Part 4

446 27 14
                                    

"Hai."

Mata Alda melebar. Ia langsung menggerakkan tubuhnya berniat melepaskan diri namun pinggang ditahan Raihan. "Biar begini dulu aja."

Mata Alda semakin lebar. Ia berusaha bangkit namun tenaganya tak cukup kuat melawan Raihan. Dalam hatinya ia terus mengucapkan kalimat yang sama. Gue.harus.bangun. sekarang.juga.

"Cut! Ganti posisi!"

Raihan dan Alda serempak menoleh ke sumber suara. Kesempatan, Alda langsung beranjak dari posisi awal. Ternyata sumber suara itu berasal dari Kiki dan Tio. Kiki yang sedang memegang toa—entah darimana toa itu ia dapatkan—dan Tio sedang tersenyum miring.

Alda segera beranjak dari tempatnya dan berusaha merapikan roknya sedangkan Raihan mengalihkan pandangannya sambil menggaruk kepalanya kikuk.

"Cie cie yang barusan tidur di tengah koridor," goda Tio seraya menepuk punggung Raihan.

"Itu bukan tidur Tio. Tadi gue jatuh, terus si Raihan juga jatuh. Yah mau gak mau posisinya kayak tadi," elak Alda. Sementara Raihan melirik ke arah Alda dengan senyum sinis. "Mau gak mau atau mau banget?"

Alda memutar kedua bola matanya. Ia terlalu sibuk untuk mendengarkan godaan Tio dan Kiki yang terkadang 'tak bermutu'. "Gue duluan."

Alda meninggalkan mereka dengan wajah kesal. Sedangkan Tio dan Kiki tertawa geli sementara Raihan hanya menatap punggung Alda yang menjauh dengan tatapan sulit dimengerti. Mereka tak menyadari saat insiden 'jatuh' sampai Kiki dan Tio datang, ada yang memperhatikan mereka dari jauh.

•••

"Pulang bareng?!"

Alda menghentakkan buku paket sejarah yang cukup tebal ke meja dengan keras. Orang-orang di sekitarnya pun terkejut dan menoleh ke arah dirinya.

"Kenapa? Ada masalah?"

"Jelas itu masalah! Lebih baik gue naik bus daripada pulang naik mobil sama lo!"

"Gue bawanya motor. Gak liat tadi?"

Alda terdiam. Setelah diingat-ingat memang Raihan tadi pagi bawa motor, bukan mobil. Berarti kalo bawa motor... Wah, itu lebih bahaya!

Alda menggelengkan kepalanya. "Pokoknya gak mau!" tolak Alda.

"Oh gitu nih," Raihan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia terlihat sedang menekan tombol-tombol dengan ibu jarinya. Kemudian ia menempelkan ponselnya ke telinga,"halo tante?"

Mata Alda membelalak. Brengsek lo!, batin Alda. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan kesal.

"..."

"Iya nih tante, masa saya ngajak Alda pulang bareng saya dianya nolak," ucap Raihan seraya melirik sinis ke arah Alda.

"..."

"Makanya itu tante. 'Kan niat saya baik. Saya cuma takut nanti Aldanya kenapa-napa."

Alda mengernyitkan dahinya. Lalu ia menghentakkan kaki kanannya berkali-kali dengan kesal. Ia mengambil tasnya dan mencoba menghiraukan semua ucapan Raihan.

"Oh, mau bicara sama Alda?"

Alda menoleh ke belakang dan menatap tajam Raihan. Raihan hanya tersenyum miring sambil menggerakkan telunjuknya agar Alda menghampirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang