next?

LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang