.
.Seoul, 09:30 Kst.
Pohon Beech dan Maple tampak menghisai taman rumah sakit Seoul hospital, dimana pohon-pohon itu memperlihatkan keindahan warna warni daun khas musim gugur. Anak-anak tampak riang bermain disana, beberapa tampak berlarian dengan baju rumah sakit mereka, bermain petak umpet, ataupun menghamburkan daun kering kepada temannya.
Mereka tampak bahagia, meskipun keadaan mereka tidaklah 100% sehat.
Dari lantai dua, Fahima tampak memperhatikan gadis kecil yang duduk diatas kursi roda, di sebelahnya ada perawat yang mencoba untuk menghiburnya. Namanya Yenna, gadis kecil berumur 5tahun yang mengidap penyakit Brain tumor stadium 4, atau sering disebut Tumor otak.
Fahima mengenalnya, karna Yenna sudah dirawat disini lebih dari 2tahun, tentunya jauh sebelum ayah Fahima dirawat. Pertama kali mengenal Yenna adalah saat musim semi dua tahun lalu, saat Yenna sedang menangis di Taman bersama suster yang menjaganya, Fahima mencoba menenangkannya dengan sebuah coklat, dan syukurnya Yenna berhenti menangis.
Yenna gadis yang manis, meskipun tanpa rambut di kepalanya. Saat diluar Yenna selalu menggunakan Cloche putih, untuk menutupi kepala botaknya, Yenna sedikit minder dengan pasien anak yang lainnya, dia cenderung tertutup pada siapapun, bahkan pada suster yang selalu menjaganya. Tapi pada Fahima, Yenna sangatlah dekat, dan tidak tanggung-tanggung mencurahkan isi hatinya pada Fahima yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.
Orang tua Yenna adalah orang sibuk, Fahima pernah mendengar bahwa ibu Yenna adalah seorang Akrtis, sedangkan ayah Yenna adalah seorang pengusaha, dan kesibukan mereka membuat gadis 5tahun itu harus merasakan kesepian tanpa keluarga yang menjaganya.
Bahkan setelah dua tahun, Fahima belum pernah melihat kedua orang tuanya menjenguk Yenna, seakan penyakit Yenna adalah aib yang harus di sembunyikan. Jika dipikirkan, umur Yenna sama dengan umur Fathimah, dan itu membuat Fahima semakin menyayangi Yenna, seperti ia menyayangi Fathima.
Gadis itu berdiri dari duduknya, lalu berjalan menghampiri kasur tempat ayahnya terbaring.
"Abi ... " Fahima menggenggam tangan ayahnya.
"Ima pergi kerja dulu, Assalamualaikum..." untuk beberapa saat ia memandang wajah sang ayah, berharap ayahnya akan menjawab salamnya.
Ia tersenyum tipis, karna menyadari bahwa ayahnya tetap tidak akan bangun. mencium tangan sang ayah, lalu mencium kening ayahnya cukup lama. Dan beranjak pergi meninggalkan kamar rawat.
.
.
.Seseorang melemparkan sebuah koran ke atas meja, memperlihatkan berita kecelakaan lalulintas yang telah merenggut 2 nyawa pada halaman pertama. Disana tercetak jelas tahun penerbitannya. 05 April 2014.
Pria paruh baya itu mengangkat kepalanya, menatap orang yang baru saja masuk keruang kerjanya tanpa mengetuk pintu, dan lebih parahnya lagi, orang itu membanting koran keatas meja kerjanya, di-depan-wajahnya.
"Ini berita lama, apa kau mau mengungkitnya lagi?" Pria paruh baya itu berkata setenang mungkin, dengan tatapan yang mengintimidasi.
"Iya" dan pria di depanya berkata dengan tegas, seakan ia tak peduli dengan status lawan bicaranya .
.
.
.Sementara itu disisi lain...
Seorang wanita tengah merangkai beberapa bunga, merapihkan pot-pot bunga, juga menyiram kan air pada mereka.
"Ima-ah..." sesorang memanggil dari dalam rumah.
"Ne Halmeoni...? " wanita itu masuk kedalam rumah dan mendekat kearah wanita tua yang sedang menata masakan pada meja makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI SURGAKU
RomanceBagi seorang Park Chanyeol cinta tidak harus memandang agama. Tapi untuk Fahima, agama adalah segalanya. Karna hal itu, kisah cinta diantara merekapun harus terhalang.