Sungguh ini bukan pagi yang baik bagi Vallerie. Bisa jadi ini pagi terburuk baginya. Terbangun di kamar hotel dengan seorang pria di sampingnya, tanpa mengenakan pakaian dan dipergoki keluarganya. Yang lebih parahnya lagi adalah orang yang tidur di sampingnya semalam tidak lain adalah sepupunya sendiri. Dia lah Danny Raharja. Sosok yang sejak lama mengejar Vallerie dengan segala daya dan upaya. Namun sayang, hati Vallerie tak tersentuh sedikitpun karenanya.
Bagi Vallerie, Danny hanyalah seorang sepupu laki-laki yang menjadi teman main saat kecil. Selebihnya, Valllerie tak berminat sedikitpun untuk menaruh hati padanya. Terlebih hubungan darah yang mengalir di dalam tubuh keduanya meskipun bukan saudara kandung.
Ibu Danny adalah kakak kandung dari ayahnya Vallerie. Waktu Vallerie kecil mereka tinggal bersebrangan. Setiap sore hari Vallerie dan Danny bermain apa saja mulai dari sepatu roda, kelereng, sampai sepak bola. Dari kecil Vallerie memang memiliki jiwa tomboy. Namun seiring berjalannya waktu iya tumbuh menjadi gadis yang cantik lengkap dengan wajah sedikit indo yang diwariskan dari ibunya. Sifat tomboynya tidak menghilang. Hanya berkurang. Itupun sedikit.
"Danny, jelaskan semuanya!" seru ayah Vallerie. Ayahnya merupakan seorang kepala daerah di Kalimantan, namanya Syahril. Sedangkan ibunya bernama Jane, masih ada keturunan Belanda. Syahril dan Jane tinggal di Kalimantan. Sedangkan Vallerie anak satu-satunya memilih tinggal di ibu kota karena kuliah di Jakarta. Jauh dari orang tua dengan kehidupan yang serba berkecukupan membuatnya terjebak dalam kehidupan keras ibu kota. Dunia malam dan alkohol teman setia baginya.
"Ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Danny tidak tahu apa-apa Om." Dengan wajah tidak bersalah Danny mencoba menjelaskan.
"Memalukan! Bagaimana jika ada orang lain yang tahu?! Cepat pakai pakaian kalian!" seru Syahril dengan emosi yang memuncak.
Bodohnya Vallerie dari tadi hanya mematung tanpa segera memakai pakaiannya. Saat sadar barulah Vallerie bergegas ke kamar mandi untuk memakai pakaiannya.
***
"Duduk kalian!" perintah Syahril dengan tegas.
Danny dan Vallerie duduk di sofa tepat di hadapan Syahril. Danny nyalinya menciut ketika melihat mata tajam Syahril yang seperti elang siap menerkam mangsanya. Sedangkan Vallerie merasa tidak ada sesuatu yang patut dipermasalahkan. Kejadian seperti semalam sudah biasa bagini. One night stand dan semacamnya menjadi hiburannya di Jakarta saat sedang banyak masalah. Namun nasibnya semalam kurang beruntung karena entah kenapa orangtuanya bisa mengetahui kejadian itu.
"Om saya tidak melakuka apa-apa terhadap Ve. Demi Tuhan! Ini semua pasti telah direncanakan Alex." Danny kembali membela diri. Berharap Syahril akan percaya, namun kenyataannya malah sebaliknya. Syahril semakin muak dengan pembelaan yang dilakukan Danny. Di ruang tamu keluarga Syahril juga telah didatangkan orang tua Danny. Mereka tidak bisa berkata apa-apa karena ada bukti yang kuat. Mereka tak percaya anak sulungnya bisa melakukan hal tidak bermoral seperti itu terhadap sepupunya sendiri.
"Gue gak ngerti Dan kenapa lo semalem bisa tidur di samping gue. Seinget gue semalem gue ada di diskotik." Pengakuan Vallerie tidak membuat Syahril dan Jane terkejut. Mereka tahu anaknya memang dekat dengan dunia malam. Tapi sepengetahuan mereka anaknya masih menjaga kesuciannya.
Antara pihak Vallerie maupun Danny tetap saja pada argumennya masing-masing. Keluarga Vallerie menuduh Danny yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Sedangkan keluarga Danny tidak terima karena merasa Danny hanya dijebak.
Akhirnya mereka membuat perjanjian yang isinya hanya para tetua yang tahu. Sedangkan Vallerie dan Danny tidak tahu sama sekali.
"Vallerie, Danny," panggil Jane dengan lembut. Ibu yang satu itu memang tidak pernah marah sama sekali. Mungkin itulah mengapa wajahnya tetap canti di usia yang menginjak angka 45.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days on Pesantren
Spiritual"Izinkan aku mencintaimu karena Allah, Ve. Biarlah orang mau berkata apa, aku tak peduli. Pesantren ini yang jadi saksi akan dua insan yang dipertemukan oleh takdir." "Tidak mungkin Nizar, aku tidak mungkin bersanding denganmu. Kamu tak akan bahagia...