03.

46 4 0
                                    

Senin, 14 Juni 2016.

04.30 PM

Ketiga.

Hai, aku balik lagi nih. Kamu engga kangen sama aku, blue? Oh oke oke. Kamu pasti penasaran sama cerita aku hari ini yaa? Langsung aja yaa blue. Tangan aku gatel nih, hehe.

Tadi pagi kan aku ada pelajaran matematika ya, nah terus aku tuh lupa kalo tugas kelompok aku sama Mezya ternyata aku yang nyimpen. Alhasil, aku engga bawa tugasnya dan Mezya marah-marah sama aku.

Sebelumnya aku udah pernah bilang ke dia, jangan kasih aku tugas buat nyimpen-nyimpen hasil kerja kelompok. Tapi dia ngotot. Aku enggak salah kan yaa blue?

Tau engga blue? Disitu aku sama Mezya udah mengeluarkan semua sumpah serapah, eh gurunya ternyata engga masuk.

Tai moment gak sih?

Bukan cuma itu aja, blue. Selama pelajaran matematika berlangsung, Mezya nggak berhenti-berhenti ngomong demi dewa karna guru Mtk kita engga masuk hari ini. Aneh kan si Mezya itu? Emang. Banget. Aku aja bingung liatnya. Hi.

Em, tunggu blue. Masih ada yang kurang kayaknya.

Oh iya! Aku tadi ketemu sama DIMAS ARYA P. lagi tauu!! Dia duduk di depan aku, blue! Bayangin! Tau engga? selama di angkot, aku engga pernah bisa berhenti buat ngeliatin dia! Gila kan? Iya, iya. Anggap aja aku udah gila gara-gara suka sama seseorang. Tapi ya emang itu yang aku rasain.

Dan satu lagi fakta mengejutkan. Dia senyum ke arahku! Ke arahku! Iyaa, ke aku! Seorang Dimas Arya P. Senyum sama seorang Melina Audya P. ! Aku serius! Mati-matian aku nahan pipi biar engga berubah warnanya. Dan kamu tau begonya aku, blue? AKU MALAH MEMALINGKAN MUKA KU KE ARAH LAIN! Padahal, kesempatan engga datang dua kali kan yaa??.

Akhirnya, karena aku ngerasa bodoh, aku pun merutuki diriku sendiri dan memukuli kepalaku. Masa bodo dengan Dimas, Mezya, Supir Angkot, dan penumpang yang lain. Nanti aku tinggal bilang saja kalau aku lupa mengerjakan tugas, atau ada yang tertinggal di sekolah jika mereka menanyakan alasan ku memukuli kepalaku sendiri. Walaupun aku tau sih, engga bakalan ada juga yang mau peduli sama aku. Miris.

Sampe akhirnya, Mezya ngancurin apa yang udah aku pikirin. Dia bertanya, apa yang terjadi dengan ku. Baru saja aku mau menjawab, tiba-tiba Dimas memotong pembicaraan ku. Dia bilang gini "salting, dia salting" . Blue, kamu tau kan gimana reaksi jantung ku ketika Dimas bilang begitu?. RASANYA MAU COPOT!

Sampe-sampe aku sadar, kalo dia engga lagi ngomong sama aku. Tapi sama seseorang di telepon. Iya, bener. Dimas bilang gini " gimana ekspresinya?" Kemudian dia mengatakan tentang coklat dan bunga. Dan aku sakit mendengarnya.

Untuk siapa semua itu? Jelas bukan untuk Ibunya kan? Aku dengar jelas kok, dia menyebut kata salting dan dia akan memberikannya langsung di lain waktu.

Mustahil kan, seorang ibu salting ketika diberi coklat dan bunga oleh anaknya? Lagipula, memangnya untuk apa?

Semakin aku mengingatnya, maka akan semakin sakit bagiku.

Baru saja ia membuatku merasa spesial. Kenapa ia juga yang harus membuatku sadar akan siapa diriku sebenarnya?

Bukan siapa-siapa. Iya aku tahu.

Udah dulu yaa Blue, itu pengalaman aku hari ini.

Semoga besok, engga ada lagi rasa sakit yang menyiksa seperti ini.

Aku lebay yaa? Biarin. Nanti kalo kamu suka sama orang kamu juga ngerasain gimana rasanya dibilang lebay.

Dadah!


Lova,

Melina Audya P.


Segera kututup diary biru ku, kemudian ku letakkan di nakas meja. Aku pun langsung menyambar handukku dan bergegas ke kamar mandi.

Ku hembuskan napas ku kasar.

Lalu berharap, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa aku hanya jatuh kedalam pesona Dimas, bukan jatuh cinta kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melina's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang