#1

55 7 6
                                    

Suara langkah yang lemah berayun sayu di antara udara yang meniupnya. Kaki jenjang yang terbalut oleh sepatu dan kaos kaki panjang serta rok sepanjang lutut, pakaian seragam masih melekat di tubuh kurusnya, dan tas hitam menggantung setia pada bahunya yang sudah terlihat lelah. Sejenak tangannya yang ada di saku roknya menggaruk rambutnya yang diikat rapi.
Mata birunya yang padam memandang ke arah sungai di seberang jalanan. Airnya bergemerlap indah ditimpa cahaya langit sore, air itu mengalir tenang. Dia berjalan menyeberangi jalanan itu, melewati rerumputan yang begitu hijau sebelum sampai di pinggir sungai.
Dia meletakkan tas gendong itu di sisinya, dan setelah itu membanting punggungnya sendiri ke atas rerumputan itu sambil menghela nafas panjang. Matanya mencerminkan langit di atasnya yang memiliki gradasi warna indah. Tak ada suara apapun di sekitarnya selain rumput yang bergesekan ditabrak angin dan suara air yang begitu tenang.
Gradasi warna langit mulai dirambati oleh warna biru yang berangsur gelap. Lalu suhu udara berangsur turun. Dia masih rebah di sana, matanya tetap terjaga mengamati warna langit yang berubah.
Hatinya sedang kacau. Berkecamuk liar dan tertahan meski berada dalam ketenangan yang sangat sepi. Sesuatu tertahan dalam hatinya, masih berusaha ditahan sampai saat ini. Memenjarakan perasaannya adalah hal biasa baginya. Baginya, semua ini memang sudah tidak ada artinya.
Jiwanya telah kosong tanpa arti yang nyata. Bahkan keberadaannya hanyalah hal yang tidak diinginkan. Membisu sementara langit itu telah menjadi malam yang gelap sementara sebuah bintang bersinar terang sendirian.
Perlahan dia bangkit dan merapikan ikatan rambutnya. Rambut berwarna hitam pekat yang panjangnya nampak menyatu dengan gelapnya malam itu. Tak sengaja sudut matanya menangkap seseorang yang duduk cukup jauh darinya. Dia pun menoleh menatap orang itu, tidak ada cahaya di sana kecuali dari lampu di jalanan yang jaraknya sekitar duapuluh meter membuatnya tak mampu melihat dengan jelas siapa dia.
Yang disadarinya adalah lelaki itu duduk dengan memeluk kedua lututnya dan tatapan matanya lurus ke arah sungai yang gelap mencerminkan langit. Rambut lelaki itu nampaknya cukup panjang untuk menutupi sebagian wajahnya.
Kali ini gadis itu bangkit sambil kembali menggendong tas berat yang menyakiti bahunya tiap waktu, tanpa mempedulikan orang itu. Langkahnya cukup gontai ketika berjalan melewati rerumputan, dan matanya berkunang-kunang. Dia masih berjalan memampukan langkahnya agar tetap melangkah sesuai kehendak.
Keremangan dan rasa dingin menemaninya melangkah lurus di jalanan dengan beberapa lampu jalan yang meredup, sementara pepohonan terdengar berbisik bersama angin. Tak lama, dia menyentuh lengan kirinya dengan tangan kananya. Suhu tubuhnya sangat dingin, tentu saja seragam berlengan panjang itu masih tidak bisa melindunginya dari suhu udara yang menusuk ke tulang.
Masuk ke jalanan umum yang terasa sangat lurus dan gelap. Hanya kendaraan yang beberapa kali saja berlalu. Langkahnya berbelok ke sebuah jalan yang lebih sempit. Kali ini dia melewati rumah rumah dengan cahaya penuh kehidupan di dalamnya.
Sampai akhirnya berbelok ke salah satu rumah yang berwarna biru dengan pagar hitam yang mengurungnya. Perlahan dia menggeserkan pintu gerbang itu ke samping, suara roda berkaratnya yang menggelinding terdengar berderit dengan begitu berisik. Dan itulah yang menyebabkan seorang wanita paruh baya membuka pintu dan berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang tajam.
Sedikit ragu, dia berjalan masuk dan melepas sepatunya, setelah sampai di ambang pintu tepat di hadapan wanita itu, tanpa basa-basi lagi tamparan keras mendarat di pipinya yang kini berwarna kemerahan.
"APA YANG KAU LAKUKAN SAMPAI MALAM!!!!, APA KAU PELA**R!!," pernyataan itu diucapkan dengan nada melengking yang menyakiti telinga siapapun yang mendengarnya. Dia hanya terdiam mendengar perkataan itu, melawan atau menjawab hanya akan memperpanjang omelannya. Sesekali dia mengangguk bila diperlukan. Tak lama air matanya mengalir di atas pipinya yang pucat dan dingin. Perkataan kasar masih mengalir deras dari wanita itu, matanya kian menajam dan kerutan di keningnya nampak mulai lelah.

Come Back To You {FINISHED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang