PROLOG

1.1K 192 256
                                    

"RAIHAN!!!" Suara tersebut menggema di koridor sekolah sampai membuat burung-burung yang awalnya bertengger manis di sebuah pohon terbang berhamburan karena kaget.

Karena merasa terpanggil, Raihan berjalan dengan santainya menuju Alda yang diselimuti oleh emosi yang amat sangat.

"Kenapa Alda? Enggak usah teriak juga gue denger kok. Telinga gue masih berfungsi baik," Raihan berdiri di hadapan Alda dengan telapak tangan menutup kedua telinganya.

"Bodo amat soal telinga lo. Gue mau tanya, apa maksud lo coret-coret buku gue?" Alda langsung menunjukkan bukunya yang penuh dengan coretan warna-warni dan ada tanda tangan terpampang di sana.

"Oh, gue kira itu coretan ternyata malah buku catatan lo." Raihan tersenyum sinis kepada Alda.

"Lagipula, yang lalu biarlah berlalu. Ngapain sih pake dipermasalahin? Move on."

"Bego! Apa hubungannya masa lalu sama catatan gue!" Alda menggertakkan giginya, kesal. Menganggap angin lalu, Raihan meninggalkan Alda dengan tenang sambil menjejalkan kedua tangannya ke saku celananya.

Liat aja lo entar, gue udah siapin kejutan buat lo. Kira gue gak bisa bales perlakuan lo, seringai licik menghiasi wajah Alda.

Alda berjalan perlahan di belakang Raihan dengan jarak terpaut 2 meter. Seringai liciknya semakin lebar melihat Raihan dangan tenangnya menghampiri tempat duduknya di kelas XI IPS 3.

Dan tak lama kemudian, terdengar suara teriakan.

"AAAAAHH! APAAN INI! CICAK-CICAK! LONTONG SINGKIRIN!" Seru Raihan sambil berlompat-lompatan dan berteriak tidak jelas tanpa mengetahui bahwa ada kata-kata yang diucapkannya salah.

Teman-teman yang melihat kelakuan Raihan yang aneh itu berusaha menahan tawa. Sadar ia menjadi pusat perhatian, Raihan berhenti berteriak dan semburat merah memenuhi wajahnya.

Tak kuasa menahan tawa, Alda tertawa terbahak-bahak dan diikuti oleh siswa lainnya. Lain hal dengan Raihan. Ia harus menahan malu mendengar ejekan dari teman - temannya. Ia langsung menarik tangan Alda dan menariknya keluar kelas.

"Sakit Raihan! Ini namanya penganiaan, eh penganiyaya... ah tau ah! Pokoknya lepasin gue!" Seru Alda berusaha melepaskan pegangan Raihan yang kuat namun tak berhasil.

"Diam atau gue siksa lo." pengucapan yang tenang namun sukses membuat Alda tak berkutik.

Raihan berhenti melangkah dan melepaskan pegangannya kepada Alda. Namun ia langsung mendorong tubuh Alda hingga membentur dinding.

"Apa maksud lo kayak tadi, hah?" Alda bermaksud jawab namun suaranya seketika tertahan di tenggorokan.

"Gu-gue cuma ke-kesel sama lo!" Alda mencoba menggeser posisi tubuhnya ke arah kanan namun ditahan oleh tangan Raihan. Begitu juga saat dia mencoba menggeser posisinya ke arah kiri.

Raihan tersenyum miring. "Gue benci sama lo."

"Gue juga benci sama lo!" Balas Alda tak mau kalah.

"Yaudah. Kalo begitu kita sama - sama benci," Raihan melepaskan tangannya yang sedari tadi menahan Alda dan pergi meninggalkan Alda.

Alda yang masih sedikit ketakutan karena takut dianiaya oleh Raihan tadi mencoba berjalan dengan tenang di belakang Raihan.

Saat Raihan ingin masuk ke kelasnya, ia dikejutkan oleh Pak Hadi yang sudah berdiri di hadapannya dengan kepala yang botak sebagian dan kumisnya yang tebal. Begitu juga dengan reaksi Alda.

"Kenapa kalian baru masuk?" Tanya Pak Hadi dengan tatapan mautnya.

"Anu, pak. Tadi..."

"Gak usah pake anu-anuan! Sekarang kalian tidak boleh masuk dan harus menunggu diluar kelas sampai pelajaran S-E-L-E-S-A-I!" seru Pak Hadi sampai - sampai 'kuah' dari mulutnya muncrat kemana - mana.

Mau gak mau, Raihan dan Alda harus meninggalkan kelas dan duduk di depan kelas.

"Huh, padahal dia sendiri telat setengah jam. Gue yang telat sedikit aja harus keluar kelas. Guru memang selalu benar," gerutu Raihan dan Alda bersamaan. Sadar kata-kata yang diucapkan sama persis, mereka saling bertukar pandangan.

"Jangan copas kata - kata gue," seru mereka disaat yang bersamaan. Namun, karena kata-kata mereka 'sama' lagi, mereka memilih diam dan membuang pandangannya ke arah lain.

Mereka tidak tahu, bahwa sikap mereka yang saling membenci itu perlahan harus dihilangkan.

Mau tak mau.

•••

Terima Kasih untuk yang membaca cerita ini walau baru prolog.

Tinggalkan jejak dengan vote ya. Kalau ingin memberi kritik / saran, silahkan comment aja.

-3 Juni 2016-

Another FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang