THREE : Perkenalan

171 17 8
                                    

Hay.. mulmet di atas anggap aja itu Azka yaa hehehe, abisnya gua binggung mau pake siapa..
Selamat membaca, semoga suka yaa ^^

Sorry typo*

***

Pagi, itu Azka bersiap-siap untuk menuju UNIVERSITAS ternama di jakarta, yang terkenal dengan "kampus biru" , Azka keluar dari apartemen dengan penampilan rambut yg di kuncir kuda, memakai dress biru yg di padukan dg switer krem dan sepatu casualnya..

Kini, ia berjalan turun ke lobby untuk mengambil sepedanya tak lupa ia memakai aerphone di telinganya dan menjalankan sepedanya, ia teringat akan masa kecilnya dimana ia belajar naik sepeda dg teman masa kecilnya itu.

*flashback mode on*

"OPAL.." panggil Azka terhadap sahabat kecilnya itu. Dengan senyum ceria ketika ingin menunjukkan sesuatu kepada Opal.

"hmmm.." balas Opal tanpa menoleh ke Azka, dengan mata yang masih fokus pada komik yang sedang ia baca.

"NAUVAL PUTRA MAHARDIKA!.." penuh penekanan sambil menghentakkan kakinya ke lantai ketika opal mengabaikannya.

Nauval menutup telinganya dengan komik lalu bangkit meletakkan komik kesukaanyanya itu "komik sincan" lalu menghampiri Azka "ada apa AZKA ARALYN DEVANA!.." di balasnya dengan penuh penekanan sambil mencubit kedua pipi bapao Azka dengan gemasnya.

"SAKIT OPAL.. ish LEPASIN!!" teriak Azka sambil melepaskan kedua tangan opal pada pipinya.

"ha ha ha.." tawa Opal sambil mengacak-acak rambut Azka, Yang membuat ia kembali tersenyum yang tadinya cemberut akibat kelakuan nauval yang suka mencubit pipinya.

"Oiya Opal, tadi Ayah pulang bawa sepeda loh.. dan sepedanya warna biru.. Opal ajarin Azka naik sepeda yaa??.." pinta Azka dengan manja kepada nauval.

"Iyaah, AYO.." dengan semangat Naufal menggengam tangan Azka dan berlari menuju taman belakang rumah Nauval.

Di taman belakan, Nauval mulai mengajari Azka gimana cara bersepeda, meski Azka berulang kali jatuh akibat belum bisa mengimbangi dirinya di atas sepeda biru kesukaanya, tanpa lelah Azka dan Nauval masih bermain sepeda hingga sore menjelang malam hari.

*flashback mode off*

Teringat itu, kini rasa itu kembali " miss you Opal.." gumamnya pelan sambil tersenyum tipis.

Kini, ia sudah berada di ruang registrasi untuk melakukan pendaftaran. Setelah selesai, Azka keluar dari ruang registrasi dan kakinya tiba-tiba terhenti, ia bingung harus berjalan ke kanan atau kekiri menuju ruang BAAK untuk mengambil almamater, mengingat ia baru di jakarta dan baru juga menginjakkan kaki di sebuah universitas ini.

"Ishh gini-ni klo sendirian elaahh, Azka lo kebiasaan banget sii.." umpat nya kesal

"lo ngapain cuman berdiri disini??.. hmm" suara bariton itu tiba" mengagetkan dirinya.

Ia semakin celingukan ke kanan ke kiri mencari sumber suara tersebut..

"gue di belakang lo.." kini cowo itu bener mengagetkannya, Azka membulatkan matanya dan menoleh ke belakang seketika itu ia tersentak membuat tubuhnya terhuyung ke belakang namun...

Cowo itu dengan sigap menangkap tubuh Azka yg hampir menempel pada lantai, kini mereka saling menatap satu sama lain dg waktu yg cukup lama. Cowo itu tersadar dan melepaskan gengamannya.

"Sorry, lo gak papa??" Tanya cowo itu, ia merasa menyesel namun ia sangat senang bisa memegang tangan gadisnya lagi.

"Ehh,, gu-gue gk papa, gue mau ke BAAK, tapi gua lupa dari sini harus kekanan apa kekiri.." ia menjelaskan dg nada yg sedikit bergetar.

"oh, sini gua anter.." cowo itu mengangguk faham dan tanpa izin ia langsung menarik pergelangan tangan Azka. Ia hanya bisa pasrah mengikuti cowo yang menarik tangannya seketika.

"masuk.." pinta cowo itu dan Azka hanya mengangguk faham.

"duduk sini.."  menarik kursi agar Azka bisa duduk, ia hanya berdiri tepat di belakang Azka.

"Permisi pak, saya mau ambil almet, ukuran "M".." Azka menjelaskan kepada Staf.

"tunggu sebentar.." ucap Staf, yg langsung berdiri dan berlalu ke belakang.

"nih coba dulu kayanya pas sama kamu.." menodorkan almet.

"Pas, mksh pak.. " balasku kepada Staf.

"kalian sodara??" Tanya Staf tiba"

"Emm..." mengusap tengkukku, yg sebenernya tidak gatal.

"Dia adik saya pak" potong cowo itu seketika. Azka terpaku ketika cowo itu mengaku bahwa ia adalah adiknya.

"Oh pantas muka kalian sama" ujar Staf. Aku hanya bisa tersenyum, dan langsung berpamitan keluar.

"kami permisi pak dan terima ksh.." ucapnya itu dan langung menarik pergelangan tanganku lagi.

**

Selesai mendapatkan almamater dan kluar dari ruang BAAK. Kini Azka dan cowo itu berjalan ke tempat duduk yang berada tak jauh dari ruang BAAK.

"Thanks, lo uda bantuin gue cari tempat tadi..dan mksh juga uda.." percakapan yang di awali Azka untuk memecahkan keheningan.

"mksh mulu.. gua Putra, lo??" potongnya dan memngulurkan tangan..

"gu-gue Azka.. lo kuliah disini juga, uda semester berapa??" sambungku.

"gue uda semester 6, dan lo pasti baru masuk sini.. hmm, lo mau gak gua ajak keliling kampus ini biar nanti lo gak bingung lagi cari tempat kelas lo"

"Emm.. gak usa gue bisa sendiri gue juga ada urusan lain, gue duluan yaa.." ia bangkit dan berlalu meninggalkan cowok itu sendiri lg, Azka merasa gak nyaman lama" duduk di samping cowo yg baru ia kenal.

"Oke.. hati-hati" senyum tipis Putra dan melambaikan tangannya.

***

*Putra pov*

Kini, Putra msh duduk disini dan hanya bisa melihat punggung Azka yg semakin lama semakin menjauh,

"Apa kamu gak bisa mengenaliku Bapao?? Kenapa kamu jadi dingin gini sama aku, aku kangen kamu yg dulu Bapao.." gumamnya pelan dan tersenyum tipis.

«Bapao» panggilan sayangnya kepada Azka
«Opal» panggilan sayangnya kepada Nauval.

Putra, bangkit dan berjalan menuju taman belakang kampus, lalu maruh pantatnya di tempat dimana ia duduk slama ini, di balik patung kuda yg berada di samping prakiraan mobil staf.

Ia mengeluarkan komik dan memasang aerphone di telingganya, disisi lain seorg gadis sudah duduk dan asik membaca novel , lebih tepatnya punggung mereka terhalang oleh patung kuda.

**

*Azka pov*

Setelah, berbohong kepada putra bahwa ia ada urusan lain, dan berlalu begitu saja meninggalkan Putra sendirian yg sudah menolongnya beberpa kali, Azka merasa canggung duduk dan mengobrol dg cowo, ia lebih nyaman berjalan sendiri.

Tiba" kaki Azka terhenti, meliahat tempat yg nyaman tanpa ada seorangpun yg duduk disana. Azka memutuskan untuk memilih tempat itu dan membuka novel serta memasang aerphone di telinganya.

Azka, memilih duduk paling belakang patung kuda yang menghadap ke kolam kecil, ia merasa sangat senang bisa menemukan tempat yg sepi dan damai.

***

Hay guys,, sorry yaa baru bisa up, soalnya puasa nanti gua mau UAS,, jadi sabar yaa nunggu part" berikutnya..

Oiya..di part ini uda gua jelasin yaa siapa cowo ituu.. hehehe

Iyaa dia Nauval teman kecil Azka, tapi kenapa dia pake nama Putra yaa bukan Nauval???

Kalian kepo gak sii..

Kalo penasaran yuk vommentnya lebih banyak lagi,, jgn hanya baca dan kepo.. heheh

Bye guys.. big thanks yaa :* :)

*staytoon..

EMPAT BELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang