Forgot

62 12 1
                                    

Holaaa...
Maaf ya author ga update tiap hari soalnya mmm hehe..
Btw, selamat membaca. Maaf kalo ada typo.

***
Irine POV
Aku melaksanakan kegiatan rutinku seperti biasa. Tidak ada sesuatu yang spesial hari ini. Aku pergi ke sekolah dengan Thea. Memang setiap harinya aku pergi ke sekolah dengan Thea, karena dia teman sekamarku. Jarak antar asrama ke sekolah tidak terlalu jauh.

Aku melangkahkan kaki memasuki kelas. Aku melihat ke arah tempat dudukku. Kulihat Ryan sudah berada di kursinya sedang membaca buku. Tiba-tiba, Tiffany dan yang lainnya menyerbu Ryan. Entah apa yang akan dilakukan anak itu.

"Sudah berasa artis aja anak itu" batinku

"Emm, Hai Ryan. Aku Tiffany" sapa Tiffany dengan wajah cerianya. Ryan tidak memberikan respon sedikitpun alias mengabaikannya. Sesampainya aku di kursiku, aku menidurkan kepalaku di atas meja karena aku tidur larut malam kemarin.

"Ryan? Jam istirahat nanti apakah kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat" ajak Tiffany antusias. Ryan membalikkan lembaran buku yang Ia baca dan lagi-lagi Ia tidak memberikan respon. Jika dilihat-lihat, Ia benar-benar seperti mayat hidup, dingin sekali.

"Duuuh, lu punya telinga gak sih? Tiffany itu daritadi ngajak lu ngomong, telinga lu rusak ya?" ujarku kesal. Ia menatapku dengan tatapan dingin. Aku tidak peduli sama sekali. Ia menutup bukunya lalu pergi keluar kelas.

"Dia bukan manusia kali ya? Dingin banget" kata Carrisa, cewe ter-biologi di kelasku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jam istirahat pun tiba, baru saja aku ingin bangkit dari kursiku, Zico sudah tepat berada di sampingku. Terkadang aku menganggap dia seperti hantu. Karena dimanapun aku berada pasti dia selalu ada . Jujur sebenarnya aku sedikit risih dengan keberadaannya.

"Loh Ryan? Lu sebangku sama Irine?" Tanya Zico pada Ryan.

"Gue iri sama lo, yan" lanjutnya.

Aku sedikit terkejut dan bingung dengan perkataan Zico. Sejak kapan Zico bisa kenal dengan Ryan yang baru masuk kemarin?

"Ngapain lo disini?" Tanyaku dingin. Sebenarnya melihat mukanya saja aku malas.

"Mau ngajak lu ke kantin, Rin" jawabnya dengan senyum penuh arti. Saat itu juga aku ingin muntah, sungguh!

"Duh sorry, tapi gue udah janji sama Thea mau makan berdua doang" Ujarku bohong karena aku tidak ingin makan bersamanya. Aku memberikan Thea kode dan dia datang menyelamatkanku. Thanks God, Kau mendengar doa hambamu ini. Syukurlah aku bisa ke kantin dengan selamat tanpa gangguan darinya.

Tapi jujur, aku masih kepo, 'darimana mereka bisa saling kenal?'. Eh, ngapain aku mikirin itu? Segera kubuang pikiran itu jauh-jauh dan menyantap makananku.

Ryan POV
Aku sangat terkejut melihat Zico mengajak Irine ke kantin untuk makan siang bersama. Apakah Zico dan Irine punya hubungan spesial?

"Lo suka sama Irine?" Tanyaku bingung sekaligus penasaran

"Udah lama kali. Cuma dianya aja yang gak peka-peka" ujarnya santai sambil mengutak-atik ponselnya.

"Kayanya dari dulu lo gapernah berhasil dapetin cewe ya" ledekku yang dibalas tatapan tajam oleh Zico.

Pasti kalian penasaran bagaimana aku udah kenal Zico, kan? Aku dan Zico sudah sahabatan dari kecil dan aku senang bisa bertemu dengannya lagi setelah beberapa tahun tidak bertemu karena aku harus pindah ke Malaysia.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bel pulang telah berbunyi. Akan tetapi, aku tidak dapat pulang ke asrama sekarang karena aku harus menyelesaikan tugas kelompokku. Ini sangat-sangat menyebalkan. Kalian tahu mengapa? Tugas kelompok ini harus dikerjakan dengan teman sebangku. Dan aku harus menyelesaikannya dengan Irine, iya Irine cewe ter-cerewet yang pernah aku kenal.

Sebenarnya aku tidak ingin mengerjakan tugas ini terlebih lagi harus bersama Irine, tapi aku anak baru disini. Nilaiku banyak tertinggal mau tak mau aku harus mengerjakannya.

"Kenapa gue bisa sebangku sama lo sih? Padahal hidup gue itu sudah tenang, tentram, bahagia sebelumnya tapi setelah lo dateng hidup gue itu jadi kek gini--" omelnya panjang lebar.

Aku sangat malas mendengarkan omelannya, maka kupasang headset di kedua telingaku dan kumainkan lagu favoritku dengan volume besar. Tiba-tiba, Ia memukulku keras. Lalu ku lepas headset-ku dan memutar bola mataku malas.

"Lu dengerin gue gak sih daritadi?" Bentaknya kesal

"Ngapain gue dengerin pidato lo yang sepanjang rel kereta api itu. Cepetan kerjain itu gua ngantuk!" Ujarku malas.

"Nyuruh doang lu bisanya, Kerjain!" Bentaknya lagi.

"Gue bakal kerjain kalo lo diem, bisa?"

Ia mengangguk dan menatapku kesal.

Irine POV
Sungguh dari hari pertama Ryan datang, aku sudah merasakan feeling buruk dan hari ini aku harus satu kelompok dengannya. Bisa kalian bayangkan betapa sulitnya itu?

"Theaaaaaaaaaaa, gua mau pindah sekolah aja kalo kaya gini" keluhku

"Eh jangan entar lu kangen gue lagi" goda Thea cekikikan

"Yee.. yang ada lo yang kangen gue" ujarku tak mau kalah.

Aku teringat akan sesuatu, segera kucari ponselku.

"Hapeku mana hapeku mana" kataku sambil mengobrak-abrik tasku.

Aku sudah mengeluarkan seluruh isi tasku, akan tetapi tetap saja tidak ketemu.

"THEAAAA HAPE GUE MANA!!" teriakku histeris seolah-olah aku tidak bisa hidup tanpa ponselku tersebut.

"Budeg tau gak lama-lama gue tinggal sama lo, Rin. Manaketehe. Inget-inget dimana tadi terakhir naroh" ujar Thea malas. Sudah sering aku lupa meletakkan ponselku dimana dan Thea selalu berkata itu padaku. Aku mengingat-ingat lagi dimana aku terakhir kali melihat ponselku.
.

.

.

TUNG!!

Terakhir kali aku melihat ponselku saat kerja kelompok tadi! Aku meminta Thea untuk menemaniku ke tempat tadi. Sesampainya disana, ponselku tetap tidak ditemukan.

Hanya satu orang yang kucurigai.

"Ryan" kataku pelan.

Ryan POV
Sudah beberapa kali tasku bergetar seperti ada sesuatu. Segera kuperiksa isi tasku mencari benda yang bergetar tersebut. Aku menemukan ponsel berwarna pink yang tidak kuketahui pemiliknya.

"Ini hape siapa ya?" Tanyaku pada diriku sendiri.

Zico baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiriku. Aku dan Zico memang satu kamar asrama karena ayahku yang memintanya.

"Kenapa yan? Kok bingung gitu?" Tanyanya heran.

"Iniloh gue nemuin hape ini di tas gue. Tapi gue gatau siapa yang punya. Entar dikira nyuri lagi gue." Ujarku sambil memperhatikan ponsel itu.

Dengan secepat kilat Zico mengambil ponsel itu dari tanganku.

"Inikan punya Irine!!!" Ujarnya semangat.

Ya Tuhan...
Dia lagi, dia lagi.

Don't forget to vote and comment ya readers. See you di chapter selanjutnya🔜
-Rzka♡

ExperienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang