E M P A T

12 3 0
                                    


Tidak terasa kelas 11 sudah kami lewati. Dan sekarang adalah libur kenaikan kelas. Aku sengaja tidak ikut keluarga ku pergi ke luar negeri karena aku sebelumnya sudah punya janji dengan sahabatku untuk mendaki gunung lagi.

Saat kami semua berkumpul di Terminal, kami berdoa dahulu karena perjalanan ini akan sangat panjang.

"Udah siap semuanya?!" Kata Ray semangat setelah selesai berdoa.

"Siap dong" Seru kami kompak.

"Prau, We're coming!"

Kami menggunakan bus untuk sampai ke Dieng. Kami tidak menggunakan pesawat dikarenakan kami membawa gears yang terbuat dari bahan yang tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan tunggu bandara. Nanti malah gears kami disita oleh petugas bandara. Sebenarnya, bisa saja naik pesawat, tapi kami harus sewa peralatan di Dieng.

Setelah satu hari penuh perjalanan untuk ke Dieng, kami sampai juga di Pos Pendaftaran. Berhubung hari sudah hampir malam, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di dekat Pos pendaftran. Lalu tengah malam baru kami memulai pendakian. Kami memutuskan untuk mendaki tengah malam karena kami ingin mencoba sesuatu yang baru dan setelah ngobrol-ngobrol sama pendaki yang lain yang ikut nge-camp disini, ternyata mereka juga ingin mendaki tengah malam agar sampai di puncak berpasan dengan sunrise.

Kami menyiapkan tenaga untuk mendaki di malam hari. Kami tidak takut mendaki ditengah malam karena kami mendaki bersama dengan dua rombongan pendaki.

Jam 12 pun tiba, kami membaca doa dengan pendaki lainnya terlebih dahulu. Untungnya, jalur pendakian tidak terlalu sulit jadi kami tidak ada kendala sama sekali. Namun, ditengah perjalanan aku mendengar suara aneh. Posisi ku yang berada disamping Kiky dengan secepat mungkin aku memeluk Kiky karena kaget dengan suara itu. Aku tahu aku gila melakukan ini. Aku bisa merasakan detak jantung Kiky yang berdetak kencang. Aku langsung melepaskan pelukan ku saat yang lain memerhatikan ku dan Kiky.

"Maaf." Satu kata yang kuucapkan ke Kiky. Aku tidak tahu lagi akan mengatakan apa lagi. Aku malu. Sangat malu.

"Gapapa" Kata Kiky sambil senyum. Oh God, aku merindukan senyuman itu.

Beberapa waktu kemudian, aku melihat Ray yang dari tadi ribet dengan carrier nya.

"Ngapa lu Ray?"

"Ini, gua bawa sambel terasi yang gua buat sendiri. Nah, sambel terasi ini mau gua simpen ke dalem trashbag biar ga basah" Kata Ray. Gila sekali itu anak, ngebongkar isi carrier hanya untuk menyelamatkan sambel terasi kesayangan nya itu.

"Terserah lu dah, kalo ujan rasain aja" Kata ku jengkel.

"Bukan urusan lu"

                              
Tidak terasa, kami sudah sampai di Puncak Prau. Tinggal menunggu sunrise yang dua jam lagi akan muncul. Gunung Prau termasuk gunung yang tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 2.565 mdpl jadi, pendakian tidak berlangsung lama.

Saat kami akan mempersiapkan diri untuk berfoto dengan latar belakang sunrise, Ray dengan tergesa-gesa berlari kembali ke tenda.

"Woy mau kemana lu Ray?" Tanya Kiky.

"Tungguin, gua mau ambil sambel gua dulu"

"Sambel?" Tanya Kiky bingung.

"Pokoknya lu semua harus tungguin gua dulu"

"Jangan pake lama" Teriak Kiky.

Finally, kami berfoto dengan sambel terasi milik Ray. Tak lama kemudian, kabut turun dan untungnya kami sempat berfoto dengan matahari terbit. Saat Ray ingin mencolek sambelnya itu, tiba-tiba turun hujan dan alhasil sambel nya itu terkena air hujan.

We Call It ADVENTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang