Author: Yeonmi
Editor: Yavana
Wattpad: Sienny_Kuskanto
Main Cast: Lee Jihoon (Woozi ~ SVT) and Marlin Tuan (OC)
Other Cast:
💎Kim Mingyu (SVT)
💎Jeon Wonwoo (SVT)
💎Kwon Soonyoung (SVT)
💎And more! Find it by yourself ^^
Genre: Criminal, Romance, Mystery, Serial Killer
Rate: 15+
Length: Chaptered (?)Chapter 1
7 Maret 2000.
Tanggal baru saja berganti, seorang gadis kecil dikejutkan oleh pemandangan yang tersaji di depan matanya. Gadis tersebut memang seharusnya sudah terlelap dan sedang bermain di dalam mimpinya, namun karena ia sangat menantikan hari ulang tahunnya, ia terbangun di tengah malam. Pemandangan yang dilihatnya sangat tidak pantas untuk dilihat oleh anak yang baru berusia 7 tahun. Bagaimana tidak? Pemandangan tersebut tak lain dan tak bukan adalah pemandangan di mana ibunya sendiri membunuh sang ayah dengan sebuah pisau dapur tanpa alasan yang tidak diketahui sama sekali.
Gadis tersebut sempat menjerit saat ia melihat ayahnya terjatuh dengan keras ke lantai dengan darah mengalir dari bagian tubuhnya, entah mungkin bagian perut atau mungkin juga bukan. Sang ayah dan ibu serentak melihat ke arah sang gadis yang membelalakan matanya dengan air mata mengalir menuruni pipi tembamnya.
"Marlin," panggil sang ibu.
Marlin kecil sangat ketakutan hingga ia tidak dapat bergerak sama sekali dari tempat di mana ia berdiri. Ia menatap ayahnya yang mencoba menghampirinya sambil menahan sakit dengan berurai air mata."Papa," isak gadis itu.
Saat ayahnya mencapai gadis itu ia memeluknya dengan erat lalu memakaikan sesuatu di leher anaknya. "Selamat ulang tahun Marlin. Papa sangat menyayangimu, begitu pula dengan mamamu."
Mark Tuan memaksakan seulas senyum di wajahnya lalu membelai lembut wajah anaknya. Air matanya mengalir secara perlahan saat melihat wajah anaknya yang sangat ketakutan namun juga sangat sedih. "Papa bangga punya anak sepertimu, Marlin. Hiduplah dengan baik mulai dari sekarang. Berjanjilah pada papa."
Marlin kecil mendengar perkataan ayahnya baik-baik dan mengangguk kecil. Mark tersenyum kecil sebelum akhirnya ia jatuh menimpa tubuh kecil Marlin dan mengehembuskan nafas terakhirnya.
"Papa! PAPA!" Marlin berteriak kaget sambil menangis keras.
Lily yang melihat pemandangan di depannya pun menangis tanpa suara."Maafkan mama sayang. Mama..." Lily menutup matanya rapat-rapat lalu ia berjalan menuju anak semata wayangnya tersebut dan menariknya ke pelukannya. Marlin langsung meronta dan ingin melepaskan diri dari ibunya yang telah melukai ayahnya.
"AKU BENCI MAMA!" teriak Marlin histeris ia bahkan memukul ibunya sendiri dengan kedua tangan kecilnya.
"Mama manyayangimu!" teriak Lily mengejutkan Marlin kecil. "Mama sangat menyayangimu, percayalah pada mama. Sekarang kau pergilah ke rumah paman Kim. Kau akan aman di sana."
Marlin masih diam membeku saat ibunya memasukan sesuatu ke dalam tas kecil dan memakaikannya pada Marlin secara paksa. Ia lalu membawa Marlin kepada supir keluarga Tuan untuk di bawa ke rumah adik perempuannya. "Mama sangat menyesal akan apa yang terjadi, namun satu hal yang harus kamu ketahui, papa dan mama sangat menyayangimu. Mulai sekarang hiduplah dengan baik."
Lily mencium kening Marlin yang masih menangis dengan penuh kasih sayang, lalu menoleh pada supir keluarganya, "Bawa dia pergi dari sini dan jagalah dia baik-baik, Seungcheol."
Sang supir pun mengangguk kecil lalu segera membawa Marlin masuk ke dalam mobil dan mengemudikannya dengan cepat dan menghilang dari wilayah kediaman Tuan. Lily hanya bisa menangis saat melihat mobil yang membawa Marlin menghilang di tengah kegelapan sebelum ia akhirnya menelepon ambulan dan polisi untuk segera datang ke rumahnya. Ia pun berbaring di samping tubuh suaminya.
"Maafkan kami Marlin. Kami mencintaimu." Setelah mengucapkan kata-kata tersebut ia menusuk dirinya sendiri dan meninggal dengan penuh penyesalan.
♤♡◇♧
26 Mei 2016
"Hari ini akan ada anggota tambahan yang bergabung ke dalam tim kalian," ujar Kapten Kepolisian, Nam Woohyun.
Saat ini para detektif kepolisian Seoul sedang berkumpul di dalam suatu ruangan untuk membahas kasus yang sudah terjadi selama setengah tahun terakhir ketika Kapten Nam tiba-tiba datang dan memberikan pengumuman. Marlin Tuan, ketua dari tim detektif kepolisian Seoul membungkuk hormat.
Woohyun mengangguk kecil lalu mempersilahkan semua untuk duduk kembali. "Bagaimana kasus pembunuhan yang terjadi selama setengah tahun ini? Apakah kalian menemukan adanya pola dan semacamnya?"
"Kami masih bekerja untuk menemukan persamaan dari keenam korban," salah satu detektif bernama Jeon Wonwoo menanggapi.
"Baiklah, teruslah bekerja dan semoga anggota baru yang saya rekut ini dapat membantu kalian," ujar Kapten Nam tenang. "Masuklah, Lee Jihoon."
Laki-laki berambut pirang masuk ke dalam ruangan lalu membungkuk. "Nama saya Lee Jihoon, detektif dari Busan. Mohon bantuannya."
Para detektif berpandangan sejenak lalu menyalaminya. Setelah Kapten Nam keluar dari ruangan mereka kembali melanjutkan pembahasan kasus mereka. Sebelumnya tentu saja mereka berkenalan terlebih dahulu.
"Lee Jihoon-ssi, perkenalkan aku Marlin Tuan ketua dari detektif kepolisian Seoul. Kelebihanku ada di otak, karena aku memiliki daya ingat fotografis."
"Aku Kim Mingyu, kelebihanku adalah kemampuan fisik yang memungkinkanku untuk berkelahi dan sebagainya."
"Aku Kwon Soonyoung, kelebihanku adalah menembak dan aku menguasai berbagai cara dalam menggunakan senjata."
"Dan aku Jeon Wonwoo, kelebihanku adalah mencari informasi dan sebagainya yang mengandalkan teknologi dan buku."
"Salam kenal!" Setelah perkenalan mereka segera membahas kasus yang masih merupakan misteri bagi mereka.
"Seperti yang di tampilkan di depan, kasus pembunuhan berantai ini sudah terjadi selama setengah tahun dan sudah memakan korban sebanyak 6 orang. Setiap bulan akan ada satu korban yang terbunuh dan ini adalah foto dari para korban," jelas Wonwoo sambil menampilkan foto-foto korban.
"Semua leher korban dipakaikan sebuah pita dengan lonceng di tengah-tengahnya. Mereka semua terbunuh karena sayatan di leher mereka," tambah Mingyu saat layar menampilkan leher korban tanpa pita.
"Setiap bulan pembunuh akan mengirimkan sebuah kotak kecil kepada kami yang berisikan foto korban beserta ciri-ciri lokasi di mana mayat korban di letakan. Kami masih belum mengetahui motif dari pembunuhan ini. Seluruh hasil otopsi korban menunjukan bahwa mereka dibunuh di waktu yang berbeda dan tanggal pengiriman foto-foto ini pun berbeda, seakan-akan pembunuh ini membunuh secara acak dan sesuai dengan kemauannya saja setiap bulannya," Marlin menghela nafas tanpa memandang rekan-rekannya.
"Jihoon, kami harap kau bisa membantu kami dalam memecahkan kasus pembunuhan ini," ucap Soonyoung.
Jihoon menatap layar tapa ekspresi lalu beralih pada rekan-rekan barunya. "Tentu saja. Kuharap saya dapat membantu kalian juga.""Tentu! Oh iya jika kau butuh bantuan kau bisa bertanya pada kami kapan saja dan jangan gunakan bahasa yang formal pada kami. Kita semua berteman dan tidak ada kata senior atau junior. Jadi santai saja ya," tambah Marlin seraya menepuk bahu Jihoon.
Jihoon menatap keempat rekan detektif barunya dengan senyum mengembang di wajahnya. "Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PUPPET MASTER [HIATUS]
FanfictionSeorang anak perempuan bernama Marlin Tuan telah menyaksikan sesuatu yang sangat buruk saat ia masih berusia 7 tahun. Semenjak kejadian itu ia tumbuh menjadi perempuan yang tegar dan berani. Ia menjadi seorang Kepala Detektif di Kepolisian Seoul. Sa...