Chapter 6

122 9 1
                                    

Via merasa bosan, tidak ada pekerjaan lagi. Tugas di rumah sudah selesai, dan tugas di sekolah juga sudah selesai. Walaupun di rumahnya ada pembantu, dari kecil ia di didik untuk mandiri oleh kedua orang tuanya. Tidak bergantung kepada pembantu. Pembantu juga manusia, tidak mungkin mengerjakan semua tugas yang sangat banyak dalam tepat waktu di rumah sebesar ini.

Oh iya, keluarga Via juga mempunyai sebuah rumah yang sedikit sederhana. Rumah yang pernah didatangi Rendy yang jatuh. Via sering berkunjung ke rumah itu, karna jaraknya yang dekat dengan sekolahan dan juga teman - temannya. Kadang Via dijemput pulang ke rumah yang sebenarnya, kadang juga ia menginap. Walaupun rumah ini terbilang sederhana, tetapi di dalam rumah tersebut sudah lengkap. Dari ruangan sampai peralatan dan perabotan rumah tangga.

Via memutuskan untuk ke taman dekat rumahnya—yang mewah. Tidak lupa ia membawa novel yang masih dalam proses dibaca.

Sampailah ia di taman. Via duduk di salah satu bangku taman. Suasana yang sunyi dan angin sepoi - sepoi menambah kesan kedamaian. Di tempat inilah ia biasanya melepas sejenak bebannya—beban sekolah. Atau hanya sekedar mencari angin.

Tampak dari kejauhan, ia melihat seseorang. Dari gesturnya, ia mengenalnya. Tapi siapa?

Via mengacuhkan orang tersebut. Ia membuka novel ang ia bawa.

Sudah 10 menit Via membaca novelnya, halaman novelnya juga hampir habis. Hampir mencapai akhir cerita.

Tiba - tiba.......—

*****

Rendy bersepeda mengitari komplek rumahnya. Rendy bosan di rumah, tidak ada orang yang dia aja bicara. Teman - temannya sibuk semua, baik geng nya maupun teman biasa. Apalagi orangtuanya, jangan ditanya lagi.

“HMMPPTT.... TOLOOONG!!!!!”

Rendy mendengar ada yang berteriak minta tolong, Rendy menengok kanan kiri dan mencari sumber suara. Kayaknya disana deh.

Rendy menuju sumber suara tersebut, alangkah terkejutnya ia melihat Via diancam oleh seorang perempuan dan satu teman perempuan tersebut. Yang satu membekap mulut Via, dan yang satunya berbicara.

Rendy sebenarnya ingin sekali langsung menghampiri mereka, tetapi ia juga ingin tahu apa tujuan dua perempuan tersebut mencari gara - gara dengan Via.

“Lo gak usah deketin Rendy! Rendy itu milik gue! Ya walaupun sekarang dia dingin sama gue, gue yakin dia bakalan tunduk sama gue! Gue yakin, Rendy juga sayang sama gue! Lo gak usah jadi PHO hubungan kami! Inget itu!”, ancamnya dengan nada yang sedikit dinaikkan.

Dengan tidak sengaja air mata Via mengalir dengan deras. Dengan sisa tenaganya, ia berusaha memberontak. “Arrgg!!! Lepasin!!!! Kak Zee! Gue gak bakalan ngelepasin Kak Rendy! Kakak tau kan kalo Kak Rendy cinta pertama aku?!!”, ucapnya yang tidak kalah tingginya.

“Tapi lo ditolak kan? Kaciaann... Itu tandanya dia gak cinta sama lo! Lo harus tau diri! Lo harus ngalah sama gue!”

“Itu dulu kak! Bukan sekarang! Aku akan perjuangin cinta aku semampu aku kak! Udah deh, kakak jangan merebut semuanya! Cukup perhatian mama kandung dan papa kandung aku yang direbut oleh kakak! Jangan cinta pertama aku kak! Kakak memang mendapatkan segalanya! Sementara aku? Aku diacuhkan sama kedua orang tua aku! Dari kecil kakak udah merebut semuanya dari aku! Selain kakak mengambil perhatian mama dan papa, kakak juga merebut mainan aku! Itu juga dibela sama mama! Kakak selalu mendapatkan apa yang kakak mau! Sementara aku? Tidak! Aku malah dibuang di panti asuhan! Apa salah aku sama kalian semua? Apa hah?!! Dan sekarang aku bahagia dengan papa dan mama tiriku! Mereka menyayangiku walaupun aku bukan anak kandungnya!”. Akhirnya semua uneg - uneg yang Via pendam telah dilontarkan kepada kakaknya, walaupun diiringi dengan airmata. Dibalik senyumannya, dibalik tawanya, dan dibalik kebahagiaannya. Tersimpan kisah yang pahit. Via tidak ingin kisah masa lalunya terbongkar yang menyebabkan orang lain merasa kasihan dengannya. Ia tidak ingin teman - temannya berteman dengannya hanya karna kasihan.

Zee terdiam, mencerna apa yang dikatakan adiknya itu. Ia ingat, dulu ia selalu dimanja oleh kedua orang tuanya. Selalu diperhatikan, dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan walaupun itu milik adiknya. Kedua orangtuanya malah membelanya padahal ia yang salah. Ia tidak mau mengalah.

Via berlari menjauhi kakak kandungnya dan temannya itu. Ia tidak peduli orang lain melihatnya kasihan karna keadaannya yang mengenaskan ini. Air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Ia rapuh.

Deg! Degup jantung Rendy seakan berhenti. Ia terkejut mendengar apa yang ia barusaja dengar. Berarti Via adalah adik kelasnya yang pernah menembaknya. Dan berarti pula, Via sebenarnya haus kasih sayang seperti dirinya. Akan tetapi, bedanya Via sudah mendapatkan kasih sayang orangtua barunya walaupun bukan orangtua kandung sementara Rendy tidak. Mungkin ia masih mendapatkan kasih sayang dari adiknya. Oh Rendy baru ingat, Rendy rindu adiknya yang berada di desa. Kapan ia bertemu adiknya lagi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selalu Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang