Ana menatap sekeliling kamarnya dengan seulas senyum getir. Hari ini adalah saat terakhirnya di New York. Terlalu banyak kenangan yang tertinggal di tempat kelahirannya ini, hal itu membuat Ana tidak rela meninggalkan New York walaupun hanya sementara waktu.
Ana mengecek jam pada dinding kamarnya. Dua jam lagi adalah jadwal penerbangan menuju London. Ana menatap kopernya. Semua barang keperluannya sudah ia kemasi, jadi Ana tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
"Selena..."
Panggilan itu membuat Ana menengok ke belakang. Gilbert sedang berdiri di dekat pintu dengan tangan yang disilangkan di depan dada.
Ana tersenyum. "Halo, Brother. Ada apa?"
"Aku akan merindukanmu setelah kau pergi nanti. Jangan lupa menghubungiku ketika kau tiba di London."
Ana mengangguk. "Aku juga akan merindukanmu. Tenang saja, aku pasti menghubungimu. Ada hal lain yang ingin kau katakan?"
Gilbert menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum. "Tidak. Ayo pergi, nanti kau ketinggalan pesawat."
Ana menuruti ucapan Gilbert. Ia berjalan di belakang Gilbert dan mengikuti setiap langkah kaki Gilbert.
"Apakah kau membawa gelang pemberian teman masa kecilmu itu?" tanya Gilbert tanpa melirik Ana. Matanya Gilbert lurus ke depan, ia tampak memperhatikan langkahnya.
Ana mengangkat bahunya acuh.
"Mengapa kau menanyakan hal yang sama sekali tidaklah penting?"
"Entahlah, aku hanya..." Gilbert memutar bola matanya. "Kau tahu? Aku hanya penasaran. Itu saja."
Ana mendengus. "Tidak. Aku tidak membawanya. Lagipula untuk apa aku membawanya? Toh, ia sama sekali tidak berniat mencariku. Jadi, apakah aku harus membawa gelang itu setiap saat?"
Gilbert tampak berpikir keras, kemudian berkata, "Kau benar, tidak ada gunanya mengharapkan sesuatu yang semu."
"Ahh baiklah, aku akan menemui Mom dan Dad dulu. Lebih baik kau keluar sekarang, kemudian panaskan mesin mobilnya." Gilbert mengangguk, saat ia hendak pergi, Ana kembali bersuara,
"Oh ya, Gilbert, tolong bawa koperku ini keluar."
Gilbert membalikkan tubuhnya menghadap Ana. Dengan gerakan cepat, ia meraih koper Ana. "Waktumu lima belas menit untuk menemui mereka. Aku baru ingat, aku harus menghadiri meeting penting hari ini. Jadi, kau harus cepat karena waktuku tidak banyak."
Ana terkekeh geli. Ia mengerti meeting penting yang dimaksud oleh Gilbert. Maksudnya adalah kencan. Ckk, wanita malang mana lagi yang jatuh kepelukan Gilbert kali ini?
Ana tidak dapat membayangkan nasib wanita itu setelah ia berkencan dengan Gilbert. Gilbert memang baik dan tidak suka bergonta-ganti pasangan, tapi sifatnya yang cerewet dan jahil pasti akan membuat kekasihnya pusing dan tidak tahan bersama dengannya. Ana menggelengkan kepalanya, walau bagaimanapun, Gilbert adalah kakaknya, tidak seharusnya Ana mengatai Gilbert seperti sekarang ini.
Ana melangkahkan kakinya menuju kamar orangtuanya sambil membuang jauh-jauh pikirannya tentang sifat buruk Gilbert.
Setelah sampai di depan pintu, ia langsung mengetuknya. Ketika ketukan keempat di terdengar, Mrs. Wenn membuka pintunya.
Ana tersenyum penuh haru menatap ibunya. Ana ingin menangis, tapi ia menahannya sekuat tenaga. Perpisahan ini hanya sementara, dan Ana tidak ingin orangtuanya khawatir jika melihat Ana menangis.
"Hi, Mom. Dimana Daddy? Aku ingin berpamitan dengannya."
"Ia berada di ruang kerjanya. Masuklah..." ujar Mrs. Wenn sambil merangkul pundak Ana.
Ketika Mr. Briant sedang sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen penting, suara Ana yang memanggilnya langsung mengalihkan perhatiannya.
"Kau akan pergi sekarang?" tanya Mr. Briant.
Ana mengangguk. "Sebenarnya aku tidak ingin pergi, tapi aku tidak sanggup melihat Renaldo. Tolong doakan aku agar aku bisa melupakan Renaldo secepat mungkin."
Mr. Briant mengangguk mantap. "Tentu saja kami akan mendoakanmu. Kami menginginkan yang terbaik untukmu."
"Setelah kau tiba di London nanti, jangan pikirkan tentang Renaldo. Mulailah mencari kesibukan agar kau bisa hidup dengan bahagia. Mom mengerti apa yang sedang kau rasakan saat ini. Jangan menyerah, Ana."
Ana mengangguk ragu. Ia mendesah beberapa kali kemudian berkata, "Jaga diri kalian baik-baik. Aku akan merindukan kalian."
"Kami juga akan merindukanmu," ujar Mrs. Wenn. Mr. Briant tersenyum menyetujui ucapan istrinya.
"Maaf karena aku dan Daddymu tidak bisa mengantar ke bandara."
"Tidak masalah, Mom."
Ana memeluk kedua orangtuanya bergantian. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia keluar meninggalkan mereka dan langsung menuju mobil Gilbert di garasi.
"Cepat bawa aku pergi sebelum aku menangisi takdirku ini." Perintah Ana kepada Gilbert.
Dengan gesit Gilbert menaiki mobilnya. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali ia melirik ke arah Ana.
"Bukankah kau sendiri yang menginginkan untuk tinggal di luar negeri sementara waktu? Mengapa kau tampak sangat sedih sekarang?" Gilbert tidak tahu apa yang terjadi kepada Ana. Kemarin, ia tampak sangat bersemangat untuk pergi, namun sekarang ia terlihat sangat sedih.
"Aku ingin pergi, tapi aku merasa sangat sedih karena harus meninggalkan keluargaku di sini. Aku benar-benar tidak bisa melupakan Renaldo jika aku masih berada di sini. Aku tidak tahu mengapa aku sering bertemu dengannya secara kebetulan, dan itu membuatku tersiksa sehingga ingin meninggalkan negara ini sampau aku benar-benar bisa melupakannya. Tapi... di sisi lain, aku tidak ingin meninggalkan keluargaku. Aku tidak ingin meninggalkan Mommy, Daddy, dan juga dirimu. Aku mengkhawatirkan kalian semua."
"Hei, Adik kecil..." Gilbert terkekeh menatap Ana. "Kami akan baik-baik saja berada di sini. Kau harus menata ulang hidupmu. Yang perlu kau khawatirkan adalah dirimu sendiri, bukan kami."
Gilbert menghela napas lelah. "Kau terlalu banyak berpikir. Buang jauh-jauh pikiran yang membebanimu. Mulailah memikirkan masa depan yang indah."
Ana terdiam. Ia menyadari bahwa perkataan Gilbert benar adanya. Ana merasa dirinya terlalu melankolis dan mendramatisir keadaan.
"London adalah tempat yang menarik. Kau pasti akan menyukainya."
Ana menghela napas, sebelum akhirnya berkata, "Terimakasih untuk segalanya, Gilbert."
__________________
Maaf krn masih gaje, ini part awal, belum ada bumbu" konflik & cinta.
Nanti pas Selena udh nyampe di London, baru deh ada pemanis di ceritanya.
Baca juga ceritaku -> Can I Call You Love?
Next? 11+++++ vote!
![](https://img.wattpad.com/cover/74076913-288-k986887.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Listen To My Heart
RomanceAku memang tidak pantas mendapatkannya, aku sadar akan hal itu. -Selena Azwenn Briant- Kau datang dan menghancurkan segalanya. Seandainya kau tidak datang, aku pasti sudah bersama wanitaku! -David Jash Fradic- Semua ini memang salahku. Akulah penyeb...