Bab 3

42 1 0
                                    

"Linggaaaa... bakso mas bejo yukk." Lingga tersenyum kecil mendengar suara cempreng Kilau dari arah teras depan.

"Lingganya gak main.." Suara teriakan Adit membuat senyum di wajah Lingga semakin melebar.

1..2..3 Lingga menghitung dalam hati dan...

"Berisik lu kuya, gue gak ngajak lo. Wleee." Seperti dugaannya si petasan cabe mulai emosi tersulut godaan jahil dari si patung, mereka pun mulai saling melemparkan amunisi-amunisi pertengkaran konyol yang sering membuatnya kesal sekaligus terhibur.

"Linggaaa... kalo Kilau buang adik Lingga di hutan gimana, keberatan gak?" tanya Kilau yang sudah muncul dihadapannya dengan wajah polos tak berdosa. Dengan celana pendek jeans biru muda dan baby tee pink muda Kilau Nampak seperti permen kapas yang manis dan membuat hati Lingga bahagia mendadak.

"boleh, buang aja." jawab lingga santai

"Tai lu Ga, tega-teganya lu lebih milih anak kontet ini ketimbang gue."

"itu tandanya Lingga pinter, lebih milih bidadari ketimbang panci butut."

"cuihhh... bidadari yang jadi kurirnya panci butut?" ledek Adit sambil menerima seplastik surat yang dilemparkan Kilau barusan.

Kilau mendengus sebal. kali ini ia kalah telak. Adit benar, bagaimanapun si panci butut itu punya banyak fans yang dengan tega menjadikan Kilau kurir dan tukang pos gratisan. sialan!

"ini buat Lingga." Kilau menaruh seplastik surat yang jumlahnya hampir sama banyak dengan milik Adit ke pangkuan Lingga.

"Lu mah kebangetan ya Ki, surat buat gue aja lo lempar kaya ke anjing, buat Lingga aja lo kasih dengan sopan begitu. pilih kasih lu!"

"ga usah banyak protes. Kilau Gemintang hanya akan memperlakukan seseorang sesuai apa yang dia dapat. karena Airlangga Dwiputra selalu memperlakukan gue dengan manusiawi maka gue akan berbaik hati dong sama dia." ucap Kilau manis sambil mengelus-ngelus dagu Lingga dengan konyol.

"Dan.. berhubung gue diperlakukan semena-mena sama romusha macam lo. jadi lo ga boleh kebanyakan protes wahai kompeni." Kilau mendelik judes sebelum memasukkan seraup kacang mete yang diberikan Lingga ke dalam mulutnya.

Lingga menatap Kilau sambil tersenyum simpul. untuk orang awam sekalipun pasti tahu arti tatapan dan senyuman Lingga yang selalu tertuju pada Kilau. meskipun ia selalu berdalih bahwa ia sayang pada Kilau sebagai adik, rasa sayang dan perhatiannya kepada lawan jenis tak bisa tertutupi. terutama dari Adit.

Dan pada akhirnya Lingga tidak bisa lagi berbohon pada dirinya sendiri. Semua tak pernah terasa berbeda. sampai hari itu Semua jadi terasa berbeda, mungkin liburan selama 2 minggu ke Bali membuat Lingga cukup lama tidak melihat Kilau, dan sedikit tercengang ketika merasakan perubahan yang cukup drastis dari sahabat kecilnya itu, Lingga tidak mengerti kenapa tiba-tiba tubuh kerempeng dan ringkih milik Kilau jadi berubah berlekuk dan terlihat penuh tonjolan dari seragam SMP yang dipakainya hari ini. Cepat sekali tubuh Kilau tumbuh hingga membuat seragam SMP nya menyempit dalam waktu 2 minggu.

dan kemarin lusa matanya jadi sibuk ia buang kemana-mana lantaran malu saat matanya tanpa sengaja memandang kaki mulus Kilau yang menyambutnya saat baru pulang dari bali dengan hanya mengenakan celana pendek favoritnya. Dulu semua terasa biasa, kenapa sekarang jadi berbeda?

"Ga, makan bakso mas bejo yuk." ajak kilau setengah merajuk. Lingga hanya mengangguk mengiyakan. mana pernah ada di dalam kamus Lingga menolak permintaan Kilau. Adit yang duduk di seberang Kilau menangkap lewat ujung matanya gelagat Lingga yang hampir tak terlihat itu.

"Lo mau ikut ga?" tanya Kilau sambil meraih gelas jus jeruk milik Adit dan menghabiskannya sampai tandas dalam sekali tegukan. membuat Adit menggeleng-gelengkan kepalanya takjub. belum sampai 10 menit gadis itu muncul. Kilau sudah menghabiskan setengah toples kacang mete, setangkup sandwich milik lingga, dan setengah gelas jus jeruk milik Adit.

"itu di perut lo ada naganya ya? badan kontet makannya banyak banget." ledek Adit yang selalu tak bisa menahan mulut usilnya untuk menggoda Kilau.

"bawel! mau ikut makan bakso gak?" ulang Kilau tak mengindahkan ledekan Adit.

"busettt itu perut masih ada space buat nampung bakso?" Adit menggelengkan kepalanya lagi tak percaya dengan nafsu makan Kilau.

"jangankan bakso semangkok, spaghetti sepiring, batagor sepiring, pringles sekaleng juga masih muat." jawab Kilau sambil tersenyum manis. membuat Adit bergidik ngeri. anak laki-laki itu kemudian kembali mencurahkan perhatiannya pada smartphone ditangannya.

"Eh Ki..."

"hmmm.."

"tau si juned ga?"

"temen sekelas lo yang aneh itu ya, kenapa emangnya?" Tanya kilau bingung. Adit memajukan tubuhnya, lalu mulai berbicara dengan nada serius

"dia katanya bisa ngusir Jin gitu. coba lo datengin dia. gue rasa badan lo ketumpangan Jin deh. soalnya badan lo kecil tapi makannya banyak. biasanya sih kalo kaya gitu itu tanda lo kerasukan jin." Bisik Adit perlahan namun sanggup membuat wajah Kilau tiba-tiba berubah pias dan sedetik kemudian. gadis itu sudah menjerit kesal sambil melempari Adit dengan bantal kursi. dan Adit seperti biasa tertawa terbahak-bahak.

Kilau itu penakut. terutama segala sesuatu yang berhubungan dengan setan, hantu, jurig, kuntilanak, genduruwo dan semacamnya akan langsung membuatnya pucat pasi dan histeris. semua berawal saat gadis itu berusia 5 tahun dan melihat pengasuhnya kesurupan. sejak itu Kilau paling anti dengan segala sesuatu yang berbau horor. jika Lingga sebisa mungkin menjaga gadis itu dari hal-hal berbau Horor maka Adit sebaliknya. cowok jangkung itu paling hobi menggoda dan mengusili Kilau dengan hal semacam itu. melihat Kilau menjerit-jerit histeris adalah kesukaannya.

***

"Gue mau nembak Kilau." Ujar Lingga membuat Adit sontak menoleh

"lo serius?" tanya Adit tak percaya, Lingga mengangguk dengan senyum terkulum.

"Ga. Di sekolah kita cewek cantik ada lusinan lo ga bakal nyesel nembak si kontet?" tanya adit lagi berusaha menggoyahkan niat kembarannya yang malah tersenyum ke arahnya.

"Kalo ntar dia udah jadi pacar gue. Lo ga boleh lagi manggil dia kontet." Ancam Lingga dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya. Dan Adit hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Adit sudah tahu sejak lama kalau perasaan sayang dan perhatian yang diberikan Lingga untuk Kilau bukan lagi sekedar perhatian seorang sahabat. kalau mereka berpisah lama saja dari Kilau, seperti saat Liburan panjang kemarin, mood Lingga langsung buruk, wajahnya tidak lagi ceria. meskipun memang pada dasarnya Lingga pendiam tapi jika Kilau tak ada Lingga akan semakin diam dan terlihat tak bahagia.


MarshMellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang