Bab 1

59 2 0
                                    

When we were young, we all lived for fun we thought we were special.

Adit menghentikan sepeda federalnya di depan rumah Kilau, dilihatnya sosok  Lingga yang sudah terlebih dulu datang, menunggu Kilau di teras rumah gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adit menghentikan sepeda federalnya di depan rumah Kilau, dilihatnya sosok Lingga yang sudah terlebih dulu datang, menunggu Kilau di teras rumah gadis itu. hari ini hari pertama mereka masuk SMU.

"Kilau masih dandan di dalem." Ujar Lingga tanpa ditanya. Adit langsung memasang wajah malas mendengar laporan Lingga. Adit pun mau tak mau memarkir sepedanya dan ikut menunggu Kilau di teras bersama Lingga, tapi sampai pukul 6 lewat seperempat, Kilau, orang yang mereka tunggu masih belum muncul juga, dan itu membuat Adit tidak sabar.

"Ga, gue duluan deh, Kilau kelamaan. Elo aja yang nungguin dia." pamit Adit sambil kembali berjalan menaiki sepeda federalnya

"eh tunggu dong Dit masa lo duluan gitu." Protes Lingga panik

Tapi Adit tidak mengacuhkan protesan Lingga, Adit malah mengayuh sepedanya cepat-cepat, tidak dihiraukan teriakan Lingga yang menyuruhnya menunggu sebentar lagi. Lingga menghela nafas panjang. tangan kanannya baru saja terangkat hendak memencet bel, ketika seraut wajah yang sudah sangat dikenalnya muncul tepat didepan mukanya.

"kok lama banget Ki?" tanya Lingga begitu Kilau muncul dihadapannya. tanpa menjawab Kilau menunjuk kepalanya dengan bibir mengerucut, Lingga menahan tawa melihatnya. rambut indah Kilau sekarang tak jelas bentuknya, diikat tujuh mencuat kemana-mana bagai air mancur, dengan dihiasi pita berwarna-warni yang membuatnya tampak seperti orang gila pinggir jalan.

"kenapa sih ya ospek itu harus pake ada acara beginian segala, malu-maluin kan bikin kita keliatan kayak orang gila" keluh Kilau sambil menarik pelan satu kuciran rambutnya yang mencuat kedepan.

"kan biar ada kenangannya" jawab Lingga santai.

"iya kenangan memalukan" ujar Kilau meringis, Lingga hanya tersenyum tipis.

"udah siap?" Tanya Lingga, Kilau yang sudah duduk manis diboncengan sepeda Lingga menggangguk mengiyakan sambil mempererat pelukannya ke pinggang Lingga menahan dingin pagi yang menusuk kulit. Lingga terdiam sejenak, bulu kuduknya meremang. bukan, bukan karena dingin pagi atau karena merasa ada mahkluk halus didekatnya, tapi lebih karena sentuhan tangan Kilau yang memeluk pinggang Lingga erat. Hari ini semua terasa berbeda. Sentuhan Kilau hari ini di pinggangnya pun terasa berbeda.

* * *

"Lingga, maafin Kilau ya" pinta Kilau memelas, saat mereka pulang sekolah. Gara-gara ia kelamaan mengikat rambutnya, mereka berdua jadi terlambat datang, dan Lingga pun sukses mendapat hukuman push up 50 kali dari senior yang sejak pagi sudah memasang wajah angker. Sedangkan Kilau meskipun seharusnya mendapatkan hukuman ia berhasil Lolos, tentu saja karena surat keterangan sakit yang sudah diterima panitia beberapa hari sebelum ospek dimulai. Jadilah Lingga menikmati hukumannya sendirian. Lingga hanya tersenyum mendengar permintaan maaf Kilau.

"Lumayan olahraga pagi-pagi Ki, jadi gak kedinginan" ujar Lingga santai sambil sibuk meneguk sebotol air mineral dingin yang disodorkan Kilau.

"elo sih dandan mau ospek aja kayak dandan mau konser, heboooohh." Ledek Adit yang dibalas tatapan laser Kilau.

"Emangnya lo pikir gue yang mau dandan kayak begitu?" omel Kilau sambil mencabuti ikatan rambut air mancurnya satu persatu. Ia tidak sudi harus pulang ke rumah masih dengan dandanan abnormal seperti itu.

"gak apa-apa ki, lagian untung lagi gue dihukum, gue jadi gak perlu nerima tugas aneh-aneh. Cuma lari doang mah kecil." Hibur Lingga yang mulai mencium aura percekcokan antara adit dan Kilau. Kilau menatapnya haru, perlahan Kilau meraih telapak tangan Lingga. Seketika tubuh Lingga terasa membeku.

"Lingga.. makasih ya, Lingga selalu bantuin Kilau, Kilau sayang Lingga deh" ujar Kilau lembut, tapi suara lembut Kilau itu mampu membuat botol air mineral ditangan Lingga terlepas jatuh. Ragu-ragu Lingga menatap wajah disampingnya, wajah Kilau yang bersemu terlihat sedang menatapnya lembut. hari ini semua terasa berbeda. wajah Kilau dan senyumannya pun terasa berbeda hari ini.

"lo dangdut banget deh." Adit yang duduk di sebelah Kilau menoyor kepala gadis itu dengan jari telunjuknya. Memotong adegan manis milik Kilau dan Lingga yang tecipta beberapa detik yang lalu. Sontak Kilau menoleh ke arahnya galak.

"ini bukan dangdut, ini namanya ucapan tulus dari hati yang paling dalam tau.." sembur Kilau sebal.

"tuh kan...tuh kan kaya lagu dangdut, pake ada kata-kata dari hati yang paling dalam segala." Ejek adit tetap tidak mau kalah, dan seperti dugaan Lingga hanya selang beberapa detik dua musuh bebuyutan in langsung beradu kata-kata saling menghina dan mengejek.

Pemandangan seperti ini bukan hal yang aneh buat Lingga, semenjak mereka bertemu untuk pertama kalinya 8 tahun lalu, Adit dan Kilau tak ubahnya seperti Tom and Jerry, Silvester dan Tweety, atau wild coyote dan road runner. Dimana mereka bertemu genderang perang pun ditabuh.

Kilau yang lembut dan manis seperti permen kapas, kontan akan berubah seperti petasan cabe kalau sudah berhadapan dengan Adit . begitu pula dengan Adit yang dikenal seperti patung budha karena selalu terlihat cool dan tanpa ekspresi akan berubah 180 derajat menjadi bawel, nyinyir dan banyak protes jika sudah berhadapan dengan Kilau.

"udah deh elo nyamber mulu, nolongin engga malah cari selamet sendiri." Sergah Kilau keki.

"untung gue nyelametin diri. kalo ngga, nasib gue sama kaya si Lingga, harus berlari-lari anjing begitu. ih ogah!"

"dasar kuya, gak setia kawan.." omel Kilau misuh-misuh. Tapi adu mulut terpaksa terhenti ketika gerombolan cewek cantik berseragam abu-abu yang memanggil-manggil nama adit dan Lingga dengan heboh. Kilau sampai mengernyit bingung melihatnya.

"Aditya sama Airlangga rumahnya dimana?"

"ih kembar cakep begini langka lhooo."

"Aditya sama Airlangga punya no telfon gak?" sapaan-sapaan genit milik kakak kelas mereka membuat Kilau meringis. Sedangkan Lingga dan Adit sang selebriti dadakan hanya tersenyum sopan menanggapinya.

"wah emang dahsyat kalian berdua baru sehari masuk SMA udah jadi artis begitu." Puji Kilau dengan kagum.

"kita gitu loh cowok manis nan ganteng tahun ini." ujar Adit jumawa, membuat Kilau mencibir tak rela.

"Ih dasar ganjen. kalo Lingga sih mungkin disukain karena manis, kalo elo udah pasti deh pasti keganjenan makanya itu cewek-cewek jadi pada gatel begitu." Protesnya keki. pertengkaran mulut pun kembali dimulai. Dan Lingga hanya bisa menatap keduanya pasrah.

Delapan tahun bukan waktu yang singkat untuk mereka. sejak hari dimana Lingga melihat Kilau yang terbujur kaku dengan dada yang naik turun, otak dan hatinya tiba-tiba saja jadi dipenuhi oleh sosok Kilau. tiba-tiba saja Lingga yang selalu malas bermain dengan anak perempuan, seketika rela berbagi mainan dengan Kilau. Lingga dengan senang hati mengajak Kilau bermain diluar dan setia membantu bunda Kilau menjaganya. olok-olok teman-teman sejak kecil, kalau mereka berpacaran tak pernah dihiraukannya, Kilau terlalu menyedihkan dimatanya.

Dan tekadnya semakin kuat, ia harus selalu berada di dekat Kilau, satu sekolah dengan Kilau. dan itu diwujudkannya dengan memaksa Kilau masuk sekolah yang sama dengannya. begitu juga saat ini, mereka kembali satu sekolah di SMU. Sebetulnya dengan kemampuan otaknya yang lebih dari kata lumayan, Lingga dan Adit bisa masuk ke sekolahan favorite no satu, kalau ia mau. tapi ia lebih memilih sekolah negeri peringkat 2 yang lolos dimasuki Kilau. dan memaksa Adit untuk ikut pula bersamanya.

x�9#9

MarshMellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang