Chapter 2
"Deriza!"
Aku mendelik sebal ke arah sumber suara karena mengganggu kegiatanku yang sedang mencatat rumus fisika, dan sumber suara itu mengarah kepada Keyla.
Untuk apa dia datang ke kelasku? Oh iya, Keyla ikut kelas program IPS, sedangkan aku ikut kelas program IPA, jadi cukup susah untuk bertemu bahkan menyusul dengan Keyla karena akan memakan waktu. Selain IPA maupun IPS punya gedung tersendiri, lamanya waktu istirahat kami tidaklah banyak, Cuma dua puluh menit.
Dengan sedikit ogah-ogahan, aku pun berhenti dari kegiatan mencatat rumus fisika dan mendatangi Keyla yang berdiri di daun pintu kelas. Dan ekspresinya bikin aku memandang Keyla sedikit risih. Ekspresinya tampak senang.
"Ada apa, sih? Kok lo kayaknya seneng banget?" tanyaku, menuntun Keyla untuk duduk di bangku panjang yang sudah tersedia di depan kelas masing-masing.
"Good news for you, Der!" serunya, tampak sangat bahagia.
Bisa aku rasakan bahwa keningku semakin mengkerut, bingung.
"Berita apa, sih?" tanyaku, entah kenapa aku juga penasaran sekaligus bingung dengan berita yang akan disampaikan oleh Keyla.
Keyla tampak mengatur nafasnya supaya normal, kemudian menatapku dengan mata yang berbinar dan memegang kedua lenganku.
"Der, Aaron udah tau semuanya."
Aku sedikit melongo. Bingung. Tau semuanya... maksudnya apa?
Keyla memutar bola matanya, kesal. Tampaknya dia bisa membaca raut wajahnya yang lebih bingung dari sebelumnya.
"Aaron udah tau semuanya, Der. Dia udah tau kepicikan yang timbul akibat teman dekatnya, yaitu Adisya. Aaron nyesal udah percaya dengan kata-kata Adis waktu itu dan menyesal juga udah mutusin elo," jelasnya.
Wait.
Apakah Keyla tadi mengatakan bahwa Aaron menyesal sudah memutuskan aku?
Menyesal?
Really?!
"Key, gue pingin banget percaya dengan kata-kata lo tadi, tapi plis jangan buat gue baper. Gue tau kok kalau gue gagal move on dari Aaron, tapi nggak gini caranya, Key," ucapku kepada Keyla dengan sedikit kepercayaan –aku pun berdoa semoga kata-kata Keyla tadi ada benarnya-.
Keyla memutar bola matanya –lagi-. Lalu tiba-tiba, aku refleks menutup mulutku yang hampir menjerit kaget karena Keyla menyeret tubuhku pergi, entah kemana. Aku tak berani meneriaki Keyla, karena langkah-langkahnya cukup cepat. Dan aku sedang tidak ingin memuntahkan nasi goreng seafood spesial ala Mama yang tadi pagi kumakan.
Lagipula, tampaknya Keyla ingin membawaku ke kelasnya, kelas XII IPS 2. Tapi, ketika aku sampai di tangga untuk menaiki lantai, tampak sekali kelas XII IPS 1 dipenuhi dengan manusia, seperti lautan manusia.
"Key, di sana ada apa, sih?" tanyaku kepada Keyla. Tapi sayangnya ia tak menjawab pertanyaanku dan makin menyeretku ke kelas yang di penuhi oleh manusia.
XII IPS 1... hm, bukannya itu kelas Aaron dan Adis, ya?
Sebelum aku dan Keyla sampai di depan kelas XII IPS 1, sebuah teriakan membahana sampai telingaku terdengar. Suara cowok.
"... gue nggak nyangka, sampai sepicik gini. Lo tau, gara-gara lo, hubungan gue dengan Deriza kacau gara-gara berita lo! Dan bodohnya lagi, gue percaya gitu aja sama perkataan lo! Bahkan gue mengiyakan begitu aja permintaan dari lo untuk supaya gue putus dengan Deriza!"
Tubuhku membeku luar biasa. Seharusnya aku nggak kaget dengan beginian, tapi entah kenapa aku bisa merasakan kemarahan yang mendominasi. Aku tau suara itu. Suara itu milik Aaron. Selain teriakannya yang membahana, suasana sekeliling mereka juga sunyi, seakan-akan manusia-manusia itu menonton layaknya menonton di bioskop.
"Gandi Cuma nemenin Deriza buat bantu Deriza milih jam tangan. Dan jam tangan itu buat gue, Dis! Buat gue! Buat ngerayain hari jadi kami yang ke-3 bulan! Lo tuh sadar nggak, sih?! Lo udah ngerenggut sumber kebahagian gue, Adisya!"
Entah dorongan dari mana yang membuat aku langsung menerobos masuk ke kelas XII IPS 1 yang saat itu di penuhi manusia. Aku tak peduli dengan kelas yang penuh dengan manusia, hanya satu objek yang memenuhi otakku, yaitu Aaron.
Tanpa terasa, aku sudah berada di dekat Aaron. Aaron yang sedang menatap sengit di depan bangku Adis, sedangkan Adis duduk di bangku dengan tersedu-sedu, mungkin Adis tak mengira bahwa Aaron akan mengetahui secepat ini.
Hey! Dua tahun itu nggak cepat, tau!
Ada segelintir siswa yang melihat kehadiranku dan mengenaliku dengan cepat.
"Itu Deriza, 'kan?" bisik seseorang yang masih bisa kudengar. Dari bisikan tersebut, menyebarlah berita aku yang juga hadir dalam sesi penuh emosi ini, tentu saja dengan bisik-bisik.
Tak berapa lama kemudian, akhirnya Aaron menyadari kehadiranku yang ikut bergumul dengan para manusia, menonton dirinya.
Ketika mataku dan mata Aaron saling bertemu, entah kenapa aku bisa menemui matanya yang tampak sendu.
∙∙∙∙∙∙
Updated : June 23rd, 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
(Ex)Boyfriend
Short StoryMantan pacar. Ahh, aku sangat mendambakannya. Sayang saja, aku dan dia sudah putus. Dan aku berharap, kami akan balikan dan memulai semuanya dari awal. Tapi, Adis akan sangat menentang hal itu. Copyright © 2016 by salsabilashaf. All rights reserved.