FIVE

15 1 0
                                    

Senin pagi Aksel berjanji untuk menjemput Almeta, tetapi yang membuat Almeta kesal adalah Aksel menjemputnya telat. Almeta bingung, bagaimana jika upacara.

"Met.. udahlah lagian hujan juga kan?" Ucap Aksel membujuk Almeta.

"Ya... tapi kan Sel, kalo tiba-tiba disekolah nanti hujannya udah berenti gimana?"

Aksel melirik Almeta bingung, bagaimana mungkin sekolah mereka yang berada di Jakarta Selatan sama dengan mereka bisa berbeda cuacanya, kalau pun beda, mungkin hanya berbeda menitnya saja. "Astaga.. Met gak nyambung banget, lo PMS ya?"

Almeta memandang Aksel kesal seraya mendengus "Assshhh.. serius Sel.. gak bisa serius banget sih"

Aksel hanya meringis mendengar ucap Almeta. Ini semua memang salahnya, karna menonton bola hingga larut malam, padahal ia berjanji akan menjemput Almeta lebih pagi dikarenakan besok ada upacara.

"Sel, itu bukannya Tiara ya? Oh jadi rumahnya disini.. berarti deket Ego dong."

Mendengar nama itu, Aksel sontak menengok kearah pandangan Almeta. Ia melihat seorang gadis yang memakai seragam SMA Pelita Bangsa yang sedang duduk di atas kop mobil hitamnya seraya memegang payung pink nya. Aksel meminggirkan mobilnya kearah gadis itu, gadis itu mendongakan kepalanya dan terkejut melihat mobil Range Rover hitam yang menghampirinya.

Almeta yang mengerti maksud Aksel sontak menyembulkan kepalanya dari jendela mobil Aksel "Hai, Ra, kok belum berangkat?"

Tiara tersenyum manis "Iya kak, lagi nunggu sopir"

Almeta mengangguk-nganggukan kepalanya "Ah, ya. Mau nggak berangkat sama kita?"

Aksel yang sedang meminum teh botol sosro nya sontak tersedak "Uhuk, uhuk. Ap.. apa Met?"

"Boleh gak Sel, Tiara ikut sama kita?"

"E___e___bo___boleh"

Tiara tersenyum dan mendekati jendela Almeta untuk berbicara pada Aksel "Beneran kak?"

Aksel mengangguk. Ashh... kenapa gue yang jadi gugup gini sih.

"Yaudah, ayo masuk Ra, nanti kita telat, ini udah hampir telat."

Tiara mengangguk dan kembali menatap Aksel seraya tersenyum dan masuk ke jok belakang.

***

"Cih.. untung gak telat lo"

"Hampir, bego"

"Emang lo ngapain aja sih semalem, kok sampe kebo gitu?"

"Gara-gara nungguin bola sebagai taruhan lo"

Ego mengangguk-ngangguk dengan mulutnya yang membentuk huruf 'O' "Tahan banget lo nonton"

Aksel menyipitkan matanya "Lo nonton gak?"

Ego menggeleng polos "Enggak, ngantuk, emang siapa yang menang?"

"Goblok.. lo yang ngajakin gue taruhan lo juga yang tidur, sinting lo" sungut Aksel seraya menjitak keras kepala Ego.

Ego hanya nyengir merasa tak bersalah, Aksel emosi namun sesaat kemudian ia mempunyai ide cemerlang "Lo tau gak siapa yang kalah tadi malem?"

Ego mengedikan kepalanya.

"Jagoan lo bego... dan lo tau apa? Lo yang bakal traktir gue di cafe Kemang, gimana?" Tanya Aksel seraya menaik-turunkan alisnya.

"Anjir... mahal bego.."

Aksel tertawa dan menggeleng-geleng "Hahaha... gak bisa, itu kan udah ketentuan"

"Oke deal, lo kira gue gak bisa bayar? Palingan yang lo pesen cuma oncom, lidah lo kan kampung"

Trust MY "Love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang