Pertama - Dia?

71 7 0
                                    

*Gedubrak*
Suara yang cukup keras terdengar dari pojokan kelas XI IPA 7 SMA BHINEKA.

Sontak seisi kelas yang tadinya sibuk piket, berebut nyontek PR, sibuk dandan, ngocok arisan, sampe yang lagi mau nguap nyempetin nengok ke arah datangnya suara, dan benarlah, Beno si badan tambun tukang ngelindur terbuang (dibaca:jatoh) dari bangkunya, semua tak asing lagi melihatnya, dan tak asing untuk tidak membantu bukan karena jahat, tapi Beno bisa bangun sendiri.

" Ben, kalo kurang kerjaan mending slesaiin PR gue gimana? " kata Dika.

"GILAGILAGILAGILA!!!" kata Beno dengan serunya tanpa merasakan sakit.

" Gila mah gila aja gausa tereak-tereak "

Karena semua tau berita yang dibawain Beno bakalan berbau politik negeri kita tercinta Indonesia tapi jatuhnya malah ngarul ngidul gak berujung ekor, jadi semua balik ke kesibukan masing-masing dan nyuekin si Beno.

"Wehh ini beneran gila! Gila parah! Gue bisa ikutan gila kalo gini ceritanya " kata Beno lagi.

" Dih, kan emng udh " jawab Dika enteng.

"Wah ni anak, inini gue serius! Lu pada tau Cinta kagak? Anak IPS 2 yang katanya model ntuh," kata Beno dengan raut wajah yang tak tanggung tanggung hebohnya.

" Cinta yang anaknya kang kebun sekolah kita? " sahut Dodok tiba-tiba.

"Yeeee, bukan begok! Itu Nita!" Jawab Beno sambil noyor Dodok yang kadang bolotnya gak ketulungan.

"Cintaaa, masak lu gak tau? Yang sering nangkring di balkon pas jam masuk, yang semoknya ganahan ntuuuuu tau kan?" lanjut Beno.

" Ooooo iyaiyaiya gue tau, knapa dia knapa? " tanya Dodok kini matanya melotot ke arah Beno.

" Neh lo liat " kata Beno nunjukin sebuah foto ke Dodok dan Dika

" Uwaaaw! Bujubuneng, darimana lu dapet ben?! Sialan lu dapet aja yang beginian! " ujar Dika sambil melihat foto itu tak henti-hentinya.

" Benben, gue udh on kirim dong kirim " ujar Dodok tidak sabaran

" Tsahh, inimah belum seberapa," jawab Beno sambil nyengir. " Dilarang disebarluaskan guys, thisis my preveci yu no!?" Ujar Beno dengan mulut semrawut ngomong bahasa inggris.

" Diemin mulut lo napa, bau jengkol!" celetuk Ema yang duduk didekat meja guru.

" Dih gue ngomong disini kenapa kesana dah baunya!" jawab Beno tak kalah nyolot

"Buruan kirim monyett!!!" kata Dodok tak mau kalah " Dik, lo pegang tangannya, gue kakinya," tambah Dodok pada Dika

"EH EH LO MAU SODOMI GUE NI?!! WOEWEWOEOEWUEE" seru Beno yang merasa disodomi oleh mereka berdua.

Tak lama setelah itu, suasana kelas sedikit sunyi tapi tidak senyap secara tiba-tiba, masuk seorang cowok, duduk disamping Dika.

Dodok, Dika, Beno sejenak berhenti dari kegiatannya dan menoleh.

" Wuahay yan! Lololo bisa tolongin gak ini gue ditempelim dedemit gilak"

Rian diam. Ia mengeluarkan buku pelajaran sesuai jadwal. Menoleh sejenak ke Beno, lalu melanjutkan kegiatan tanpa menghiraukannya.

Set*n ni anak, kata Beno dalam hati.

Tak lama, bel sekolah berbunyi, tanda pelajaran hari itu dimulai, pelajaran yang sangat meriah oleh Bu Roma.

Dingin. Kata itu lekat dibenak semua anak SMAN BHINEKA jika ditanya tentang Rian. Kerap disapa Riri, Ian, Yan, tapi cuman nyaut kalo dipanggil Rian. Penyumbang piala terbanyak di SMA BHINEKA. Gak basket, gak bola, sampe olimpiade fisika yang baru-baru ini digelar, dia semua yang nyabet pialanya. Meskipun begitu, kata sombong tak pernah Rian kenal.

Digandrungi cewek? Jangan ditanya. Dari senior hingga junior tak satupun yang tak terpincut kecuali mereka memiliki kelainan. Namun tak satupun dari mereka yang Rian pacari. Wajahnya yang bersih, tubuhnya yang proporsional ;mengingat dia seorang atlet, stylenya yang sedikit bisa dibilang rapi dibandingin temen-temen kelasnya, tas selempang, sepatu putih sneakers, tinggi, dan rambut yang bergaya biasa-biasa aja namun ditambah karisma yang membuat cewek memandangnya sebagai sosok cowok yang luar biasa.

---------- KRINGGGG ----------

Bel istirahat telah berkumandang, seisi kelas IPA 7 langsung ngacir ke kantin, kecuali Rian, dia ngacir ke lapangan basket belakang sekolah diintilin sama Beno dan Dodok yang katanya sih mau ikut belajar main basket, padahal mah biar nimbrung ngerasain rasanya diteriakin cewek-cewek kalo lagi main basket.

" Yan, ajarin gue main basket dong " kata Beno sedikit berbisik " Tapi lo belaga ga bisa gitu ye, jagan bagus-bagus amat mainnya " lanjut Beno.

"Gue jugak ye yan, lo pan baek, bebagi lah ilmu sama kite-kite" kata Dodok kentel banget dah betawinye.

" Gue gak janji bikin lo bisa main sehebat gue." jawab Rian.

Melihat Rian di lapangan basket, kerumunan cewek-cewek mulai memadati pinggiran lapangan basket. Rian mulai menunjukkan pesonanya, teriakan pun menjadi backsound setiap gerakan Rian.

Riuhnya penonton membuat Rian semakin bersemangat. Namun diantara mereka semua yang berteriak histeris melihat Rian bermain, seorang wanita berdiri di pojok lapangan bersama seorang pria. Tepatnya dibalik pohon mangga namun masih terjangkau oleh mata Rian.

Rian terpaku sejenak menyeka keringat dan meminum air, dan matanya tertuju pada satu titik. Yap. Dibalik pohon mangga itu---

Cinta Rian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang