7

62 2 6
                                    

"Berlian,Berlian?Lo kenapa?Bangun"Vania mengoyangkan tubuh Berlian yang terasa kaku. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin yang sangat banyak.

"Van?Gue dimana?Anak kecil itu dimana?Gue?Gue--Gue udah mati Van. Gue takut"Berlian bangun dan memeluk erat Vania. Berlian hanya menangis mengingatnya. Vania menepuk pundak Berlian berusaha menenangkannya. Berlian hanya menumpahkan Sedihnya saat itu.
"Ini,lo minum dulu. Apapun mimpi lo itu,lo gak perlu khawatir. Itu hanya bunga tidur,Okey?Gue disini,An. Gue disini jagain lo"Vania menatap sahabatnya yang ketakutan lekat.

Berlian dan Vania pun tidak melanjutkan tidurnya. Mereka bersiap-siap menghabiskan hari-hari mereka bersama.

"Van?Hari ini kita ke mall yah?Gue pengen banget habiskan waktu sama lo. Gue janji gak bakalan capek"Berlian memohom Kepada Vania saat Vania keluar dari kamar mandi. Vania hanya mengangguk sambil mengeringkan rambutnya. Vania sengaja untuk mengikuti permintaan Berlian mungkin untuk yang terakhir kalinya.

Setelah beberapa saat mereka sudah siap,mereka turun untuk sarapan. Setelah sarapan,mereka pamitan untuk pergi. Vania sudah membujuk dengan susahnya ayah Berlian,dan setelah meyakinkannya Vania pun diberi izin membawa Berlian.

***

Vania dan Berlian memarkirkan mobil mereka di parkiran salah satu mall besar disana. Setelah itu mereka berjalan-jalan dan memutuskan ingin melihat-lihat baju.

Brukk..

"Mba?Sorry,saya gak sengaja. Saya tadi buru-buru. Mari saya bantu berdiri,Mba"Seorang pria yang membawa kardus ditangannya,membuangnya sembarangan dan membantu wanita yang ditabraknya tadi.

"Duh,mas kalau jalan tuh hat--"Ucapan Berlian terpotong saat melihat sesosok pria yang tadi menabraknya berdiri dengan tegap dengan rambut yang tersisir rapi,berkulit sawo matang dan mata yang berawarna coklat. Andre. Berlian berusaha sadar dari lamunannya dan menghindari pria yang masih mematung melihat sosok Berlian di depannya. Tapi,tangan Berlian dicegatnya Dan menuliskan sesuatu ditangan Berlian.

***

"Jam 1 siang di starbuck"

Berlian melamun melihat tulisan ditangannya itu. Vania hanya bertanya kebingungan olehnya. Berlian bahkan tidak memakan es krim kesukaannya saat mereka membelinya di kedai es krim.

Setelah hampir beberapa saat melamun,akhirnya mereka menghabiskan waktunya untuk membeli aksesoris. Berlian melirik jam tangannya dan melihat sudah tepat jam 13.00
Berlian kemudian menarik cepat Vania saat mereka selesai membayar belanjaan mereka. Vania hanya mengikutinya dengan bingung.

Berlian melihat dari jauh sosok yang dikenalnya itu dan kemudian berjalan lambat. Akhirnya Berlian sampai didepannya dan melihat meja itu sudah ada cofee untuk mereka.

"Jadi. Lo udah tunangan dengan Aldi?"Pria itu menyeruput kopinya dengan santai dan melemparkan senyumnya untuk wanita itu. Berlian hanya kaku mendengar pertanyaan itu dan mencoba untuk tidak menjawabnya.

"Hmm. Tepat sekali. Berlian sudah tunangan dan hampir menikah. Apa kau puas sekarang lelaki es?"Vania melihat Berlian tak menjawab dan akhirnya diapun yang menjawab. Vania menjulukinya lelaki es karna wajahnya dan tatapannya sedingin es. Senyumnya pun begitu. Berlian menginjak kaki Vania berusaha memberi kode.

"Oh. Berlian dengan sahabat kecilnya yang dulu sangat menyukai cotton candy? Berlian?lo pergi untuk ini,Hmm?"Andre tak menatap mereka dan meletakkan kembali cofee yang dia minum hampir setengah.

"Hey?Lo tau darimana tentang gue?Dasar sok tau!"Vania berusaha mengenalinya tapi tetap juga dia lupa. Andre hanya melemparkan senyum tipis kearahnya dan kembali melihat Berlian.

BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang