Part 2 [ Meeting ]

56 2 0
                                    

Tap . . . Tap . . . Tap . . .
Alunan Langkah kaki seorang gadis muda memasuki kapel gereja yang berdiri megah.

Dia berdiri. Di tengah kapel itu. Memandang sejenak ukiran patung yang menggambarkan sosok mulia dari Tuhan-Nya.

Dia duduk di deretan kursi paling depan. Menundukkan kepala. Dan memulai alunan doa suci untuk penghapusan dosa - dosanya. Malam itu, tepat di tanggal 6 bulan ke-6 tahun 1966. Di usia ke-16 nya, dia mendapatkan . . .tidak . . lebih tepatnya tertimpa nasib buruk yang tidak pernah kau bayangkan.

Heningnya suara di dalam gereja itu membuat pendengarannya semakin tajam.

detik demi detik dia habiskan malamnya di dalam gereja tua nan megah itu.

suara angin di luar tidak memecahkan alunan doanya.

Hingga satu suara. Suara ini. Dapat memecah keheningan dan konsentrasi sang biarawati, Flo.

Flo mendengar suara dari balik tirai merah yang ada disebelah kanannya.
dia tetap berusaha. Berusaha untuk tetap konsentrasi pada lantunan doanya. namun, pada akhirnya dia tetap membuka tirai itu.

Sesuatu bergerak mendekat dari ujung jalan. yang hanya bisa dia lihat adalah sosok berwarna hitam. Dia tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh tudung.

Flo menutup tirai itu. Dan kembali pada doanya. Entah kenapa semenjak melihat sosok tadi, seisi gereja menjadi dingin. Sangat dingin. Flo menggigil.

angin bertiup kencang dan mematikan semua cahaya lilin di dalam gereja itu. Gelap. Kini, Flo mulai ketakutan. berkali kali dia mencoba untuk menyalakan korek api, namun hembusan angin dari ventilasi selalu dapat memadamkannya.

Flo meringkuk di deretan kursi paling depan. Masih terbayang bayang sosok bayangan tadi.

Brakkk!!

Gebrakan gerbang pintu gereja terdengar dan menggema dalam seisi ruangan itu.

Tap . . . Tap . . . Tap . . .

Suara langkah kaki perlahan memasuki ruangan itu. Flo ketakutan. Hingga akhirnya . .

"Maaf, Miss . . Apa yang sedang anda lakukan?"

Suara pemuda meredakan ketakutannya. Walau sedikit.

"Tidak. Saya tidak apa apa. Hanya saja, saya kesulitan menyalakan lilin lilin itu. "

"Mari saya bantu."
Kata pemuda itu.

Kemudian pemuda itu menyukut korek api yang ia bawa dan keadaan gereja menjadi terang kembali.

"Terima kasih, Tuan."
Kata Flo sambil menunduk.

"Sama - sama."

Keheningan terjadi di antara mereka hingga pemuda itu melontarkan pertanyaan.

"Mmm... siapa namamu? Dimana kamu tinggal?"

Sontak mengejutkan sang gadis yang sedari tadi termenung. Dan kini ia tetap menunduk tanpa menjawab sepatah kata pun.

"A-ahh.. maaf. Itu mengganggumu ya?"

" . . . . . . ."

Beberapa menit kemudian..

"Nama Saya Florentz Rose Xavier. Saya tinggal di dekat sini."

"W-woah.. nama yang unik dan indah."

Kata - kata itu berhasil memerahkan pipi gadis remaja itu. Tanpa ia sadari kini ia sedang tersenyum merona.

"Wah, sudah malam. Apa tidak apa - apa jika tetap berada disini? Kau ingin pulang? Mari, saya antar."

"T-tidak perlu, Tuan. Saya sudah biasa sendiri. "

Jawab gadis pemalu itu.

"Tidak tidak tidak. Tidak baik meninggalkan seorang gadis sendirian di tengah malam seperti ini. "

"  . . . . . "
Flo tidak menjawab.

"A-ah.. kau tidak perlu sungkan.. ayo."
Pemuda itu menarik dirinya keluar gereja.

"Jadi, dimana rumahmu?"

"Itu, sebelah sana. Cat krem."

"Rumah yang manis."

Pipi flo merona

"Jadi, dengan siapa kau tinggal?"

"Saya tinggal sendiri. Ayah saya sudah meninggal 13 tahun yang lalu. Ibu saya sudah meninggal 10 tahun yang lalu."

"Astaga!! Maaf."

"Tidak.. tak apa, Tuan."

Tak terasa mereka berdua telah sampai di depan gerbang rumah Flo.

"Terima kasih, Tuan. Maaf saya merepotkan."

"Tidak apa - apa. Ah, ya! Jangan panggil aku Tuan. Kau bisa memanggilku Feril. "

"A-ah.. baik, Tu- ah.. maksudku.. Feril. Sekali lagi terima kasih."

"Urwell. Nah, aku pulang dulu ya. Sampai ketemu besok.."

"U-uhn.."
Flo mengangguk pelan sambil memandang kepergian pemuda tampan tadi. Perlahan bayangannya menghilang di telan kabut malam.

Malam itu, pikirannya kalut. Belum pernah dirinya merasakan perasaan seperti itu. Segera ia menepisnya dan masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. 

Devil's Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang