Teruntuk Kamu

908 16 6
                                    

Teruntuk kamu yang tak pernah menyadari perasaan yang tersimpan rapi untukmu ini.

Teruntuk kamu yang tak pernah mengerti arti senyuman dan tingkahku yang berbeda setiap kali di dekatmu.

Teruntuk kamu yang tak bisa berpaling sekali saja padaku yang selalu setia menunggu saat-saat itu.

Teruntuk kamu yang sering bercerita tentang keluh kesah dan bahagiamu tanpa mau mendengar kekesalanku setiap kali mendengarmu bercerita tentang perempuan yang tengah kau taksir.

Teruntuk kamu yang sering menjadi bahan pembicaraan orang-orang karena sifat burukmu, tapi aku tak peduli karena hati ini tetap memilihmu.

Teruntuk kamu yang hanya datang disaat kamu membutuhkanku, tanpa tau kalau aku juga membutuhkanmu.

Teruntuk kamu cinta masa SMA yang tak akan kulupa, walau kenyataannya lebih banyak luka yang kamu beri, bukan bahagia.

Teruntuk kamu. Iya kamu yang selalu hadir dalam mimpi dan khayalku, tanpa kutau apakah aku pernah sedikit saja terbesit dalam pikiranmu.

Teruntuk kamu yang tak bisa kutuliskan lagi betapa berartinya dirimu karena tak akan ada ujungnya bila kuceritakan semuanya.

Tapi kamu harus tau, aku disini untukmu.

***

Dia menggerutu kecil sambil menatap layar ponselnya. Sepertinya ada yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Sesekali dia terdiam dengan mata yang berputar ke atas. Memang seperti itu saat dia memikirkan sesuatu di dalam kepalanya.

Sekarang dia menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya. Aku bisa menebak dia sudah menyerah pada game Tebak Gambar yang sedang dia mainkan di ponselnya sedari tadi.

Lalu dia menoleh ke belakang. Ke arahku.

Sebuah senyum merekah di wajah tampannya.

Aku kikuk sendiri dipandang seperti itu. Apa dia sadar kalau sedari tadi aku memperhatikannya?

"Len!" panggilnya dengan suara yang mulai membulat karena pubertas. "Bisa bantuin yang ini gak?" tanyanya sambil menunjukkan layar ponselnya.

Aku mengalihkan perhatian pada ponsel itu, walau hatiku masih tetap memperhatikan pemiliknya.

Aku tersenyum getir ketika menyadari soal apa yang membuat lelaki ini mengerung sedari tadi.

"Cinta satu arah," jawabku yakin.

Dia mengerutkan keningnya seolah tak percaya pada jawabanku. Tapi jemarinya mulai menari di layar ponselnya. Tak lama kemudian dia tersenyum pertanda jawabanku yang dicobanya benar.

"Thanks!" ucapnya dibumbui senyuman gigi yang menjadi khasnya.

"Aduh! Ini ngapa gak jadian ajah, sih?" Suara seorang siswi yang duduk tepat di depanku dan di samping Key--lelaki itu--mengalihkan perhatian kami berdua.

Merasa ditatap oleh dua pasang mata, dia menoleh dengan wajah datar. "Kenapa?" tanyanya tanpa rasa bersalah.

"Tadi lo ngomong apaan?" tanya Key.

Sebelah alis Kinal--siswi tadi--terangkat. "Ini?" Dia memperlihatkan layar ponselnya. "Gue lagi baca cerita di Wattpad. Ngapa lo berdua pada nimbrung?"

Aku langsung tersenyum tipis. Tapi tidak dengan Key, dia malah kelagapan dan terlihat salah tingkah.

"Kalian kira, tadi gue ngomongin kalian?" tanya Kinal yang langsung dibalas gelengan oleh Key. "Bohong, lo! Itu buktinya muka lo blushing!" goda Kinal yang membuat wajah Key semakin memerah.

Memang Key mempunyai kebiasaan blushing bila sedang malu. Wajahnya akan semerah tomat. Apalagi kalau semakin diledek dan goda, matang sudah wajahnya itu.

Tunggu. Wajahnya memerah? Apa Key mengira kalau ucapan Kinal tadi untuk aku dan dia? Aku juga sempat menganggapnya begitu tadi, tapi setelah melihat bukti dari Kinal, aku mempercayainya. Lalu kenapa Key masih blushing?

Dia mencibir Kinal dan menjitak kepala teman dekatnya itu. Ya, walau berbeda kelamin, mereka sudah kenal lama. Sudah biasa mereka saking ejek dan jitak seperti ini. Terlebih Kinal yang memang tomboy membuat tak ada sedikitpun rasa canggung di antara mereka.

Key menyeringai kepadaku dengan wajah yang masih merah.

Lucu sekaki lelaki ini ketika wajahnya sematang itu. Tapi aku tetap menyukainya. Diam-diam tentunya.

***

Lagi-lagi aku hanya dapat memandang punggungnya dari kejauhan.

Ada rasa sesak karena rasa ini tak pernah bisa diungkapkan langsung padanya.

Lidahku akan langsung kelu bila harus menyinggung hal tentang perasaan padanya. Dan aku memang terlahir sebagai wanita. Tabu bagiku untuk mengungkapkannya duluan. Walau banyak orang di luar sana yang tak peduli tentang hal seperti itu. Tapi itu mereka, bukan aku.

Aku suka kamu ditolak juga tidak apa-apa
Aku tak sembunyikan perasaanku yang sebenarnya
Aku suka kamu walaupun sejelek apapun
Perasaan yang melimpah ini tak akan kupendam

Aku menoleh pada Kinal yang aku tau tadi bersenandung dengan maksud menyindirku.

Andai aku bisa seperti lagu yang dinyanyikan olehmu, Nal.

Dia tersenyum penuh arti.

Ya. Dia memang tau kalau aku menyukai Key semenjak tiga tahun lalu. Semenjak kita duduk di kelas yang sama dan terus begitu sampai upacara kelulusan ini. Perasaan ini tumbuh dengan sempurna, membuat dadaku semakin sesak ketika mengingat tak ada ikatan apapun antara kami berdua

"Lo tau, Len? Gue yang nonton cerita kalian selama tiga tahun ini geregetan sendiri. Cerita kalian sama panjangnya kaya sinetron emak-emak yang gak ada endingnya karena berputar pada satu masalah yang sama."

Aku tersenyum getir. Mengingat tak ada kemajuan berarti antara aku dan Key selama tiga tahun ini.

"Kalian mau bikin cerita kaya Harry Potter yang berjalan sampai belasan tahun?" Aku tau Kinal bermaksud bercanda, tapi candaannya berhasil menyinggung hati kecilku.

"Gue udah punya endingnya, Nal," ucapku dengan mata yang kembali menatap Key yang sedang asik berfoto dengan teman-teman club marchingband-nya. Dulu dia begitu bangga pada club yang menurutnya adalah club terkeren di sekolah ini.

Kinal menghela napas panjang, seolah dia baru saja mendapat jawaban yang mengecewakan. "Kalau kado-kadonya gak bisa lo kasihin ke dia, buat gue ajah," ucapnya yang lalu kembali cengengesan. Dasar temanku yang satu ini.

Aku tersenyum tipis ketika Key menoleh ke arahku dengan senyuman khasnya.

Untuk hatiku dan semua hal yang aku tak bisa gapai karena hanya terpaku padamu. Aku menyelesaikan perasaan selama tiga tahun ini dan akan memendamnya sendiri.

Biarkan cukup aku yang tau. Jangan sampai kamu mendengar sendiri ucapan itu dariku. Karena bisa memiliki perasaan ini saja, aku merasa beruntung.

***

End

[Jakarta, 2 Juni 2016]

Teruntuk sahabatku yang cintanya tak terucapkan~

Iseng dan lagi inget sama temen-temen sekolah yang lagi mengejar mimpinya masing-masing. Emang sengaja pendek karena emang cuma iseng.

Ada yang mau request buat pasangan yang bisa aku bikin oneshoot? Tapi no gxg ya? Kalaupun cewe sama cewe, aku buat tentang persahabatannya. Lagi gabut sambil nunggu panggilan kerja. Atau ada yang mau nawarin aku kerja? *krik krik*

Sampai bertemu lagi di lain cerita~~

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang