2

24 3 0
                                    

Anas sengaja bermalam dirumah Cinta, karena orang tuanya sedang dinas diluar kota. Sudah kewajiban Anas untuk menjaga dan memperhatikannya. Itu sudah harus. Anas gak akan diam melihat gadis manis nya ini menangis. Walau sebenarnya, ia risih melihat Cinta yang terus saja menangisi Dera. 'Apa gak pernah sedetikpun kamu mikir aku? Atau bahkan memperhatikan aku?'

Cahaya mentari pagi masuk menyinari kamar Cinta. Cinta masih terbaring pulas di tidurnya. Anas hanya tersenyum melihat wajah gadisnya yang sangat damai ketika tidur. Ingin sekali ia mengkecup kening gadis itu, namun ia urungkan niatnya. Dengan suara yang lembut, Anas mencoba membangunkan Cinta. "Enta? Bangun. Udah pagi. Kamu sekolah 'kan?"

Cinta-Enta. Itu adalah panggilan Anas untuk Cinta. Dikarenakan sifat Cinta yang sangat manja kepadanya jadi, Anas memilih untuk memanggilnya dengan sebutan 'Enta'.

Cinta mengkucek matanya dan memberikan punggungnya ke Anas. Anas hanya tertawa kecil melihat kelakuan Cinta yang sangat sulit setiap kali dibangunkan dari tidur. "Emangnya gak mau sekolah? Gak mau jumpa.... Dera?"

Cinta mendengus kesal mendengar nama itu. Ia bangkit dan langsung menatap wajah Anas dengan wajah cemberut. "Iya aku bangun."
Ia bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi.
"Giliran dengar nama Dera, kamu langsung bangun." Teriak Anas yang hanya dibalas gerbrakan pintu oleh Cinta.

Anas tertawa geli melihat kelakuan Cinta yang begitu... Menggemaskan. Berada di dekat Cinta dengan status seperti ini, menurutnya lebih baik daripada ia harus berjauhan dengan Cinta. Entah sampai kapan ia menutupi semua ini.

Sekitar lima belas menit Cinta membenahi dirinya, akhirnya Cinta menemui Anas yang tengah duduk sambil menunggu Cinta.

"Pagi, Cinta." Sapanya dari meja makan

Cinta hanya mengangguk dan langsung menyantap sarapan paginya yang khusus di masak Anas untuknya.

"Jadi ceritanya, kamu masih marah sama Bang Anas?"

Cinta hanya diam dan memalingkan wajahnya dari hadapan Anas.

"Oh astaga Cinta. So cute."

Cinta berusaha menahan senyumnya. Namun, akhirnya ia luluh akibat perkataan 'cute'. "Bang Nanas sih suka banget buat aku marah."

"Nanas? Kamu panggil abang, Nanas?". Cinta mengangguk pelan
"Kenapa nanas?"

"Soalnya, abang itu, kadang manis banget dan kadang asem banget! Sama kayak nanas! Dan abang bisa menjadi manis sekaligus asem dalam satu hari. Trus juga nama abang mirip sama Nanas 'kan?" Ujarnya sambil tertawa geli

"Okelah. Apapun itu, asalkan kamu senang, lakuin ajadeh."
***

Cinta tersentak mendengar dering dari ponselnya. Ia membuka matanya, dan ia melihat nama 'Bang Nanas' di layar ponselnya.

'Halo?' ujarnya membuka percakapan

'Kamu dimana, Ta?' suara khawatir itu terdengar jelas walau dari seberang sana

'Aku... Aku dirumah Dera. Ada apa?'

'Kamu mau pulang jam berapa, Ta? Udah malam loh.'

'Kayaknya aku bakal nginep disini, Bang. Tolong bilang sama Mama dan Ayah aku ya'

'Ta, gak baik kamu sendirian dirumah orang. Aku kesana ya'

Cinta mengangguk walau sebenarnya itu tidak dilihat oleh Anas. 'Iya' balasnya lembut.

Anas memang selalu menjadi orang yang ada disampingnya saat ia benar-benar butuh sandaran dan tempat untuk ia bisa meluapkan keluh-kesal nya.

Cinta kembali memejamkan matanya. Berusaha mengembalikan kenangan dua tahun silam. Ia merindukan semuanya saat ini. Ia ingin kembali.

Dear, Dera...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang