03. Pertandingan

454 57 4
                                    

Kantin sangat sepi. Ya. Jelas, karena semua anak sudah pulang. Hanya ada anak-anak yang mengikuti eskul atau kepentingan lain yang masih ada di sekolah. Askar memilih menu Soto untuk makam siangnya.

Satu jam setelah makan, Askar pun menuju lapangan basket. Ia menaruh tasnya di pinggir lapangan.

Dengan baju warna merah, celana pendek merah dan rambut panjangnya yang di ikat ia mulai mendrible bola basket miliknya. Eskul masih akan dimulai dalam 15 menit.

Tak jauh dari lapangan ada dua orang memperhatikan Askar. Memandang Askar dengan serius.

"Bener kan kata gue. Dia itu pasti suka sama lo. Waktu kemarin dia nabrak lo, itu cuman modus" kata Budi pada Diknal.

"Gak usah mikir alay gitu deh Bud"

"Alay gimana? Entah kenapa gue benci sama dia apalagi waktu kemarin dia ngejek gue. Sialan banget dia"

"Udahlah. Ayo" Diknal mengambil bola basket yang berada di samping kakinya.

"Mau kemana?"

"Ke lapangan lah. Gimana sih?"

"Jangan deh Dik, ntar dia kepedean"

"Bodo amat. Kita udah biasa juga jadi penghuni pertama kalau latihan"

"Tapi sekarang bukan kita yang pertama, ntar dia ngira kita ikut-ikut dia"

"Udah lah Bud,ayo" Diknal merangkul Budi dan berjalan bersama ke lapangan.

Askar menyadari jika ada orang yang datang. Tapi Askar sama sekali tidak memperdulikan. Dia masih emosi dengan perkataan dari Alvin.

Askar berada di lapangan sebelah utara sedangkan Diknal dan Budi berada di lapagan sebelah selatan.

"Gue nyamperin si CM dulu ya" kata Budi

"Eh, mau ngapain Bud?"

"Udah diem aja" Budi menghampiri Askar.

"Hai cewek modusan" mendengar suara Budi, Askar menghentikan bola nya.

"Nekat juga ya buat ngejar cinta?"

"Dia kan umat manusia yang njengkelin itu? Dasar setannnn. Mau apa lagi dia?" ucapnya dalam hati.

"Kok diem? Malu ya?" Budi tertawa

"Oh astaga. Ini orang sama kaya neneknya tapasya di uttaran, bener-bener setan. Hanya dewa yang tau akhirnya" ucapnya lagi.

"Woi. Sialan. Lo nggak denger gue ngomong?"

"Emang enak? Di kacangin. Dasar kacang murahan. Dateng-dateng sendiri, marah-marah sendiri" Askar tertawa dalam hati.

"Kenapa kak?" Askar pun angkat bicara.

"Kenapa lo bilang? Sejak tadi gue ngomong lo diem aja. Nggak ngehargain banget lo"

"Emang harganya berapa? Mumpung saya punya banyak uang"

"Fuckkk. Untung lo cewek. Kalau nggak gue bonyokin lo sekarang."

"Oh" jawabnya cuek.

"Lo bener-bener ..."

Askar memotong perkataan Budi. "Bener-bener apa? Saya heran, anda sendiri yang datang menghampiri saya trus marah-marah, menghina, sekarang mau ngajak berantem. Saya salah apa? Kenal anda aja engga. Gimana mau punya masalah"

"Lo nyolotan ya jadi orang?"

"Oh God, dia PMS apa ya? Sial. Udah lagi nggak mood. Diajak berantem lagi." Batinnya

My Classmate My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang