Mimpi Buruk

1.1K 89 2
                                    

-Maafkan aku. Aku tak tahu jika kau baru saja kehilangan nenekmu. Aku turut berduka cita. Aku tak akan mengganggumu lagi seminggu kedepan. Mungkin kau butuh waktu untuk sendiri.

-Terimakasih Jim. Maaf membuatmu khawatir.

-Aku yang bersalah disini. Aku merindukanmu.

Permasalahan tak berhenti sampai. disitu, seminggu telah berlalu dan kucoba untuk kembali menghubungimu masih tak ada perubahan. Hingga ku datangi rumahmu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan aku benar-benar terkejut. Kau justru memilih pergi bersama Seulgi daripada menemuiku yang sudah susah payah datang jauh-jauh dari Jogja. Benar-benar hancur hatiku. Kutanyai kenapa nomor telfonmu tak aktif dan kau mengatakan jika ponselnya hilang. Kuberikan ponselku untukmu agar kita tetap bisa berhubungan tapi kau menolaknya.

Aku benar-benar merana di gantung seperti ini, dan dalam masa-masa kau mengacuhkanku aku mulai menanggapi pesan dari gadis yang selama ini mengejarku. Bukan bukan berarti aku selingkuh, aku hanya kesepian dan sedikit ingin berbagi rasa atau istilahnya curhat atas kegalauanku saat ini. Terbersit rasa bersalah dalam sisi lubuk hatiku. Yah bagaimanapun juga tak seharusnya aku berhubungan dengan gadis lain apalagi jelas-jelas gadis itu memiliki perasaan padaku.

***
-Jim aku ingin bertemu denganmu, bisakah kau kerumahku saat kau pulang nanti?

-Tentu. Apakah kau sudah merindukanku ^_^

Hanya itu? Setelah berminggu-minggu kau tak menghubungiku hanya itu? Keluhku kesal

Dan pesanku tak terbalas lagi. Tapi sudahlah yang penting akhir pekan ini aku bisa bertemu denganmu lagi. Ahh tak sabar rasanya.

Sabtu sore aku sudah dengan suksesnya berada di rumahmu, tapi ternyata kau belum pulang dari sekolah. Tau begini tadi aku harusnya kujemput saja di sekolah. Yah walaupun aku tahu kau kini selalu membawa motormu sendiri. Tapi setidaknya kita bisa beriringan. Setelah hampir 1 jam aku menunggumu seperti orang tolol akhirnya aku bertemu denganmu. Segera kupeluk erat tubuhmu untuk menunjukkan betapa aku merindukanmu.

Sepertinya ekspektasiku tak berjalan sesuai dengan harapan, alih-alih kau membalas hangat pelukanku kau hanya berdiri mematung. Pandanganmu kosong ke depan sama sekali tak membalas pelukanku. Padahal biasanya kau akan membalasnya dan membenamkan wajahmu ke dada atau bahuku. Dengan berat hati kulepas pelukanku padamu dan kutatap lekat-lekat wajahmu. Kutatap intens manik matamu mengisyaratkan bahwa aku tak habis pikir dengan permainan apa yang sedang kau lakukan.

"Kenapa kau di sini Jim?" tanyamu lirih yang benar-benar membuatku tak habis pikir. Ingin rasanya marah tapi aku terlalu rapuh jika sudah berhadapan denganmu.

"Hei, bukannya kau yang memintaku untuk kemari? Kau lupa?" balasku balik bertanya sembari menggenggam tanganmu erat.

"Ouh...itu ...kupikir kau akan kemari besok",

"Ayolah jangan gila, setelah 2 minggu aku di acuhkan oleh kekasih tersayangku ini dan kau pikir aku bisa menahan kangenku ini hmmm", jawabku dengan berusaha tersenyum semanis mungkin. Lalu kutarik pinggangmu untuk membuatmu lebih dekat padaku dan alangkah terkejutnya aku ketika kau langsung bergerak mundur ketika aku ingin mengecup keningmu.

"Kau kenapa sayang hmm? Apakah aku berbuat salah padamu?" lanjutku lagi yang hanya mendapatkan gelengan darimu.

"Pulanglah, kau seharusnya menemui orang tuamu dulu baru bertemu denganku. Tidak kah kau merindukan mereka? Sementara kau selalu ada dirumahku setiap minggu bahkan kadang dari pagi hingga larut malam. Datanglah kesini esok hari. Aku menunggumu. Lagipula sebenarnya aku sudah ada janji dengan..."

"Dengan? Dengan siapa? Apakah ia yang membuatmu berubah hingga kau begitu dingin padaku?" tanyaku reflek tak mampu lagi menyembunyikan rasa kesalku yang sebenarnya sudah menumpuk tapi tak pernah ku ungkapkan karena cintaku padamu yang menyebalkan ini selalu berhasil menahanku. Hei kekasih mana yang tidak kesal jika digantung pacarnya 2 minggu dan lagi aku masih SMA. Tentu saja aku masih labil.

"Dengar Jim, aku mungkin memang brengsek dan tak tahu diri tapi aku tak sehina yang kau pikirkan. Aku bukan tipe orang yang menjalin hubungan dua arah. Jadi stop pikiran burukmu itu jika kau berfikir aku berselingkuh", sentakmu.

"Sekarang terserah kau mau pulang atau tidak. Sudah kubilang aku akan pergi. Aku hanya mau mengganti baju sebentar karena Seulgi sudah menungguku di luar", bentakmu lagi dan meninggalkanku yang berdiri termangu di ruang tamu sedangkan kau kini sudah melesat menuju kamarmu di lantai atas.

Sampai kau selesai berganti baju aku masih saja termangu dan memikirkan ucapanmu tadi. Apa maksudmu yang mengatakan mungkin kau brengsek dan tak tahu diri? Lalu apa maksudmu dengan berhenti menuduhku selingkuh. Apakah kau tahu jika aku sempat berkirim pesan dengan orang lain? Hei tapi kan aku tidak berselingkuh dan itupun kurang dari 4 hari saja.

"Mau pulang atau disini?" tanyamu membuyarkan lamunanku. Dengan terpaksa aku melangkahkan kakiku keluar rumahmu dan kudapati Seulgi yang berada dalam mobilnya. Menyadari kehadiranku ia melambai-lambai semringah padaku.

"Hai Jim. Kau disini? Kangen pacar ya?"

Sudah tau nanya. Dasar bodoh.

"Iya, tapi pacarnya malah milih pergi sama sahabat tololnya",sungutku kesal.

"Ahh maafkan aku Jim. Hei (y/n) harusnya kau bilang jika Jimin datang hari ini. Kita bisa pergi lain kali kalau begitu. Kasian Jimin kan", jawab Seulgi dan balik mengajukan pertanyaan padamu. Ku harap kau benar-benar membatalkan janjimu dengan Seulgi, sebelum jawaban darimu benar-benar membuatku lemas.

"Dia juga tidak bilang kalau datangnya hari ini. Kupikir besok. Ayo, kan aku sudah berjanji denganmu. Aku akan pacaran dengan Jimin besok", jawabmu sambil melenggang santai dan masuk ke dalam mobil Seulgi.

"Ah, bye bye Jimin. Pacarmu kupinjam ya, tapi kudoakan kalian segera baikan jika memang sedang marahan", kata Seulgi terkekeh geli dengan wajah tanpa dosa yang benar-benar membuatku ingin menjambak rambutnya.

Menyebalkan

***

Minggu pagi aku sudah berada dirumahmu dengan kau yang duduk dan bersandar dipelukanku. Baikan? Sama sekali tidak. Aku tahu kalau kau terpaksa dan nampak begitu kaku. Aku menghembuskan nafas kasar dan benar-benar aku sudah tak tahan. Kulepaskan dirimu dari kungkunganku dan mulai membuka mulut.

"Sayang sebenarnya ada apa? Kenapa kau jadi seperi ini hmm? Kau marah padaku? Aku membuat kesalahan? Dan kau bilang ada yang ingin kau katakan? Kenapa tidak sekarang saja kau katakan?"

Kau begitu nampak gelisah, kentara dengan gerak gerikmu yang meremas-remas ujung kaos yang kau kenakan.

"Ya Jim. Kau masih ingat kan dengan perjanjian kita. Kita harus mengatakan apa yang kira rasakan? Dan kita berjanji untuk tidak saling berbohong?" ujarnya pelan-pelan.

"I... iya. Lalu?" tanyaku hampir tergagap. Jujur saja aku gugup saat ini. Sepertinya dugaanku bahwa kau tahu jika aku sempat bertukar pesan dengan gadis lain. Mati aku. Harusnya aku selalu sadar jika dirimu tak bisa mentolerir hal yang berbau tikung pernikungan.

"Ada yang ingin kubicarakan padamu Jim".

TBC.

Gak henti2nya bilang makasih bagi yang udah mau baca, apalagi vote dan komen. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan dan kalo bermurah hati mampir ke ff aku yang satunya. Judulnya My Salvation. Main castnya Jimin juga,dan ceritanya agak lebih ribet daripada ini hehehe, cuman bahasnya lebih ringan yang di sono.
Ya udah dehnya makasih. Bow wow wow.
Oiya minta doa dong biar mbak cepet2 sidang skirpsi wkakak,capek setahun gak kelar2😂, kalo udah wisuda kan updatenya bisa setiap hari.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang