Lima

111K 9.2K 70
                                    



.........Ivy.........

Damian mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Ia bergerak membisikan kata-kata di tepat di sebelah telingaku.

"Ku mohon jangan sakiti dirimu sendiri Ivy," Bisiknya yang membuatku sedikit tersentak.
"Ap-apa maksudmu ?" Tanyaku bingung.
Damian menatapku dengan pandangan seolah-olah dia terluka.
"Jangan sakiti dirimu sendiri sayang." Ucapnya lembut ia duduk tegap di sebelahku. Menarik kakiku keatas pangkuannya. Ia menatap kakiku dengan pandangan khawatir.

"Kau lihat kakimu membiru sekarang." Damian mengelus belam berwarna biru pada kakiku.
"Awww."Aku merintih pelan merasa sakit pada kakiku.
"Apa aku menyakitimu ?" raut wajah Damian tampak semakin khawatir.
"Sedikit...." jawabku lirih.

Damian bergerak mengambil kotak obat pada laci meja di sebelah tempat tidur. Dengan hati-hati kulihat ia mengoleskan salep pada lebam di kakiku. Salep itu terasa dingin ketika bersentuhan dengan kulitku.

Damian menatap mataku tajam. Apa aku melakukan kesalahan??

"Apa yang kau lakukan tadi?"tanya Damian dingin.
"Aku? Ti-tidak ada?" balasku bingung
"Lalu untuk apa kau bangun dan berjalan tadi. Bukankah kau tahu bahwa kakimu sedang terluka"

Aku terdiam, memikirkan jawaban yang pas untuk di jadikan alasan. Aku tidak mungkin jujur kalau aku ingin kabur darinya.

"Aku...aku hanya... hanya..." astaga aku harus jawab apa.
Damian menaikan sebelah alisnya "Hanya ?"
"Hanya bosan," jawabku buru-buru.
"Kau bosan?" Ulang Damian.
" iya, dari tadi aku hanya diam di atas tempat tidur, tidak ada yang bisa kulakukan." alasan yang bagus Ivy.
Damian tampak menghela nafas.
" Tidurlah dulu, nanti jika kakimu sudah baikkan aku akan mengajakmu berkeliling." ujar Damian yang malah terdengar seprti sebuah perintah.

Damian menyiapkan bantal untukku, kemudian membaringkanku dengan hati-hati. Seolah-olah aku adalah berlian rapuh yang akan hancur oleh satu sentuhan saja.
Ia membaringkan dirinya di sebelahku. Menarik selimut dengan lembut, kemudian menutupi tubuh kami berdua. Damian menarikku kedalam pelukan hangatnya. Menyusupkan kepalanya di ceruk leherku sebelah tangannya memeluk pinggangku, yang sebelahnya lagi mengelus rambut panjangku.

"Tidurlah sayang, aku akan menjagamu." bisiknya di telingaku.

Mataku terasa begitu berat, terasa nyaman. Elusan pada rambutku membuatku semakin terbuai oleh kenyamanan yang di berikan Damian.

Aku menyerah... Mataku hampir terpejam ketika...

Drakksssss

Suara kaca pecah jatuh berhaburan, aku terkejut reflek membuka mataku. Damian berada di atasku. Bertumpu dengan kedua tangannya. Menahan tubuhnya agar tidak menindihku. Kulihat sayap besar berwarna hitam pekat membentang di belakang nya seolah melindungi kami berdua dari sesuatu. Damian bangkit duduk dengan tegap, pecahan pecahan beling kaca meluncur dari atas sayapnya. Jatuh berdeting ketika mengenai lantai. Damian menoleh kebelakang menatap kearah jendela yang pecah dengan kilat emosi terpencar dari kedua bola matanya.

Ia bangkit memungut sesuatu yang menghantam jendela tadi.

Sebuah batu permata.

"Max." panggil Damian
Dalam sekejap seorang pria muncul di belakang damian.
"Ada apa tuan?" tanya pria bernama max tadi.
Damian menyerahkan batu permata itu pada Max, " Cari tahu asal benda sialan itu." perintah Damian.
"Baik tuan." Max membungkuk hormat pada Damian, kemudian menganggukan kepalanya sopan kearahku. Setelah itu Max menghilang tampa jejak.

"Apa kau terluka Ivy ??" tanya Damian lembut kepadaku.
"Aku baik baik saja" Balasku jujur.
"Jangan bergerak." perintah Damian begitu melihatku mencoba bangun.
Ia berjalan dengan santai kearahku. Tidak takut sama sekali pecahan pecahan beling yang berhamburan di lantai akan menyakiti telapak kakinya. Ia berdiri tepat di samping tempat tidur. Ia membuang asal selimut yang menutupi tubuhku. Pecahan beling yang ikut terlempat bersamaan dengan selimut kembali terdengar.

Ia mengendongku lagi di depan tubuhnya. Membawaku keluar dari kamar ini. Mataku terpana melihat mengahnya bangunan ini. Apa Damian seorang Raja. Kenapa ia bisa tinggal di bangunan semegah ini.

Damian membawaku hingga kami sampai di salah satu pintu ruangan bercat emas. Ia membuka pintu itu dan membawaku masuk sedalam.

Ini sebuah kamar.

Damian kembali membaringkanku ke atas tempat tidur. Aku masih sedikit ling lung akibat keterkejutanku. Aku masih diam tak berkutik. Memehatikan ruangan itu dengan sedikit bingung.

"Tidurlah lagi sayang."bisik Damian. Ia kembali memeluku seperti tadi. Tangannya mengelus rambutku . Membuat mataku kembali memberat hingga ahirnya aku tertidur dalam dekapan hangatnya.
kurasakan belaian belaian tangannya pada rambutku.

Di mana ini???

Tempat ini terlihat begitu indah. Tanaman-tanaman tumbuh subur di sekitar sini. Tempat ini berada di tengah tengah taman. Ini kolam ya??

Aku berenang menyusuri tempat baru ini. Ekorku bergerak berlahan lahan menyusuri. Berlahan-lahan kulihat bunga-bunga di sini menjadi layu dan kering. Tempat ini berubah menjadi gersang. Aku tersentak mundur. Ku rasakan ekorku terikat dan tertarik kedalam kolam air kolam yang awalnya jernih berubah menjadi merah pekat. Aku histeris mencoba berenang ke atas... Para Hybirds terbang berputar di atasku. Werewolf mengaum-ngaum di sekelilinh kolam... Para Vampire berdiri tegak dengan mata marah menatap benda yang menarik ekorku.

"Tolong!!! Tolongg aku" teriakku histeris.

"Ivy!!! Ivy bangun sayang ada apa ??"

Suara itu menarikku.
Aku tersadar...
Tadi itu....

mimpi ya?

Mataku lansung bertabrakan dengan mata khawatir Damian.
Aku menggeleng pelan, mencoba mengenyahkan mimpi aneh tadi.
"Kau serius?" tanyanya.
Aku mengangguk sekali lagi. Tubuhku di rengkuhnya dengan erat.
"Kau membuatku khawatir lagi Ivy."

Kurasakan Bibirnya mengecup leherku. Hidungnya mengendus ngedus leherku, seolah-olah mencari bau tubuhku.

Bibirnya mengesek leherku, kemudian berganti dengan lidahnya. Ia mengecupnya sekali kemudian kurasakan sesuatu yang tajam dan dingin menembus kulitku.

"Arggggghhhhhhh" aku menjerit kesakitan.

Giginya menancap pada leherku,semakin dalam.

"Sakittttt sakiiiiitttttt sakitttttt." teriaku.histeris. Bukannya melepaskan giginya. Damian malah semakin memperdalam gigitannya.
Hingga ahirnya kegelapan menarikku.

TBC....

Huaaaa aku seneng banget!!!
Pembacanya nambahhh...
Thanks banget udah mau baca cerita ini :-):-)
Buat yang udah vote makasih banget.
Vote lagi yaaaa

And keep reading okkkk.

I'm Demon mate [Revisi lambat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang