4

18 2 0
                                    

Cinta berjalan memasuki ruang kelas yang sudah ada beberapa temannya yang tengah duduk. Dengan semangat, Cinta menghampiri Raya yang sudah memandangi Cinta yang berjalan sambil tersenyum dengan paper bag di tangannya.

"Kenapa, Ta?" Tanya Raya penasaran begitu Cinta duduk disebelahnya

"Ta Da.." Cinta dengan senyum yang sumringah, memberikan paper bag itu ke Raya.

"Jersey?" Raya mengernyitkan dahinya "Buat aku?" sambungnya lagi.

"Iiihh ya enggaklah. Ini tuh buat Dera." Raya hanya menganggukkan kepalanya sambil memberikan paper bag itu ke Cinta lagi.

"Kalau dia nolak gimana?" Pertanyaan itu membuat sedikit keyakinan Cinta, runtuh seketika.

Cinta tersenyum dan merangkul bahu temannya itu. "Sebagai teman yang baik, seharusnya kamu memberi support dong buat aku. Gak ada salahnya 'kan mencoba walau kita sudah menerka bahwa hasilnya akan buruk? Aku sudah mempersiapkan mental kok, Ray. Kalau tiba-tiba dia ngasi kaos ini ke orang lain lagi. Tapi setidaknya, aku udah usaha walau selalu gagal. Biar aja dia nolak, yang penting, saat kita sama-sama tua nanti, ada sebuah perjuangan yang gak mungkin aku lupain. Dan tentunya, Dera pasti akan tertawa cekikik saat mengingat kalau dulu ada cewek yang sangat-amat agresif ngedekatin dia."

Raya menoleh kearah Cinta. "Semenjak kejadian itu, lo jadi pendiam. Tapi, untuk pertama kalinya, gue denger lo nyerocos sepanjang ini, Ta. Gue ikut seneng kalau lo seneng"

"Eh Ray, Lo bayangin deh. Lucu tau kalau kita nanti udah tua, trus kita udah punya hidup masing-masing, dan pas reuni wajah kita udah keriput semua. Pada saat itu, kita bakalan sadar, kenangan di masa sekarang ini tuh begitu manis walau untuk saat ini, kita ngerasa pengen cepat-cepat lulus. Percaya deh, kalau kita udah tua nanti, pasti kita pengen balik ke SMA. Masa dimana kita udah mengenal semuanya. Sakit, gembira, persahabatan, cinta, semuanya ada di SMA.

"Trus kita ketawa pas kita ngingat semua hal yang pernah dilakuin pas zamannya kita dulu. Kita ketawa sambil nunjukin gigi kita yang udah pada berontokan" Cinta tertawa dengan setetes air mata keluar dari matanya

"Dan mungkin, pada masa itu, gue bakalan sadar kalau apa yang gue lakuin saat ini tuh berlebihan. Gue ngejar-ngejar cowok yang belum tentu jodoh gue. Pastinya, gue bakalan malu kalau nyeritain ini semua ke anak ataupun suami gue nanti. Mereka pasti bakalan bilang kalau masa SMA gue penuh dengan semua cerita galau dan cerita yang lebay." Cinta tersenyum kearah Raya.

"Lo kesambet setan apa, Ta? Panjang amat bicara lo"

"Gak tau nih. Entah kenapa, hari ini gue senang. Mungkin pertanda baik deh, Ray"

"Eh, itu Dera deh." Cinta melihat kearah pandangan Raya. Dan benar saja. Dera sedang berjalan menuju bangkunya.

"Samperin, Ta." Cinta mengangguk dan langsung menghampiri Dera yang baru saja meletakkan bokong nya dikursi

Dengan senyuman yang Cinta buat semanis mungkin, ia menyodorkan paper bag yang ia pegang. Dera melihatnya bingung. Alisnya menyatu.

"Apa?" tanyanya

"Untuk lo. Ambil" Dengan mata yang masih memancarkan rasa penasaran, Dera mengambil paper bag tersebut.

Saat ia melihat isinya, kalian tahu bagaimana ekspressinya? Sambil memegang bungkusan itu, dia berkata "Gue gak pesan ini 'kan di olshop lo?" tanyanya dengan wajah datar.

'Oh please deh Der. Sejak kapan gue punya olshop? Gak ngerti apa pura-pura gak ngerti sih?' Gerutu Cinta.

"Der, itu buat lo. Dan itu bukan pesanan lo dari olshop gue. Ohiya, satu lagi, gue gak punya olshop" Ujar Cinta dengan wajah kesal lalu pergi meninggalkan Dera

Dear, Dera...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang