13. Cemburu .!?

208 46 7
                                    

Sepeda yang dinaiki Askar terus melaju. Askar mengayuh dengan pelan, karena masih sedih dengan perkataan dan sikap Alvin.

Why you hate me? About face? Oh my God, please deh. Ini ciptaan Tuhan. Lahir udah gini, ya mau gimana lagi. Kalo dia emang bener-bener gak suka, nggak usah nyamperin juga gapapa. Susah-susah dateng cuman buat nyakitin perasaan orang. Bangsut banget jadi orang. Untung lo ganteng, coba kalo jelek. Gue yakin lo gak punya temen, atau orang yang suka sama lo. Shh ~ Oceh Askar dalam hati.

"Eh, kok ada motor?" Askar memarkir sepedanya di samping motor milik seseorang.

Ngapain ke sekolah libur-libur gini? Sendiri lagi. Eh, nggak. Mungkin dia boncengan. Eh, bomat dah. Pusing gua ~ Askar.

Sampainya di lapangan basket, Askar langsung mengeluarkan bolanya dari tas, dan melakukan pemanasan.

"Woihh, ada bola? Punya siapa? Eh bentar, berarti ada anak basket dong? What the barbie??? Motor yang tadi punya anak basket? Siapaaa??" Askar berbicara sendiri seraya matanya membelak lebar-lebar.

"Askar?" sapa seorang cowok.

#MCMFL

20 menit sebelum Askar datang.

Dug dug dug. Pantulan bola basket terdengar lemah di lapangan basket. Diknal berdiri dengan tatapan hampa ke papan ring basket. Sambil mendrible bolanya.

Gua kenapa sih? Lemah banget cuman gara-gara cewek. Selingkuh? Nggak, bukan. Gua yakin gua cuman suka aja liat cewek yang baik dalam hal basket. Ini bukan cinta. Cuman baper biasa. ~ Diknal.

Srek srek srek. Terdengar langkah kaki yang menyeret mendekati lapangan.

"Loh? Itu Askar kan?" Diknal menyadari, karena itu ia membuang bolanya dan berlari menuju kamar mandi dekat kelas area lapangan.

"Huh, Dia nggak liat gue kan?" Diknal menghela nafas karena jantungnya berdebar kencang.

Kenapa gue lari? Bego banget. Wait, mati. Dia ngliatin bola gua? Ahh, lagian ngapain juga ngumpet. Bodo, emang dari tadi disini juga. Menghela nafas. Tapi gua seneng liat dia disini. Diknal melangkah maju mendekati lapangan.

Oke, jangan kaku Dik. ~ Diknal.

"Askar?" sapa Diknal.

Askar yang masih dislimuti pikiran tentang Alvin tak mendengar sapaan Diknal.

"Woi" Diknal mengejutkan dengan menepuk pundak Askar.

"Aish. Kak Diknal? Loh? Ngapa ... Ohhh, jadi bola itu punya kakak? Udah dari tadi sini? Emang ada basket ya? Bukannya hari sabtu gak ada? Trus ngapain disini? Sendiri lagi? Eh, sama kak Budi ya? Berarti motor yang di depan warna putih punya kakak?" Askar membuat Diknal meringis karena bingung menjawab yang mana.

"Hmm" Diknal menggigit bibirnya dan memutar bola mata perlahan.

"Kenapa kak?"

"Bingung gua, mau jawab mana" Diknal tersenyum.

"Ha?" Askar plongo. "Oh" Askar sadar, dan dia tertawa, disusul Diknal pun tertawa.

"Oke oke. Tanya apa dulu? Lo bikin gue jantungan tau gak." Diknal tertawa sambil menundukkan kepalanya.

"Hahaha ... Lebay deh lo kak, sampe jantungan. Emang kenapa? Pertanyaan gue ibarat kereta api volume 100?"

"Hh, enggak. Lo bikin jantung gua gak bisa normal karna suara lo." jawabnya masih menunduk, sambil memainkan kaki kanannya layak bermain drum. Diknal tak sadar apa yang dia katakan.

My Classmate My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang