None of The Sadness

742 84 15
                                    

Disebuah Negara, lebih spesifik lagi, ialah disebuah kota yang dikelilingi gurun pasir, disanalah aku tinggal. Kota yang jauh dari hutan dan sungai, kota ditengah-tengah gurun pasir maha luas. Tapi kami tak kekurangan air sedikitpun. Kenapa? Kotaku adalah kota dimana para penemu yang terhebat diseluruh dunia tinggal. Sehingga jika ilmuwan kalian melakukan metode untuk memaksa jatuhnya hujan (hujan buatan) dari awan cumulonimbus dengan teknik menerbangkan pesawat terbang untuk menaburkan partikel – partikel perak iodida atau es kering ke atmosfer, itu sudah terlewat hingga ratusan tahun kebelakang. Jangankan membuat hujan, soal rumit lainnya seperti mobil terbang, pil anti lapar, bionika, robot pembantu, suntikan seribu penyakit dan yang lebih sulit lainnya ada disini.

Namun, ada sebuah hal yang membuat petinggi kota segera berkumpul dalam pertemuan dadakan. Mereka resah akan fakta yang tampak pada pertumbuhan penduduk kota yang minus sekian persen, fakta juga mengatakan bahwa turunnya tingkat pertumbuhan ialah disebabkan oleh kematian tertinggi dengan bunuh diri. Benar setiap orang bisa disembuhkan, dan bisa hidup selamanya. Kemudian, jika tidak satupun dari penduduk akan meninggal, sedangkan kehidupan mereka tak menyenangkan, dengan segera mereka akan memutuskan untuk bunuh diri. Belum lagi, ambisi yang tidak tercapai akan membuat mereka depresi. Dan faktor utamanya adalah perasaan sedih. Kesedihan adalah suatu emosi yang ditandai oleh perasaan tidak beruntung, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Saat sedih, manusia sering menjadi lebih diam, kurang bersemangat, dan menarik diri. Jika tingkat depresi tersebut menimbulkan tingginya kematian dengan bunuh diri, maka dikhawatirkan pertumbuhan penduduk hingga seratus atau dua ratus mendatang, penduduk di kota akan musnah.

Lalu para petinggi kota berdebat mencari solusi masalah pelik ini. Bagaimana agar penduduk kota tak merasakan kesedihan?

Hingga suatu hari para penemu akhirnya menemukan sesuatu dari penelitiannya. Mereka menciptakan sebuah pil baru, yang dinamakan NOTS ( None of The Sadness ). Bentuk fisiknya hampir serupa dengan pil anti lapar, sebesar pil sakit kepala.

Bagaimana cara kerjanya? Tidak jelas juga seperti apa. Terlalu rumit untuk dituliskan. Tetapi kurang lebih pil itu mengandung coklat, pisang, sayuran hijau, almond, cabai, gandum, dan beberapa zat lainnya, seperti zat tryptophan, yakni suatu zat yang dapat membantu mengurangi gejala depresi. Selain itu, makanan-makanan tadi juga dapat mengurangi hormon kortisol yang menjadi penyebab stres dan meningkatkan hormon Endhorpine yang dapat menciptakan rasa senang.

Endhorpine sebenarnya merupakan gabungan dari endogenous dan morphine, zat yang merupakan unsur dari protein yang diproduksi oleh sel-sel tubuh serta sistem syaraf manusia. Endorphin dalam tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam, relaksasi, serta meditasi. Karena endorphine diproduksi oleh tubuh manusia sendiri, maka endorphine dianggap sebagai zat penghilang rasa sakit yang terbaik. Namun bagaimana jika tanpa harus melakukan berbagai macam kegitan tersebut, hanya dengan memakan pil NOTS, manusia akan merasa senang? Begitulah pil NOTS bekerja pada manusia, pil itu akan membuat Endhorpine pada manusia bekerja seumur hidup hanya dengan satu pil. Tidak ada kesedihan.

Dan ketika tiba hari H peluncuran pil NOTS, seluruh kota sangat heboh. Inilah penemuan terbesar sepanjang masa. Setiap penduduk yang menginginkan pil tersebut bisa segera mengambilnya di gedung pusat kota. Setiap penduduk yang merasa sedih, buru-buru memakan pil itu.

---|----|---

Tidak ada lagi kematian akibat bunuh diri. Kotaku tiba-tiba berubah seperti taman hiburan. Dimana tidak ada penduduk yang merasakan kesedihan. Di sepanjang jalan-jalan, banyak orang tertawa karena hal-hal kecil. Semuanya saling menyapa tanpa murung terlihat di raut wajah mereka. Semuanya tersenyum dan senang. Permasalahan terbesar di kotaku nampaknya sudah teratasi. Para petinggi bersulang untuk keberhasilan pil yang para penemu kembangkan. Mereka berseru memuji kecerdasan para penemu itu. Tanpa sedikitpun menyadari bahwa perlahan-lahan muncullah berbagai masalah akibat dari pil NOTS yang mereka banggakan itu.

---|----|---

Tak ada lagi yang takut menyatakan cinta, jika ditolak dia akan tetap merasa senang. Tidak ada lagi yang perlu sibuk belajar, jika nilainya jelek, dia tetap senang. Tidak ada lagi yang membeli coklat untuk kekasih, tak ada lagi yang mementingkan harta, jabatan, tak ada lagi yang memandangi indahnya matahari terbit dan terbenam, tidak ada yang pergi ke tempat bermain untuk menghibur diri, tak ada ucapan terimakasih atau maaf. Hari-hari berlalu menjadi setahun, kemudian bertahun-tahun.

Para petinggi kota tak juga menghentikan peredaran pil tersebut. Biarlah beberapa toko makanan manis tutup, biarlah taman bermain berkarat, asalkan seluruh penduduk senang dan tak ada kematian lagi. Sebenarnya ada beberapa yang khawatir dengan berbagai penemuan yang tidak pantas yang telah menebas tata aturan kehidupan. Tetapi mayoritas petinggi kota mengabaikannya.

Sebenarnya apa itu senang? Jika seseorang senang, maka itu bahagia? Jika seseorang tak bisa menangis, itu juga bahagia? Penduduk kota berbondong-bondong membeli obat tetes mata, mereka bingung karena tak satu hal pun bisa membuat mereka menangis.

Kota kini telah banyak berubah, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tempat yang terasa begitu manusiawi, karena air mata masih hadir menemani kehidupan manusia, masih ada sentuhan yang membuat sebagian manusia dapat melepaskan tangisnya agar lega kembali setelah melewati pertarungan emosi di dalam jiwa.

Mungkin dimasa lalu, dunia tanpa air mata berarti kebahagiaan. Apakah dunia tanpa air mata berarti sebuah kebahagiaan? Tidak, dunia tanpa air mata adalah dunia kesedihan yang tidak tersalurkan melalui tetesan – tetesan air yang mengalir di pipi.

Jika manusia tak bisa merasakan kesedihan, maka sebenarnya manusia itu sendiri juga kehilangan kebahagiaan. Penduduk kota lupa apa itu kebahagiaan sebenarnya. Mereka hanya sering tertawa, dan tak bisa menangis. Lantas itukah kebahagiaan? Lantas benarkah mereka tak mempunyai kesedihan?

Aku tak tau menjadi bagian yang mana, karena aku terlanjur memakan pil itu ketika aku merasakan duka patah hati sebulan yang lalu. Awalnya perasaanku senang sekali, karna dengan tiba-tiba aku tak merasakan sakit dan terus tertawa. Namun seiring berjalannya waktu, aku tak merasakan apapun. Hatiku bagai beku – hambar.

Dan aku memutuskan untuk pergi dari kota yang dijuluki seribu penemu itu. Aku menemukan sebuah kota dan memperkenalkan diriku disana, "Halo, saya Ray. Datang dari jauh untuk mencari kesedihan."

Semua orang kemudian menatapku bingung. Seperti kalian saat menatap mahluk aneh dari galaksi lain.

END

GenreFest: Sci-FiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang