4

44 3 0
                                    

"Ok. Dokter. Keadaan saya akan baik-baik saja,Okay?Dan saya pastikan ini hanya anemia biasa"Berlian menatap tajam seorang dokter yang ada didepannya dengan tajam setelah dokter memberitahukan Berlian mengidap penyakit Anemia akut.

"Tapi saya khawatir Anemia nona berubah jadi le--"

"Stop dokter. Heii. Dokter tau?Saya Berliana Ashley anak dari bapak Ashley barawijaya. Dokter tau?Ayah saya tidak akan membiarkan saya. Dan dokter,tolong jangan panggil saya Nona. Nama saya Berlian. Dan. Euhhmmm. Dokter jangan beritahu siapapun saya kesini dan kena sakit yang tidak jelas ini. Dokter mengerti?"Berlian memajukan wajahnya dan menatap sinis mata dokter sambil mengerucutkan bibirnya.

Yah,sehabis mandi Berlian memutuskan untuk memeriksa kondisinya apakah dia baik-baik saja atau tidak. Dan ternyata,Berlian tidak baik-baik saja.

***

Sepulang dari dokter,Berlian melihat surat riwayat dari dokter dan meletakannya sembarang. Berlian menghempaskan badannya kasar ke kasur dan memejamkan matanya sambil memijit pelipisnya.

Berlian berulang kali melihat handphone nya dan melihat sepuluh missed call from Aldi.
Berlian membulatkan matanya lebar dan menekan tombol call.

"Halo"

"Halo Aldi. Sorry aku tadi gak lihat telfon kamu. Aku sibuk tadi. Sorry yah"

"Halo Berliana. Apa kabar nak?Ini Tante Tania. Uhm?Aldi sedang ke kamar mandi. Ohya,bagaimana kabar ayahmu?Apa dia masih tampan seperti dulu?Atau semakin tampan,Huh?Tolong sampaikan salamku,Berliana sayang"

Seketika pandangan Berlian mengabur oleh air mata yang terjun dari matanya. Seperti air yang mengalir,air matanya membasahi pipinya begitu saja.

Seketika itu,Aldi kemudian berbicara. Berlian hanya mematung kemudian menekan tombol end. Berlian berbaring dikasurnya dan memegang hidungnya yang terasa basah. Darah lagi.

Berlian hanya menutup kedua wajahnya dan menangis membenamkan wajahnya ke bantal tidurnya.

***

"Apa salah gue?Sampai mamanya Aldi kelihatan benci banget sama gue. Inikan kesalahan di masa lalu. Kenapa gue yang diginiin?"Berlian menangis tersedu-sedu saat Vania masuk ke kamarnya.

Vania hanya mengelus punggung sahabatnya itu dan memeluk sahabatnya. Vania kemudian mengambilkan tissue buat Berlian yang masih menangis.

"Nih,lap du--"Vania mematung ketika melihat Berlian mengangkat wajahnya dan hidungnya mengeluarkan darah"Darah?Hidung lo?Berlian?Lo kenapa?Lo sakit?"Vania mengguncangkan tubuh Berlian yang berusaha menutupi darah dihidungnya.

"Gak. Ini cuma karna kecapean. Gue gakpp kok,Van."Ucap Berlian yang terus mengelap darah dihidungnya.

"Gak Berlian. Setau gue,lo gak pernah tuh mimisan. Gue dari kecil sama lo,jadi gue tau banget. Lo jangan bohongin gue,An."Vania menatap sedih sahabatnya yang terus mengelap darah dihidungnya.

"Gue. Gue. Gue pernah periksa ke dokter. Dan dokter bilang,gue kena Anemia akut. Gue cuma ANEMIA Van. Lo gak usah khawatir."

Vania kemudian duduk disamping Berlian dengan pandangan kosong. Ia memainkan jemarinya dan mencoba mencerna baik kata-kata Berlian. Hanya Anemia Akut.

"Hanya lo bilang?Anemia akut?Kalau gak disembuhin bakalan jadi Leukimia Berliana"Vania membuka bicara tapi tidak menatap Berlian. Ia memilih untuk berdiri dan melihat dirinya di cermin meja rias. Tak ada jawaban dari Berlian membuat Vania berbalik kearah Berlian.

Berlian sudah tidur dengan pulas diatas kasurnya dengan mata sembab seperti orang yang menangis karena kematian. Vania mendekati Berlian dan menatap lekat-lekat sahabatnya itu. Kemudian mengambil tas samping dan mengelus rambut Berlian.

"Lo harus sembuh Berliana,Lo pasti bisa sembuh. Gue gak mau kehilangan lo"Vania kemudian berjalan keluar dan menutup pintu rapat-rapat. Berlian kemudian membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya.

"Gue gak bisa sembuh,Vania."Batin Berlian.

***

"Aldi. Apa gak sebaiknya kita putus aja?Aku udah gak tahan sama sifat Tante Tania. Kamu tahu?Dia selalu mengungkit masalah tentang ayahku. Mungkin dia tidak memberikan restu buat kita"Ia hanya menundukkan kepalanya dan memeluk kuat kedua kakinya.

"Gak. Aku gak mau. Kamu tau?Aku udah bicara sama Mama. Dan dia bilang kalau dia restui hubungan kita. Aku sayang sama kamu,dan aku gak mau kehilangan kamu Berlian. Minggu depan,aku dan keluargaku akan datang kesini untuk hari tunangan kita"Aldi menarik bahu Berlian agar sejajar dengannya. Berlian hanya menatap sedih Aldi.

"Aku juga sayang sama kamu Aldi,tapi apa mama kamu bisa gak bicara tentang ayahku didepanku lagi?"Berlian melingkarkan tangannya di pinggang Aldi dan memeluknya. Aldi hanya diam dan mengelus rambut Berlian yang hitam.

"Semuanya akan berjalan baik-baik saja sayang. Kita akan lalui ini sama-sama. Kamu tidak sendiri,aku selalu ada disini untuk kamu"Berlian semakin memeluk erat Tubuh Aldi yang berisi dan mengangguk setuju dengan perkataan Aldi.

***

"Ayah,Ma. Aldi dan keluarganya udah datang belum sih?"Berlian sibuk merias wajahnya secantik mungkin di hari spesial ini. Berlian terus mengecek ponselnya yang menunjukkan bahwa sebentar lagi acara akan dimulai dan Berlian akan resmi menjadi Tunangan Aldi.

"Berlian. Tunggu apalagi?Ayo turun. Aldi dan keluarganya sudah datang."Terdengar suara mama Berlian berbisik membuka pintu kamar. Berlian menghembuskan nafasnya kasar dan melangkah keluar kamar.

Dilantai dasar,sudah berkumpul keluarga dan beberapa tamu penting. Berlian kemudian melangkah turun membuat pandangan semua orang yang berkumpul,hanya tertuju di Berlian.

Berlian tampak begitu anggun dengan Dress selutut berwarna merah maron,sepatu berhak tinggi berwarna hitam beling-beling dengan rambutnya disosis gantung dan diatasnya ada mahkota kecil. Tampak sangat anggun sepadan dengan ruangan itu yang bernuansa merah maron. Aldi mendekati Berlian dan memegang tangan Berlian hingga mereka benar-benar berdiri ditengah para tamu undangan.

Tiba saatnya,Aldi mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah maron dari saku jas hitamnya dan membukanya didepan Berlian. Betapa indahnya isi kotak itu,Dua buah cincin berwarna putih dengan Beberapa Berlian diatas cincin tersebut menambahkan pesona cincin yang indah. Aldi tanpa ragu memasangkan cincin di jari manis Berlian,begitupun Dengan Berlian. Setelah resmi bertunangan,para tamu kemudian bertepuk tangan. Berlian dan Aldi kemudian berpelukan disana.

"Kamu tampak cantik hari ini. Setelah ini,ikut aku kesuatu tempat."Aldi membisikkan Kalimat itu tanpa melepaskan pelukan hangat mereka.

"Kamu tampak tampan sekali,sayang. Ok,kemanapun aku akan ikut asal denganmu"Berlian mengiyakan ucapan Aldi dan melepaskan pelukan mereka berdua.

Setelah itu,para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati beberapa sajian yang tersedia. Berlian mencoba mencari ayahnya dan melihat ayahnya bersama Tante Tania duduk. Berlian kemudian mendekati mereka.

"Wah,anak Ayah sekarang sudah besar. Jadi kapan kalian akan menikah?"Ayah Berlian kemudian menyadari kehadiran Berlian dan mengelus kepala anaknya itu.

"Nanti ajah yah pah. Ini ajah baru selesai tunangan."

"Ohiya,Berlian. Maaf kalau selama ini tante sering buat kamu takut yah dengan omongan tante. Tante sayang kamu kok nak."Tante tania kemudian memeluk hangat tubuh kecil Berlian.

"Berlian?Ayo,kita pergi. Om,mama?Aku pergi sama Berlian dulu yah. Dahhh"Aldi menarik tangan Berlian dan melajukan mobilnya cepat menuju ke tempat tujuan. Sementara Berlian hanya diam karena tidak tahu akan kemana ia dibawa.

***

"Sampai"Aldi memberhentikan mobilnya dan membukakan pintu untuk Berlian setelah mereka sampai ke tempat tujuan. Berlian hanya mematung setelah melihat apa yang ada didepan matanya.

BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang