Chapter 4

292 10 4
                                    

Chapter 4


"Gue shock pas denger lo mutusin gue Ron, bahkan ketika gue pingin memberi lo kejutan, lo langsung mutusin gue. Setelah lo nuduh gue kalau gue selingkuh dengan Gandi, dari situ gue mulai dilema. Salah gue juga, kenapa harus ngajakin Gandi buat nemenin gue milihin jam tangan? Kenapa nggak Keyla aja yang nemenin gue? Kenapa harus Gandi? Salah lo juga, yang langsung nuduh kalau gue selingkuh tanpa lo meminta penjelasan. Tapi lo nggak tau saat itu, jadi gue bisa maklum. Tapi rasa-rasanya gue nggak rela kita udah putus, Ron. Tapi gue bisa apa, Ron? Kalaupun gue berusaha menjelaskan semuanya, Adis makin manas-manasin lo supaya nggak percaya ama perkataan gue," jelasku panjang lebar.

Setelah penjelasanku tadi, Aaron tak bersuara lagi. Mungkin dia cukup 'terpojok' dengan penjelasan gue tadi, sehingga dia tak tahu lagi harus bertanya seperti apa.

"Selama ini, alasan Adis ngelakuin ini semua, supaya lo liat dia, Ron. Lihat dia sebagai cewek, bukan sebagai teman. Gue rasanya pengen nyakar mukanya songong Adis yang seneng banget pas lo mutusin gue, tapi gue Cuma sabar, Ron. Kebenaran akan dibalas dengan kebenaran pula. Adis suka sama lo, Ron. Mungkin sejak kelas X, maka dari itu Adis ngajak lo berteman dengan dia," ucapku lagi.

"Lo nggak mau bales yang lebih setimpal atas perbuatan Adis, Der?" tanya Aaron.

Aku menggeleng mantap. "Percuma dibales, udah nggak ada untungnya. Lagipula, nggak boleh punya perasaan dendam. Dosa."

Kemudian, aku dan Aaron sama-sama terdiam. Aku tidak tahu tentang apa yang dipikirkan oleh Aaron, sedangkan aku hanya bersikap santai sambil menikmati angin yang berhembus. Tampaknya hari ini akan hujan lebat, jika dilihat betapa hitamnya awan yang menyelimuti daerah ini. Bahkan, coklat hangatku sudah habis tanpa setetes pun.

Tak lama kemudian, sebuah titik air kecil menimpa wajahku, kemudian disusul dengan rintikan lainnya, membentuk gerimis.

"Aaron, gerimis nih. Bentar lagi hujan lebat. Ayo masuk ke kelas," ajakku kepada Aaron, mulai berdiri dari bangku.

Aaron pun menatap serius ke arahku, membuatku sedikit risih dengan tatapan tersebut. Tapi dilain sisi, aku suka Aaron yang selalu menatap serius kepadaku. Seakan-akan, tatapan itu selalu untukku, bukan untuk orang lain.

"Deriza Andaratya, balikan yuk?"

Aku terpaku dengan ucapan yang Aaron lontarkan tadi. Apakah barusan... dia baru mengajakku balikan?

Aku langsung memeluknya tanpa peringatan, dan dalam pelukannya, aku mengangguk semangat. Lihatlah, aku tanpa berpikir panjang, langsung menerima ajakan darinya untuk memulai hubungan yang baru lagi.

Semoga, hubungan yang kali ini, berjalan dengan lancar. Dan tentu saja, ditambah bumbu penghalangnya. Karena, tanpa penghalang tersebut, hubunganku dengan Aaron aku flat.

End

Updated : June 26th, 2016

(Ex)BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang