VII. Truth or Dare?

1.7K 72 4
                                    

Multimedia: Tatjana Saphira as Rehana Andersen Smith.

***

"Rasanya sudah lama aku tidak pernah menghabiskan waktu di tempat seperti ini," gumam Adrian. Ya, memang Adrian, Rafael, Ryan, dan Rehana berencana menghabiskan akhir pekan di pusat kebugaran. Sebetulnya, mereka masing-masing punya tempat seperti itu di tempat tinggal mereka sendiri, namun selalu ada sensasi tersendiri jika melakukannya di luar.

"Itu karena kalian terlalu fokus pada pekerjaan, sesekali nikmati hidup ini!" Celetuk Rehana, membuat dirinya menjadi pusat perhatian ketiga pria itu. Adrian, Rafael, dan Ryan tampaknya tidak terlalu terima dengan anggapan Rehana yang mengatakan kalau mereka bertiga terlalu fokus pada pekerjaan.

Adrian terkadang masih bermain video game dengan sepupunya yang masih SMP, setahun sekali. Rafael... Ugh, semua orang tentu malas mengakui bahwa pria dengan iris berwarna biru itu penikmat one night stand, berganti-ganti wanita hampir setiap malamnya. Ryan yang pekerja keras dan tidak mau pusing-pusing masalah wanita atau nasib percintaannya itu juga masih bisa bersenang-senang, contohnya saja ia bisa tidur seharian disaat tidak ada pekerjaan yang mendesaknya di hari libur, tapi sayang sekali... Itu jarang terjadi.

"Kok ngeliatinnya gitu?" Tanya Rehana bingung sembari memainkan dumbbel seberat 30 kilogram dengan tangan kanannya. Menyadari beban seberat apa yang Rehana mainkan hanya dengan satu tangannya, tatapan ketiga pria itu makin horror.

"Cewek ini ekstrem," gumam Rafael di telinga Adrian yang hanya dibalas dengan anggukan.

Adrian, Rafael, dan Ryan pun berpisah. Adrian memilih dripping bars, Rafael memutuskan untuk latihan memperkuat otot bagian pahanya lagi dengan hack squat machine, sementara itu Ryan menjatuhkan pilihannya pada pec deck machine untuk memfokuskan latihan pada otot-otot dadanya.

Puas dengan dumbbell, Rehana berpindah ke treadmill dengan mengatur kecepatan yang setara dengan jogging.

"Woi, truth or dare yuk, sepi banget deh lo pada," ucap Rehana tiba-tiba. Sontak Adrian, Rafael, dan Ryan menghentikan aktivitas mereka dan menatap Rehana penuh tanda tanya.

Truth or dare? Permainan macam apa itu, batin Adrian. Dilihatnya Rafael dan Ryan yang tidak ambil pusing dengan ajakkan Rehana kembali melanjutkan kegiatan mereka, Adrian pun ikut melanjutkan latihannya yang tertunda.

"Kok gue didiemin sih, nggak asik banget parah, ayo dong... Truth or dare ya ya ya? Caranya tuh gampang..." Rehana kemudian menjelaskan bagaimana cara bermain truth or dare, dari awal ia sudah menyangka kalau tiga pria gila kerja itu pasti tidak punya waktu untuk melakukan permainan anak-anak setingkat SMP, SMA begitu. Jangankan melakukannya, tahu itu permainan yang bagaimana saja tidak sama sekali.

"Ngerti nggak?"

"Ya," balas ketiganya serempak.

Rehana tersenyum sumringah. "Oke! Adrian duluan ya yang dapet tantangannya, hmmm..." Ia membuat gestur seperti orang yang sedang berpikir.

"Kenapa saya duluan?"

"Karena nama lo abjadnya 'A' sih! Salah sendiri," canda Rehana, disusul dengan tawa dari Rafael dan Ryan. Duh, benar-benar ya, yang namanya mendengar tawa cowok-cowok sekelas Adrian, Rafael, dan Ryan itu bagaikan berkah bertubi-tubi.

TBS #1: Mr. PerfectionistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang