2

300 27 0
                                    

" jim! Soalnya dari halaman 150 sampai 157 kan? Yang ini kan? Iya kan?"

Namja yang merasa dipanggil namanya itu menoleh dengan tatapan malasnya, menatap buku paket yang kusodorkan. Berfikir sebentar, lalu mengangguk kecil, " iya." katanya sembari fokus ke ponselnya lagi, " kamu mau ngerjain itu sekarang??"

Aku mengangguk, " he em. Biar nggak repot nantinya"

" jangan sekarang!"

"Mwo?!" aku menoleh refleks, agak kaget, " kenapa memangnya?"

" ya pokoknya jangan! Nanti saja, atau kalo nggak besok malam" 

" memamgnya kenapa, he??"

"Kalo sekarang kamunya kasihan~ soalnya nanti aku cuma bisa liat jawabanmu doang. Nggak belajar bareng. Udahan aja, ya? Besok malam aja ngerjainnya pas aku lagi ke rumahmu" 

-_- kukira ada apa... Kurang ajar botjah-bantet-byuntae-tak-tahu-diuntung ini..

" ya udahlah! Sebagian aku kerjain sendiri, sebagian besok malem sama kamu," ujarku sambil berusaha fokus dengan soal-soal yang ada di buku paket.

Jimin, teman terbaikku sedunia ini nyengir dibalik ponselnya, " Makasih  , V! Kamu memang teman terbaikku." yang hanya kubalas dengan dengusan nafas keras sambil bergumam, 'sejak kapan aku jadi temanmu?'

Jimin tidak membalas gumamanku walau kuyakin ia pasti sempat mendengarnya. Aku juga tidak berniat memperpanjang obrolan kami. Jimin sudah sibuk dengan ponselnya sendiri. Mungkin dia sedang komunikasi dengan pacar gula nya itu. Daritadi senyam-senyum mulu. Bikin merinding.

Aku sudah sibuk memutar otakku. Mengerjakan soal-soal bahasa inggris, yang suer deh, demi Jimin yang tingginya tidak pernah nambah sejak masa pubertasnya berlalu itu, susah banget. Aku tidak terlalu menyukai pelajaran bahasa inggris. Aku lebih menyukai pelajaran seni. Apalagi menyanyi, atau kalau tidak alat musik saxofon.

Atau mungkin, pelajaran kosong boleh juga...

Ngomong-ngomong, tiba tiba aku ingat jungkook. Pacar kelinciku yang sudah berhubungan 9 bulan denganku itu sepertinya semakin hari semakin sulit kupahami.

Alu meletakkan pulpenku, urung mengerjakan tugas mengerikan dari ssaem sadis itu. Berjalan menuju jendela kelas terdekat.

Menghembuskan nafas, menenangkan hatiku yang cemas ini. Cemas? Cemas karena apa? Entah, Aku juga tidak tahu. Melihat jungkook yang seringnya kupanggil kookie itu, tiba-tiba saja perasaan aneh ini muncul.

Semoga kecemasanku ini tidak berarti apa-apa.

Aku menatap lapangan luas yang berada di bawah pandanganku ini dengan pandangan kosongku. Banyak sekali yang sedang bermain di lapangan, terlihat jelas sekali dari lantai 2 ini. Tumben, biasanya istirahat pertama seperti sekarang ini tempat yang terfavorit itu kantin.

Woah... Ada yang sedang main basket, kumpul-kumpul gaje, paca-

Tunggu!Bukannya itu jungkook? Aku menajamkan pandanganku, yang sentil dahi dengan yeoja itu, jungkook kah? Benarkah?

" woy V! Kamu nggak berpikiran mau bunuh diri, kan?" 

Aku berusaha berdiri normal. Tanpa sadar barusan aku melongokkan kepalaku sampai setengah badanku keluar dari jendela, " nggak kok!" kataku sambil sedikit nyengir.

" nggak jadi ngerjain tugas?"

"Susah," jawabku sambil menggeleng, sedikit berbohong, " nanti aja bareng kamu"

Jimin tidak merespon perkataanku. Ia hanya meletakkan ponselnya diatas meja, lalu berjalan kearahku. Ikut-ikutan menatap lapangan sekolah, " hubunganmu sama jungkookie gimana, V?"

Aku memiringkan kepala, tumben dia tanya hal itu, " yaaahh... Biasa-biasa aja sih... Hanya..."

"Hanya?"

" yaah~ " aku menyenderkan punggungku ke dinding kelas,samping tubuh jimin yang sedang menerawang hijaunya lapangan, " hanya... Jungkook... Akhir akhir ini agak aneh."

Hening.

Hanya suara bising penghuni lain kelas ini yang memenuhi ruang bicara kami. Aku menerawang langit-langit kelas. Jungkook kenapa, ya? Apa dia bosan denganku?

"Baru saja, " jimin membuka keheningan, " aku diceritakan yoongi-hyung. Memangnya kalian ada masalah apa sih?

Aku menghela nafas, " memahami jungkook itu sulit. Aku tidak tahu apa yang jadi masalahnya. Kadang jungkook terlalu kekanakkan untukku, kadang juga dia terlalu dewasa untukku. Apalagi, dia terlalu menutup dirinya"

"Jaga jungkook baik-baik"

Aku menoleh ke arah jimin, " maksudmu?"

Jimin terdiam. Ia menatap lapangan yang tadinya kutatap dengan pandangan kosong misteriusnya. Sebenarnya apa yang ia lihat sampai ia melihat hal itu sampai sebegini ini?

Aku sedang akan berniat mengikuti arah pandang Jimin ketika tiba-tiba ia menatapku, balik badan lalu kembali berjalan menjauhi jendela sambil menarik tanganku.

" Jim? "

"JAUHI JENDELA!" 

                  TuBerCulosis~

Jauhi jendela? Memang kenapa? Ada apa? Dimana? Bagaimana? Siap-

Oke, mian aku nglantur... -_- 

Mian kalo mengecewakan... Atau kalo ada typo bejat yang beterbangan dimana-mana, mianhae...

 Last...

Voment, pleaaaaaaaseeee~

Arizono undur diriiiii

FAREWELL • taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang