A Group of Haters

367 32 2
                                    

Pada akhirnya, status hiatusnya ed angkat, tapi mungkin bakal slow update. Terimakasih sudah membaca, readers!

Kuroko's PoV

Aku masih saja berlari. Masa bodoh jika kakiku pincang dan mati rasa nanti. Masa bodoh jika aku kehilangan banyak cairan tubuh lalu ambruk tak sadarkan diri. Masa bodoh jika tiba-tiba aku terkena penyakit paru-paru karena udara di dalam paru-paruku melebihi kapasitasnya. Aku benar-benar tidak peduli, meski jantungku bisa pecah-karena susah payah memompa darah kala aku memaksakan diri untuk tetap berlari.

Aku tidak peduli. Yang ada di pikiranku kini hanya satu, dan fokusku hanya tertuju pada headline surat kabar hari ini :

"Seorang artis, Kise Ryouta, ditemukan Terluka di Apartemennya dengan Luka Tusuk di Lengan Kanannya"

That litte shit!

Kapan para haters akan berhenti berurusan dengannya, hmh?!

BRAK!
Aku langsung membanting pintu apartemen Kise, begitu mengetahui pintu tersebut tidak dikunci. Pantas saja para penyusup sangat mudah masuk! Bagaimana tidak? Pengaman dasar dari pintu masuk saja tidak digunakan!

Nampaknya aku akan batal memberinya usulan untuk memasang alarm.

"Kise-kun, daijobu desu-ka?!" seruku dari ambang pintu kamar Kise-yang lagi lagi tidak dikunci-dan mendapati Kise sedang duduk di tepi kasurnya sembari menyesap secangkir teh hijau. Mungkin dia terkejut sekarang. Lihat saja, lelaki tersebut mulai membelalakkan matanya, nyaris tersedak, lalu menepuk pipinya beberapa kali.

"Ah! Kurokocchi! Kau tahu apartemenku dari mana? Kan aku belum memberitahu-"

Aku tak mau dengar. Aku sudah tak peduli. Melihat wajah Kise dengan cengiran khasnya terpampang di hadapan wajahku saja aku sudah merasa sangat bahagia.

Langsung kulemparkan diriku dan kudekap Kise, sebelum lelaki tersebut sempat menyelesaikan kalimatnya. Tak peduli air mataku meleleh, mengalir melalui pipi dan menetes lewat daguku.

"Ano... Kurokocchi? Jangan nangis, please." Kise menggigit bibir bawahnya sebal. "K-kalau aku salah aku minta maaf. Jangan nangis, Tetsuya. Please. I love you so much that I can't forgive myself to see you cry like this." lirihnya.

Aku melepaskan dekapanku dan kuseka air mata yang masih mengalir menggunakan sapu tangan yang selalu siap sedia dalam saku celana. Setelah yakin bahwa air mataku telah sepenuhnya berhenti mengalir, aku menatap Kise. Kutarik masing-masing sudut bibirku dan membentuk sebuah senyuman. Kini diriku sadar, bahwa yang sedari dulu kuinginkan-yang sedari dulu kudambakan, yang ingin kudekap erat, yang selalu memaksa masuk ke dalam pikiran sesakku, yang dapat membuat seluruh tubuhku bergetar hanya karena senyumannya pada sebuah hasil jepretan-kini sepenuhnya ada di hadapanku.

Manik emas dengan sorot sendu tersebut kini hanya ingin menatap ke arahku, bibir merah nan lembap itu kini hanya ingin menyebut namaku, dan hati lembut nan rapuh tersebut kini hanya haus akan kasih sayangku. Semua-

-semua yang ada padanya kini menjadi milikku dan selamanya hanya akan tertuju padaku.

Aku bahagia. Aku sungguh-sungguh bahagia.

"Kurokocchi? Ada apa denganmu hmph-"

Dasar bibir tidak sopan. Pasti kau akan berpikir begitu. Main nyosor saja, seperti tidak ada timing yang pas. Iya, aku tahu. Aku tahu persis ... tapi sayang, bibir ranum Kise sungguh menggoda, mengundang untuk dikecup. Lagipula, Kuroko Tetsuya juga tidak selamanya akan bertingkah polos, kan?

"Kurokocchi! You're naughty!" sambat Kise, tepat setelah aku melepaskan kecupanku.

"Ehehehe," aku hanya tertawa.

"Masih sakit, Kise-kun? Lukamu bagaimana?"

"Ah, sudah tidak terlalu perih. Lagipula hanya luka kecil."

Aku hanya manggut-manggut. Terserah kau lah, Kise.

"Kise-kun?"

"Ya?"

"Emm...," aku menggigit kuku. "Kontrak apartemenmu tinggal berapa lama?"

"Hm... masih dua tahun kedepan. Memangnya kenapa?"

"Uh... kontrak apartemenku akan habis lusa-"

"Heh? Kau sudah cari apartemen baru? Atau kau perpanjang kontraknya?"

"Anu... aku tinggal denganmu saja, ya? Aku khawatir kau dalam bahaya lagi."

Kise berjengit kaget, namun kemudian Ia tergelak.

"Boleh, boleh. Apartemen ini juga rasanya terlalu luas untukku saja. Apalagi, kamarnya ada dua."

Mataku berbinar. Aku melonjak senang dan menubruk tubuh Kise dengan pelukan. Mungkin lelaki tersebut akan sedikit terkejut, namun yah... biarkan saja.

"Kurokocchi?!"

Selanjutnya aku tak tahu bagaimana ekspresi Kise karena aku memgenggelamkan wajahku pada dada bidangnya.

TBC

[KiKuro FF] An Idol and His StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang