•Afghan - Panah Asmara•
5. Degupan Pertama
Ariella berjalan menuju pojok perpustakaan yang penuh debu. Ia menutup mulut dan hidungnya dengan sebelah tangan upaya untuk tidak menghirup tebalnya debu yang ada di sekitarnya. Matanya mengedar mencari bayangan seseorang yang memiliki keperluan dengannya. Ariella berdecak kesal. Sebenarnya kemana si manusia es itu? Ia hampir menyerah jika matanya tidak mendapati seseorang yang sangat serius membaca. Ariella menghembuskan nafas kesal.
"Nata."
Ariella memang sedang mencari Aryanata sejak tadi. Ia harus mengelilingi satu sekolah untuk mencari Aryanata. Entah apa yang ada dipikiran Aryanata utuk mendekam disini.
"Nata, ih, lo ngapain sih disini?"
"Baca."
Ariella mendengus. "Gue gak bilang lo lagi masak, Nata."
"Saya juga gak bilang seperti itu."
"Lagian lo ngapain baca disini? Biasanya juga dikelas." Ariella tak habis pikir dengan Aryanata yang bisa-bisanya membaca di pojok perpustakaan penuh debu ini. Kenapa tidak perpustakaan bagian depan? Lebih bersih, lebih rapih. Dasar manusia es.
Aryanata menurunkan buku yang sedari tadi ada ditangannya. Matanya menatap Ariella. "Ada yang mengejar saya."
"Dikejar apa? Siapa? Makhluk halus?" Ariella merinding.
"Makhluk aneh."
Ariella lebih merinding lagi. "Pocong? Genderuwo? Cenayang? Dikejar apaan?"
Aryanata menghela napas. "Kalau kamu emang takut ada disini, kamu bisa ninggalin saya sendiri."
Ariella mengerucuti bibirnya. "Bukan gitu, gue gak mau aja denger berita lo kenapa-kenapa disini. Kan gak elit."
"Ya sudah kita pergi dari sini." Aryanata mengambil keputusan tangannya menarik pergelangan Ariella.
"Kenapa gak ditempat lain sih sembunyinya?" Ariella bertanya tanpa melepaskan tangan Aryanata. Tepat disaat pertanyaannya selesai diucapkan, seorang perempuan datang dari bingkai pintu.
"Kak Arya." Suara melengking mendominasi sekitar.
Aryanata mendengus kesal lalu menoleh kearah Ariella. "Itu makhluk yang ngejar saya." Aryanata membenarkan posisi tangannya untuk menggenggam tangan Ariella, "Tadi kamu nanya kenapa saya sembunyi dipojok perpustakaan yang penuh debu? Karena gak akan ada yang datang kesana. Saya sendiri saja bingung kenapa kamu bisa menemukan saya disana." Lanjutnya.
Ariella ternganga sembari menahan rasa panas yang menjalar pada pipinya. Tapi ia yakin, dirinya baik-baik saja. Semuanya baik-baik saja. Benarkan?
Aryanata kembali membalikan tubuhnya menghadap kearah segerombolan perempuan yang tadi memanggilnya. "Maaf saya minta jalan keluar dari perpustakaan ini. Bisa menepi sedikit?"
Tanpa ada penolakan, segerombolan perempuan tersebut memberikan jalan untuk Aryanata dan Ariella. Ariella tertawa tanpa suara dibelakang tubuh Aryanata begitu segerombolan perempuan tersebut membeku akibat Aryanata. Aryanata menarik tangan Ariella untuk segera keluar dan menghindari gerombolan itu. Gerombolan yang aneh menurutnya.
Ariella dapat tertawa bebas begitu mereka sudah menjauh dari perpustakaan. Aryanata menghentikan langkahnya begitu suara tertawa Ariella semakin mengencang. "Bisa diam?" tegur Aryanata.
Ariella menutup mulutnya dan menggigit bibirnya kencang-kencang agar tawanya tidak lolos kembali. Aryanata kembali melanjutkan langkahnya. Tidak lupa juga Ariella, karena jemari mereka masih terpaut satu sama lain. Langkah mereka berhenti pada taman belakang sekolah. Tempat favorit mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deeply Love✔ ( Re-Upload )
DragosteMasa lalu yang kelam dapat membuat siapapun berubah. Dan itu yang membuat seorang Ariella Nazadine Fadhillah berubah. Ia benci masa lalu. Masa lalunya yang tidak sengaja harus ia ungkapkan lagi setelah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu, akhirnya...