YUI MY KITTY BOY

89 3 0
                                    

Ia akan terus di sana entah Sampai kapan , tapi yang jelas itu akan sangat lama dan sepi, hanya angin yang menemaninya, mungkinkah itu akhir dari sukunya...., telinga runcing berbulu hitam itu menempel lemas diatas kepalanya yang di tumbuhi rambut hitam panjang hingga bahu, kuSam tak tersisir namun kelihatan begitu lembut, alis segaris meneduhi mata sebiru langit yang tampak berkabut, dengan sekuat tenaga terus bertahan dan menarik kuat perangkap besi bergigi tajam yang menancap di kakinya, merintih kesakitan ketika darah kembali mengalir di sepanjang luka kulitnya, dengan lemas mengusap peluh di wajahnya yang pucat dengan tangan berlumuran darah hingga warna merah itu mewarnai kulit yang terlalu putih itu, kepalanya menengadah menatap asap di tengah hutan jauh disana, menahan tangis dan getar tubuh hingga kebagian ekor hitam panjangnya.

"mmiu..." panggilnya kecil, namun percuma, karna mungkin yang datang bukan keluarganya, ataupun orang desanya, yang datang itu malah mereka..., mereka yang...

Kresek... krak..., bunyi dedaunan dan ranting patah membuat telinga kecilnya bergerak naik mencari sumber bunyi, ia terlihat panik, siapa..., siapa yang berjalan kearahnya itu..., dengan tergesa ia menggenggam sebatang kayu kecil untuk pertahanan...

" khh...grr...."pria itu terkejut, ia mencoba menenangkan anak berpenampilan aneh di depannya, yang begitu terlihat ketakutan dan terguncang

"jangan takut..., jangan takut padaku , aku akan melepaskan mu..., namaku Sam, apa kamu tinggal disini...?" tanyanya seraya mendekat perlahan, begitu berhati2 karna sedikit saja ia melawan maka luka koyaknya akan semakin melebar, dan itu bisa membuat tulang kakinya retak...

"mmiu...miu..." tangisnya dengan tangan yang terus bergetar, Sam begitu bingung, bagaimana caranya ia mendekati anak itu, nekat akhirnya Sam memeluknya erat,dan tangan kirinya mencengkram kaki kecil yang terperangkap itu, dengan begitu, walau anak itu berontakpun tak akan melukainya lebih dalam, besi itupun terlepas, namun Sam tetap mencoba menenangkan mahluk kecil dalam pelukannya, dengan kuat menahan kedua tangannya ketanah,

"tenanglah..., kumohon..." ucap Sam sedih, air matanya sudah mengalir, Sam sangat mudah tersentuh, statusnya sebagai dokterpun karna rasa kemanusiaannya yang tinggi itu. Anak itu tertegun, namun tak mencoba melawan lagi, tanpa kesulitan Sam pun mulai mengobati anak itu.

Desa di kaki gunung ricuh, kehadirannya bagai sesuatu yang tabu, namun Sam tidak terlalu memikirkannya, anak yang ia bawa itu jelas2 butuh pertolongan, makanya ia akan menolong bila ia mampu, gubuk Sam terpencil di pinggir desa, ia hanya pendatang yang tinggal sementara waktu,dengan penuh perhatian mengoleskan obat yang ia buat keatas luka yang telah dibersihkan itu, agak sulit untuk memahami anak yang ditolongnya, mungkin karena bahasanya ya..., tapi Sam sangat menyukai makhluk mungil yang dikhawatirkan warga desa itu, begitu polos dan cantik.

"Sam..." ucapnya seraya menunjuk dirinya, selanjutnya ia menunjuk kedada anak itu, namun Sam tak mendapat jawaban, hanya...

"mmiu..." sahut anak itu kecil dengan telinga yang terkulai lemas di atas kepalanya.

"bukan, bukan itu, bagaimana ya..., hm..., Sam..." ucap Sam sejelas mungkin, dengan mulut yang dimoncongkan Sam menunjuk anak itu lagi.

"mmiu..., miu...,hiks..." uwaa..., Sam langsung panik dan memeluk anak itu erat, mencoba menentramkan hatinya, dengan lembut mengusap kepala kecil itu.

"dia belum bisa bicara, suku Theyya yang menghuni lembah gunung itu turun temurun menjaga hutan, yang dewasa mampu menguasai bahasa manusia, cerdas dan kuat, kalau saja ada yang turun gunung ia akan membawa musibah, karna mahluk ini adalah incaran utama anggota bangsawan, mungkin sukunya sudah ditangkap semua..."suara berat yang tak asing itu menjelaskan, Sam melirik pasien khususnya hari itu, kepala desa tempat sekarang ia tinggali.jadi begitu ya..., dengan sedih ia menatap anak yang kini mengusap matanya yang mulai kuyu, mungkin mengantuk..., namun baju kulit yang dipakainya terlihat sangat tidak nyaman, dengan semangat ia menggendong anak itu dalam pelukannya, dan segera menyambar selembar kain di atas gantungan.

RUJAK CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang