Malam hari setelah kedatangan Wisnu yang tiba-tiba Tania habiskan dengan merebahkan tubuhnya dan berusaha sekuat mungkin untuk menghentikan air matanya yang berjatuhan.
Entahlah, perasaan rindu yang awalnya mendominasi kini tergantikan dengan kecewa dan merasa dikhianati. Kilasan masalalu akan pengkhianatan Wisnu terasa lebih nyata kali ini.
Tak terasa jam yang berada dikamarnya sudah menunjukan tengah malam. Hal yang sudah lama tak dilakukan oleh Tania kini terulang kembali. Menangis semalaman hingga ia lelah dan tertidur dengan sendirinya.
••••••
Ditempat yang berbeda Wisnu menghabiskan malamnya dengan memikirkan cara agar Tania mau menemui dan mendengarkan penjelasannya. Sudah cukup selama satu tahun lebih dia menghabiskan waktu menjadi pengecut yang tak bisa menemui kedua sahabat lamanya, terutama Tania.
Setelah kejadian itu, Wisnu tak jauh berbeda dengan lelaki brengsek yang tak punya nyali untuk sekedar meminta maaf dan menjelaskan semua tindakan yang telah ia lakukan.
Tak jarang setiap malam tiba peristiwa demi peristiwa bagaimana awal mula mereka berteman serta seperti apa kebersamaan mereka dulu dan kegiatan yang selalu mereka lakukan, kembali berputar.
Seperti malam ini. Dia kembali disuguhkan dengan ingatan masalalunya.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
}{ }{ }{ }{ }{ }{ }{
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••7 Tahun yang lalu
Suasana kelas siswa akhir memang sangat mengenaskan. Tak jarang banyak kertas yang berserakan dilantai serta kursi dan meja yang semula rapih ditempatnya kini terlihat tak beraturan.
"Tugas akutansi kumpulin di gue, paling telat hari ini!" Seru Bintang sang Ketua yang memberi pengumuman didepan kelas
"Tugas lagi? Ya Tuhaan mau sampe kapan hayati kerja rodi seperti ini?" Ujar Tania dramatis
Wisnu yang sedang menyusun tugas-tugasnya menjadi satu melirik Tania. "Lebay."
"Apa si nu" sahut Tania ketus
"Lo pasti belom ngerjain deh. Kebiasaan."
"Lah emang dari kapan tugas akutansi?"
"Itu tugas udah dari minggu lalu kali Ta"
"Tugasnya apaan? Gue ga denger ada tugas"
"Ini. Isi semua. Ada 45 soal." Ucap Wisnu acuh
"Oh iya, jangan lupa pake uraian 'seperti biasa'." Sambungnya penuh penekanan pada kata 'seperti biasa' kemudian memberikan kumpulan soal akutansi kepada Tania. Kedua bola mata hazel milik Tania membulat sempurna. Membayangkan bagaimana rumitnya soal saja sudah membuatnya pusing ditambah lagi jumlah soal yang tak sedikit tak memungkin untuk diselesaikan dalam waktu sehari.
"Bintaaaang tugasnya boleh dikumpulin besook gaaak?" Ucap Tania setengah berlari menghampiri Bintang yang tengah merapikan tugas siswa lain.
Dari tempat Wisnu menyusun tugasnya sayup-sayup terdengar suara Tania yang memohon "please boleh ya, janji besok pagi udah ada dimeja Bu Rani"
"Yaudah iyaa" Bintang akhirnya menyerah
"YES! MAKASIH BINTIIIIT"
"Tapi gue ga tanggung jawab ya Ta kalo misalkan Bu Rani marah besar sama lo"
Tania yang sebenarnya tak begitu menghiraukan ucapan Bintang mengangguk cepat dan kembali ke mejanya
"Udah?" Tanya Wisnu singkat
"Udah dong, sekarang kita pulang kerumah gue dan lo bantuin tugas gue!" Ucap Tania tak terbantahkan
Belum sempat Wisnu merapihkan kembali buku-bukunya, Tania sudah berteriak dari luar kelas.
"Nuuu cepet keburu hujaan"
Wisnu yang sudah mengetahui sifat Tania hanya dapat memutar bola matanya malas
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
"Lo kelamaan dikelas si" ujar Tania ketus.
Mereka berdua mau tak mau berteduh didepan kios kosong karena hujan deras yang turun beberapa saat lalu. Tania mengusap-usap lengannya mencoba untuk menghangatkan tubuh, rambut panjangnya yg indah dan selalu rapih serta wangi terlihat lepek, seragam putih bersihnya basah karena dia lupa untuk membawa jaket.
"Nih" Wisnu memberikan jaket yang dia pakai
"Gak. Pasti jaket lo bau"
"Yaudah."
Tania mengerucutkan bibirnya, bayangan soal-soal akutansi dan ekspresi Bu Rani jika marah besar membuatnya resah ingin cepat sampai rumah dan mengerjakan tugasnya.
"Ta pake deh. Baju lo udah basah banget" bujuk Wisnu
"Nu tugas Bu Rani bakal selesai besok ga ya?"
"Selesai kalo emang lo niat ngerjain"
Tania mendelik. "Lo pikir gue ga niat?"
"Engga. Kalo niat ga akan mungkin lupa"
"Nu jangan mulai deh"
Hening tercipta, hujan yang semula deras mulai mereda. Hanya rintik hujan yang tersisa
"Nu pulang yuk?"
"Masih hujan Tania"
"Gerimis Nu."
"Ayo, gue pengen cepet-cepet beresin tugasnya." Rengek Tania
"Pake dulu jaket gue" Titah Wisnu
"Udah pake aja sih, bentar lagi nyampe ko"
"Taniaa" suara dingin Wisnu terdengar.
"Iya iya gue pake"
Tak lama motor Wisnu melaju meninggalkan kios tempat mereka berteduh menuju kediaman Tania.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
PENTING!!!
Buat yang kemarin bilang masih bingung sama ceritanya, aku jawab disini. Jadi gini kalo nemu cerita di part sebelumnya pake italic. Berarti itu masa lampau. Pas mereka(wisnu-tania) masih SMA.
DAN AKU KASIH BOCORAN sekaligus info. Buat part selanjutnya cerita aku tetep tentang mereka yg masih SMA. Tapi ga akan pake italic lagi yaaa tulisannya. Takut kalian bosen dan jadinya malah aneh.
Kay okaaayy??
Btw, hope you like it readers
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionKita telah melawati banyak hal bersama Menikmati senja bersamamu adalah hal yang tak akan pernah aku lupakan. Dan seiring berjalannya waktu Aku mulai menyadari bahwa kita memang tak pernah dipertemukan dalam satu frekuensi yang sama. Kamu yang terla...