5

361 29 11
                                    


belajar dengan berbahagia bersama-sama...

                                       XXX


Aku lelah kook!

Aku membuka mataku. Kulihat Jungkook sudah tidak menghadap ke kaca lagi. Ia sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Seolah aku hanya pemain figuran disini.

"Permisi! Satu potong cheese cake, fried potato, dan dua hot chocolatte." kata pelayan tiba-tiba. Aku menoleh ke arah pelayan. Sedangkan Jungkook seolah tidak sadar adanorang lain disini. 

Aku mengangguk. Tersenyum pada pelayan, " nde! Gamsa hamnida."

Pelayan itupun mengangguk lalu berjalan menjauhi meja kami. 

"Kook! Udah dateng nih!" 

Jungkook hanya mengangkat kepalanya ke arahku, lalu menatap fried potato dan hot chocolatte miliknya. Jungkook pun hanya mengangguk lalu meletakkan ponselnya, lalu menyeruput hot chocolatte nya.

Aku hanya ikut-ikutan Jungkook. Menempelkan  bibirku di cangkir putih berisi hot chocolatte ini. Menyeruput sedikit lalu meletakkannya di meja.

Biasanya kalo ada benda kuning menggiurkan di hadapanku seperti ini, aku pasti langsung menghabiskannya cepat-cepat. Tapi sekarang, aku hanya menusuk-nusuk benda kuning ini dengan sendok kecil.

Jungkook menatapku bingung, "kenapa, hyung? Kok tidak dimakan?" aku menggeleng, " tidak enak?" aku menggeleng, " tidak selera?" aku menggeleng, " terus kenapa?"

Aku menggeleng lagi. Aku juga tidak tahu kenapa aku tidak mau memakan benda kuning ini. 

Jungkook menatapku intens. Tangannya terulur lalu mendarat di dahiku, "hyung sakit?" aku menggeleng. Jungkook malah terdiam. Seperti fokus pada tangannya yang menempel di dahiku.

"Hyung sakit!! Kenapa tidak bilang padaku??" tatapannya berubah khawatir. Tangannya menyentuh leherku, mengecek suhuku, " harusnya hyung istirahat di rumah saja. Tidak usah sekolah"

Aku menggeleng lagi, " kan kamu ngajak pulang bareng."

Gerakan tangan Jungkook berhenti sejenak. Aku menatap kosong wajah kekasih imut 9 bulanku ini.

"Tapikan, " Jungkook kembali meletakkan tangannya di dahiku, " hyjng bisa menolak... Pedulikan kesehatan dulu. Kalo nggak nanti gimana coba~~ nananananan lalalalalal~'"

Aku menatap wajah jungkook yang sedang ceramah panjang lebar ini.aku baru menyadari kalau wajah Jungkook sedekat ini. Selama 9 bulan, mungkin ini jarak paling dekat yang tercipta diantara kami. Berpelukan pun jarang sekali.

Aku menatap dalam-dalam mata jenaka Jungkook. Yang disana, yang terpantul, sudah tidak hanya aku lagi. Mungkin aku memang berlebihan, atau mungkin aku terlalu egois. 

Sekarang, yang ada di mata Jungkook sudah tidak ada aku lagi. Sudah ada orang lain. Dan mungkin aku akan menghilang secara perlahan.

Apa 9 bulan ini akubterlalu memaksakan perasaanku pada Jungkook?

Aku tidak boleh egois. Aku tidak boleh memaksakan kehendakku. Aku menutup mata. Jungkook berhak bahagia. Jungkook berhak memilih apa yang dia inginkan. Jungkook berhak mendapat haknya.

Jungkook berhak bebas semaunya.

Kalau pun aku sakit karena Jungkook pergi, toh aku bisa apa. Aku memang akan sangat sakit jika itu terjadi.

Aku tidak suap kehilangan Jungkook. Tapi aku harus kehilangannya.

Aku memegang tangan Jungkook yang menempel di dahiku. Ocehan yang dari tadi ia lontarkan sama sekali tidak kudengarkan. Aku menatap Jungkook dengan pandangan terlukaku.

"Kook. Sekarang kamu bebas"

Jungkook menatapku. Mata besarnya membulat terkejut, "maksud hyung?"

Aku meletakkan tangan Jungkook yang tadi mendadak lemas setelah aku berkata tadi ke atas meja dengan pelan. Akumenunduk, tidak berani menatap mata lebar Jungkook.

"Maaf jika selama ini aku memaksakan perasaanmu padaku. Sekarang kamu tidak usah repot-repot mendengarkan ocehanku, tidak usah repot-repot menuruti kelakuan anak kecilku. Kamu sekarang... Bebas"

Aku diam. Melirik sedikit ke arah Jungkook. Ia masih menatapku dengan mata yang ia bulatkan.

"Kamu sekarang bebas. Bebas berteman dengan siapa saja. Bebas mengungkapkan apa yang kamu suka. Bebas berdekatan dengan siapa saja. Bebas... Tidak usah bohong-bohongan lagi. Kalian, kamu dan yeoja chingumu sudah punya tempat yang bebas. Luas. Tidak usah sembunyi-sembunyi lagi."

Aku melepas genggaman tanganku pada Jungkook. Merogoh beberapa won dari kantongku. Lalu meletakkannya diantara cangkir hot chocolatte dan piring yang diatasnya masih ada cheese cake utuh yang baru kutusuk-tusuk.

Jungkook belum bergerak sama sekali. Masih dalam posisi yang sama. Seolah ia mematung karena perkataan ku.

Tidak. Jangan ge er Kim taehyung! Jungkook sudah melindungi orang lain. Aku tidak boleh lagi memaksakan perasaanku.

Aku memberanikan dirinya menatap mata Jungkook yang melebar dan kosong. Tersenyum terpaksa.

" kook...aku membebaskannya. Gomawo. Mianhaeyo"

Setelah itu aku berdiri. Mengambil tasku lalu berjalan keluar cafe 

Aku tahu. Aku sangat sadar... Hidupku tidak akan pernah sama lagi.

Tapi aku tahu, Jungkook harus bahagia walah itu berarti harus tidak bersamamu lagi. 

Aku sudah Tidak bisa memanggil Jungkook lagi. Aku sudah tidak bisa mendengar cacian manis Jungkook lagi. Aku sudah tidak bisa menatap mata Jungkook dengan leluasa lagi.

Aku sudah tidak punya hak lagi.

Tapi aku tahu...

Aku harus belajar untuk menerima semua itu.

Walau setengah jiwaku harus kutinggal jauh, dan tidak boleh kudekati lagi 


          END


wah... Cepet ya...  Ini mau end apa ada sequelnya ini... Arizono dilemaaaa /lebay/

Thank's for reading!!!!

Mianhae... Saranghaee...

Ppai! 

But, voment please!!!


FAREWELL • taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang