Part 4

1.6K 167 1
                                    

Happy reading :v

Kau menuruni tangga perlahan sambil menepuk-nepuk kedua pipimu dan memikirkan kejadian yang terjadi tadi malam. "Bisa-bisanya aku dijebak oleh Taeyong.." Ucapmu dalam hati.

Tiba-tiba seseorang datang dari belakang dan merangkulmu. "Sudahla... jangan terlalu dipikirkan..."

Aku sangat kaget dan lansung mengelus dadamu... Ah.. ternyata Taeyong. "Tadi malam kau hampir saja membunuhku dan sekarang kau juga mau membunuhku..." Kau tetap berjalan diikuti oleh Taeyong.

"Itu tidak akan membunuhmu... paling tidak itu hanya akan membuat beberapa bagian badanmu sakit atau ngilu.." Taeyong menjawabnya tanpa beban sama sekali.

Kau berbalik dan memukul dadanya pelan, "kalau begitu jangan dekati aku lagi." Lalu kau berhenti berjalan, "jangan dekat-dekat aku mulai..."

Lagi... Taeyong memotongmu berbicara, "Jangan bertingkah seperti anak kecil," Taeyong menggandengmu dan kemudian kalian berjalan bersama, "sudahlah lupakan masalah tadi malam," ucapnya pelan. "Kau tau aku tidak akan melupakannya," bisiknya lalu Taeyong terkekeh.

"Jadi kau menyuruhku melupakannya sementara kau akan mengingatnya?" Ucapmu kesal.

"Baiklah... kau dan aku, kita tidak akan melupakannya, kalau perlu aku memberitahukan hal ini pada mereka semua.." Taeyong tersenyum.

"Wah... kenapa kau sangat suka mengancamku dan kenapa kau selalu bisa mengancamku... Jangan-jangan kau memakai guna-gunakan..." Kau menyilangkan tanganmu di depan dada.

"Hm... aku tak tau... mungkin ini yang dinamakan jodoh atau mungkin kau memang tergila-gila denganku." Taeyong tertawa.

"Kau selalu membuatku kesal, apa itu namanya jodoh juga? Apakah aku tergila-gila denganmu juga?" Tanyamu.

"Ya ampun..." Terdengar suara dari belakang, "bahkan saat bertengkarpun kalian masih tetap terlihat romantis." Ten menepuk bahu Taeyong. "Hm.. kapan aku bisa seperti ini ya."

"Ten...kau tidak usah mencampuri urusan kami..." Tegasmu pada Ten.

"Aku tidak mencampuri urusan kalian kok... Aku tadi mau ke bawah dan kebetulan aku bertemu kalian di sini.. lagi puka jika kalian ingin bermesra-mesraan kusarankan jangan di sini."

"Wahh kau sangat cerewet sepertu Taeil..." Taeyong menyentil dahi Ten.

"Aw... kenapa kau sangat suka menyentil dahi orang..." Ten memegangi dahinya. "Akan kuadukan kau kepada ibuku." Ten berjalan menuruni tangga.

"Hei... kau tidak bisa sopan pada orang..." Ucapmu pada Taeyong. "Jangan pernah menyentil orang yang tidak bersalah... jika kau melakukannya tepat di depanku, akan kuputuskan kau." Ucapmu sok serius.

"Wahh.. sepertinya kau mengancamku.. hm apa kau mencoba membalas dendam?" Taeyong menaikkan salah satu alisnya.

"Anggap saja begitu..." Kau memutar bola matamu.

"Kau memutar bola matamu tadi," Taeyong menunjuk matamu. "Hm.. sepertinya kita sama-sama memiliki hal buruk."

"Semua orang pasti memiliki hal buruk jika tidak diubah.. Ayo turun ke bawah, mungkin yang lain sudah menunggu..." Kau menarik tangan Taeyong dan kalian menuruni tangga.

Saat di meja makan, seperti biasa kalian menyantap roti lapis dan susu.

"Hei Ten..." Ucap Taeyong sambil mengunyah rotinya.

Kau memukulnya, "jangan berbicara saat mulutmu masih penuh..." Kemudian kau meneguk susuk.

"Baiklah sayang... Hei Ten..." Ucap Taeyong setelah menghabiskan rotinya." Apa kau benar-benar mengadukan aku pada ibumu? Kurasa itu bukanlag solusi.. Mana mungkin ibumi percaya pada apa yang kau katakan tentangku."

Our Love (Imagine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang