PART4

187 18 1
                                        


.

Hari itu, dibawah langit senja, dua insan yang tengah terduduk di atas ayunan masih sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

"Pha hima-ssi — kenapa kau melarangku menyentuh bunga itu?" Setelah kecanggungan yang terjadi, Chanyeol mencoba mencairkan suasana diantara mereka.

Ya, setelah mereka saling tertawa tadi, Fahima berpikir memiliki teman bukanlah hal yang buruk, asalkan ia bisa menjaga diri dan tidak terlalu percaya pada pemuda di sampingnya. Netra hitam itu melihat kearah pohon bunga yang Chanyeol maksud, tatapannya berubah menjadi sayu, ia tersenyum tipis, Fahima tau pemuda di sebelahnya tidak mungkin bisa melihat senyumannya.

"Aku tidak mau ada yang merusaknya"

"Kenapa? kalaupun dirusak, pasti akan di ganti dengan yang baru bukan? Kupikir lebih baik digant—" Chanyeol tertegun saat melihat gadis disampingnya  menggelengkan kepala cepat. Apa aku salah bicara?.

"Itu tidak boleh—" suaranya sedikit tercekat "—Pohon itu ditanam oleh Ummi dan Fathima"

"U-mi ?" Chanyeol mengulang perkataan yang ia dengar.
.
Fahima menggerakkan ayunan yang ia naiki, tatapanya tidak lepas dari pohon bunga Mawar didepannya. "Ummi itu ibuku, dan pohon Mawar itu ditanam oleh ibu dan adikku sebelum mereka meninggal —"

Chanyeol tertegun saat mendengarnya, sungguh ia menyesal telah bertanya seperti itu. Tatapannya tak lepas dari gadis di sampingnya, gadis yang tengah mengayunkan ayunan yang ia naiki.

"Maafkan aku, aku tidak—"

"Gwenchana" Fahima segera memotong perkataan Chanyeol, Chanyeol tidak salah, untuk apa meminta maaf. Pikirnya.

Fahima mencari sesuatu di tas kecil miliknya, mengambil benda persegi panjang berwarna hitam, lalu menekan tombol power button di sisi kanan ponselnya. Ia melihat jam yang terpampang di layar lock screen, di ponselnya. Lalu berdiri dengan cepat, ia tidak sadar bahwa waktu sudah menujukan pukul 17:30 kst, dan awanpun sudah sedikit terlihat gelap. Ia segera berbalik ke arah Chanyeol, bukan melihat mata Chanyeol, gadis itu malah melihat jidat pemuda yang masih duduk di atas ayunan sebelahnya.

"Maaf Park Chen—?"

"Park Chanyeol" Chanyeol membenarkan.

"Aah— iya, maksudku Park Chanyeol-ssi, aku harus segera pulang."

Chanyeol langsung menegakan badanya dan berdiri saat mendengar bahwa gadis itu akan pulang. Fahima sedikit terkejut dengan respon Chanyeol yang mendadak seperti itu, dan Fahima semakin terkejut saat pemuda itu mengatakan sesuatu padanya.

"Biar ku antar"

"Eh? Apa?" Fahima tidak tuli, hanya saja ia terlalu terkejut, dan hanya kata 'apa' yang bisa ia katakan.

"Kau akan pulang kan? Biar ku antar" Chanyeol masih mencoba menawarkan diri untuk mengantar gadis di depannya.

Fahima sedikit was-was dengan ajakan Chanyeol, Fahima tau seharusnya ia langsung pergi tadi, bukan malah mengiyakan ajakan pemuda itu untuk berteman. Ia benar-benar harus waspada terhadap orang disekitarnya.

"Tidak, a-aku harus pergi ke rumah sakit dulu" Fahima bersikeras untuk menolak, Chanyeol sadar bahwa gadis didepannya sedikit gugup.
apa itu karna Chanyeol terlalu tampan? Atau Chanyeol yang terlalu menawan? Sampai-sampai gadis di depanya ia buat gugup begitu.

Oh ayolah Park Chanyeol. Hilangkan kepercayaan diri mu yang berlebihan itu.

Tapi sepertinya kepercayaan diri pemuda itu hilang, saat melihat mata gadis di depannya yang bergerak gerak cemas. Chanyeol sadar, Fahima takut akan dirinya.

BIDADARI SURGAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang