Kise's PoV
"Even when you're alone, and nobody there, don't cry..."
Bla, bla, bla. Terserah apa katamu. Sampai saat ini aku sama sekali belum pernah menangis hanya karena aku kesepian—well, masa kecilku merupakan pengecualian. Meski aku di apartemen sendirian, atau aku datang terlalu pagi ke tempat penyiaran, aku tidak pernah merasa kesepian.
Aku tahu benar aku punya banyak teman, aku punya media sosial, dan aku punya penggemar. Semua hanya tinggal cekrek-upload saja—eits, jangan lupa isi caption yang menandakan aku sedang sendirian. Dengan begitu semua orang akan berkumpul menemaniku, tak peduli jam berapapun itu.
Benar, kan? Aku tidak akan pernah merasa kesepian.
Tapi, seharian tanpa kabar dari my honey bunny sweety Kurokocchi itu—
—'I can't bear it any longer! Hiks...' batinku sembari meraung-raung. Aku sudah nggak peduli! Mau sekarang aku lagi ada shift, mau masakan buat pelanggan gosong, mau diuber-uber atasan, aku nggak peduli!
Kurokocchi to aitai~ ╯︿╰
"Kise! Hoi, Kise! Sampai kapan kamu mau mojok di sana sambil nangis bombay, ewh?!" tegur Momoi-senpai. Entah sejak kapak gadis itu berada di hadapanku sembari berkacak pinggang.
Aku lantas mendongak dan menatap sengit ke arah perempuan sok kewl itu. Dia pasti menghampiri dengan tujuan menukar shift-nya denganku. Katanya sih, dia mau nyalon, mau benerin kuku, ngerawat kulit dan apalah itu.
Hmph, bilang saja dia tidak bisa memasak. Bahkan beberapa makanan yang kemarin dia sajikan mendapat teguran keras dari pelanggan.
Aku sama sekali tak berniat untuk menggubris apa yang dikatakan oleh Momoi-senpai selanjutnya. Pikiranku masih dipenuhi oleh Kuroko-cchi dan kerinduanku pada hadirnya. Ah, kapan aku bisa bertemu denganya? Ingin sekali kupeluk tubuh mungilnya sesegera mungkin ketika Ia membuka pintu dan menyambut kedatanganku.
"Uwaaaaaa~~~" tangisku pecah. Momoi-senpai nampak berjengit mundur beberapa langkah, wajahnya memasang tampang jijik. Yah, kuharap, setelah ini Ia akan mengurungkan niatnya untuk menukar shift denganku. Enak saja, sebentar lagi aku pulang. Masa sih, nanti malam disuruh kerja lagi, hanya karena makhluk pink satu ini? Toh dia juga bukan siapa-siapaku.
"Aku," aku bangkit berdiri. Dengan langkah kesal, aku berjalan ke hadapan Momoi-senpai. "aku tidak akan sudi menukar shift dengan senpai lagi! Jam kerjaku akan selesai setelah ini dan aku harus pulang!" ujarku sembari menuding-nuding wajahnya. Tidak sopan, sih. Tetapi apa boleh buat.
Rasanya sedih, gundah, gelisah, merana... Aku rindu Kurokocchi!
Kutinggalkan Momoi-senpai yang masih mematung di tempatnya. Mungkin, Ia terkejut dengan tingkahku barusan. Kise-kun kan, tidak selalu cool, unyu, keren... Dia bisa ganas juga. Huh! Makan tuh!
Setelah memeriksa kembali jadwal dan absenku untuk hari ini, kurapatkan kembali mantelku dan kuputuskan untuk pulang. Sembari mengulum senyum, bunga-bunga dalam dadaku kembali bergejolak, mengatakan bahwa setelah ini aku bisa memeluk Kurokocchi lagi.
Krieettt
Bunyi pintu besi yang terletak di samping restoran mengeluarkan bunyi derik yang cukup menyakitkan telinga ketika kudorong.
"Ah, Kise-kun. Sudah selesai kerjamu?"
Langkahku terhenti. Tubuhku tiba-tiba terpaku ketika mendengar suara itu.
Kuangkat kepalaku untuk menatap langsung sang sumber suara. Namun apa daya, jantungku malah berdegup semakin kencang.
Di sana, di hadapanku, telah berdiri seorang pemuda dengan tubuh terbalut sebuah mantel berwana cokelat. Masing-masing tanganya dimasukkan dalam kantung mantelnya. Celananya dan sepatunya hitam. Rambut biru mudanya sedikit berkibar ditiup angin.
Manik aquamarine-nya menatapku lembut, bersamaan dengan senyum manis yang terpatri di bibirnya.
"Malaikat."
Kuroko nampak bingung mendengar kata yang barusan kuucapkan.
"Hah?"
"Malaikat—"
"Malaikat?"
"MALAIKAT!"
"Kise-kun aku bukan malai—"
Sebelum Kurokocchi melanjutkan kata-katanya, aku sudah melompat dan memeluknya.
Ah, aku benar-benar merindukan hangat tubuhnya.
"Aku rindu Kurokocchi... Sangat rindu... Rindu...," lirihku. Bukanya ikut terharu, Kuroko malah tergelak. Sontak kulepaskan pelukanku dan kukerucutkan bibirku. "Jadi, sedari tadi, cuma aku yang rindu, dong? Ih, nggasuka."
"Bukan begitu," Kuroko kembali tersenyum. Hatiku meleleh. Duh, sepertinya aku tidak jadi marah.
"Kukira kau hanya akan terkejut, Kise-kun. Aku tak menyangka kau serindu itu padaku. I'm glad." ucapnya.
Tanpa menjawab perkataan Kuroko, kuhamburkan diriku pada pelikanya lagi.
"Aku menyayangimu, Kurokocchi!"
Kuroko kembaki terkekeh, "Iya, aku juga menyayangimu, Kise-kun."
***
HUWAAAAA AKHIRNYA BISA UPDATE JUGA.
Sebenarnya, ed sempet mikir bakal ngebiarin fanfiction ini gitu aja. Tapi... Ada beberapa hal yang bikin ed bisa ngelanjutin lagi:)
Maafkan juga chapter ini nggajelas. Hehe. Ngetiknya malam, sudah ngantuk. Mana skill nulis udah mulai nurun:)
Mungkin memang ngga bakal sering up, karena terhalang sama tugas dan... Mata kuliah. Sebenernya ed belum kuliah. Tspi ya... Ada mata kuliah:) maafkan ed yah! #korbanfasttrack
Sampau jumpa di chapter berikutnya! Bai bai!
KAMU SEDANG MEMBACA
[KiKuro FF] An Idol and His Stalker
Fanfiction"Aku memang tidak tahu siapa kau sebenarnya, tetapi aku menyukaimu." ujar si surai kuning sembari menunjukkan rentetan giginya. Lelaki safir yang duduk di hadapannya mendengus pelan, tak lama kemudian Ia tertawa. "Dasar kau, artis abal-abal." [Janga...