Please - 2

39 4 0
                                    

"Mangkanya jangan jomblo terus dong Tir,cari cowok kek." Rama terus mengoceh prihal Tiara yang terus saja jomblo,Jika terus begini. Ia akan tetap menjadi supir bagi Tiara.

"Lo pikir gue ini kaya lo apa? lagian kenapa si kalo gue jomblo? Lagian gue mau nyari yang pas." Tiara memperhatikan jalan yang mereka berdua lewati. Tiara merutuki dirinya sendiri. Kenapa rasanya Tiara merasa sedih ketika Rama memaksanya mempunyai kekasih.

"Ya,enggak kenapa-kenapa si. Cuma,sayang aja. Lo itu cantik,banyak kali yang mau sama lo. Contohnya nih ya,sobat gue Si Aldo terus kakak kelas kita si Justin. Mereka tajir loh tir,apalagi mereka itu ketara banget ngejar lo." Rama memaparkan sebagian orang yang menyukai Tiara "Yaudah si,yang jelas gue gak suka sama mereka," Tiara menatap Rama " Kalo emang lo ngerasa cape nganterin gue padahal rumah kita searah,gue gak masalah kok. Turunin gue disini."

Rama sejenak merasa tersentak oleh ucapan Tiara ketika Rama ingin menenangkan Tiara "Turunin gue disini sekarang. Gue bilang Ram!." Tiara berteriak tepat didekat telinganya yang menyebabkan dengan spontan Rama menghentikan mobil. Dan tidak dapat dicegah,Tiara menuruni mobilnya. dan sudah berlari di trotoar. Rama merutuki dirinya yang membiarkan sahabatnya pergi begitu saja.

Rama yakin,setelah ini Tiara akan marah padanya. Membayangkannya saja Rama bergidik.

Ia tidak suka menghadapi Tiara dengan sikap judesnya. Terlalu pedas.

--------------------------------------

"Tiara."

Suara itu mengintrupsi Tiara untuk menoleh tepat kebelakangnya. Tiara terpaku. Disana,Regendra-Ayahnya. Sedang berdiri tegak dengan tangan yang berada tepat dikedua sakunya.

"A-Ayah" Tiara menutup mulutnya tak percaya,ia menggantungkan kakinya tepat di anak tangga yang baru saja 2 anak yang ditapaki.

"Gak mau peluk ayahnya nih?" Regendra merentangkan tangannya,siap untuk membungkus putri kesayaangannya kedalam pelukan.

Tanpa pikir panjang. Tiara berlari ke arah Regendra. Memeluk lelaki paruh baya yang sudah ia rindukan belakangan ini.

"Tiara kangen ayah." Tiara berkata dalam pelukan Regendra. Regendra melepaskan pelukannya. Ada rasa kehilangan yang Tiara rasakan. "Kok nangis?" Tiara tidak sadar jika ia menangis. Entah mengapa. Tiara rasa ini bukan karna rindu pada ayahnya "Kenapa hei?" Regendra memegang kedua pundak putrinya.

"Enggak apa-apa." Tiara menggeleng pelan,ia tidak yakin bercerita pada ayahnya. Ia hanya ingin mencurahkan rindu pada ayahnya.

"Belum jawab pertanyaan ayah,kamu dari mana semalam ini?." Tiara tampak berpikir ia bingung akan menjawab seperti apa pertanyaan ayahnya. Pasalnya,setelah kejadian tadi Tiara memutuskan untuk pergi ke makam sahabatnya. Galih sahabat kecilnya selain Rama "Dari rumah temen yah." Tiara berusaha tersenyum kearah ayahnya. Meyakinkan Regendra-ayah Tiara bahwa ia baik-baik saja.

"Oke,gimana sekolahnya." Pertanyaan kali ini sukses membuat Tiara memutar bola matanya,ia malas menjawab ini. "Biasa aja." Tiara memutar matanya.

====

"Rama !"

Rumah yang tadinya sunyi,sepi. Kini berubah mencekam karena suara Mina-Mama Rama memenuhi rumah ini.

Rama berhenti tanpa menoleh kearah mamanya.

"Jam berapa sekarang?" Mina memulai pertanyaannya. Yang ditanya dengan santainya melirik kerah jam yang berada pada pergelangan tangannya.

"Jam 11 malem,Ma." Rama berkata dengan santai bahkan mungkin sangat santai,ia membenarkan jaket armynya.

"Kalo lagi ngomong sama orang tua yang bener! Noleh sini."Mina menghampiri Rama yang berada 5 anak tangga yang lebih tinggi darinya. Tanpa pikir panjang,Rama berbalik badan dan menghadap Mamanya.

"Darimana saja kamu?" Mina melanjutkan acara omelannya. Rama hanya memutar bola matanya malas. "Dari sekolah,ma. Mama liat Rama masih pake seragamkan?"

Mina berdecak pinggang. "mana ada sekolah sampe jam segini?." Ia menggelengkan kepalanya. "Mama tuh pusing tau gak,apa dosa mama sampe punya anak yang bengal kaya kamu Ram." Tiara berdecak.

"Tapikan Ma--" Omongan Rama terpotong begitu saja. " Kalo orang tua lagi ngomong itu dengerin. Bukan malah motong atau ikutan bicara!" Mina memperingatkan Rama untuk sekian kalinya.

Rama bungkam. Ia harus patuh pada mamanya.

"Jujur! Kamu dari mana? Sama siapa?" Mama Rama membobardir pertanyaan pada anaknya.

Yang ditanya masih diam.

"Kalo ditanya sama orang tua jawab,bukannya diem kaya orang bisu." pernyataan Mina membuat Rama mengacak rambutnya frustasi. "ALLAHUMA YA ALLAH YA RAHMAN,YA RAHIM Mama. Tadikan mama bilang jangan jawab."

"Tapikan beda Ram! Tadi mama gak nanya. Yaudah tinggal jujur aja sih kenapa kamu!"

"Dari rumah temen ma." Rama menundukan kepalanya,ia harus seperti ini. Agar Mamanya berhenti mengoceh dihadapannya.

"Temen yang mana? Yang waktu itu kamu pulang jam 3 subuh sambil mabok itu hah?."

"Bukan ma,bukan mereka."

"Kamu ini,mama tuh disini nungguin kamu,tapi kamu malah keenakan main sampe jam segini." sebelum ocehan mamanya tambah banyak Rama memutuskan untuk memotong perkataan mamanya. "Gak lagi-lagi kok Ma."

"Ini janji kamu ke sejuta kali. Rama!" Mina menghampiri Rama dan kini telinga Rama sudah ada dalam jewerannya.

"Adu-aduh Mama,ia-ia ampun," Rama meringis karena mama Rama terlalu keras menjewernya. "Ganteng-ganteng jorok banget. Berarti jam segini belum mandi ya?" Peryataan itu hanya dibalas cengengesan masam Rama.

"Ia,mama. Mangkanya lepasin Rama. Nanti telinganya copot." Rama memohon pada mamanya. "Yaudah sana,mandi,abis itu solat terus tidur." Mina melepaskan jeweran pada telinga Rama.

Rama membuka jaket armynya. Karena rasanya menjadi sangat gerah mendengar ocehan mama kesayangannya.

Sepersekian detik,Rama memutuskan untuk berjalan kembali. Meneruskan langkahnya yang sempat terhenti.

Belum 5 anak tangga Rama naiki

"Rama,solat jangan lupa!" Tiara berteriak dari lantai pertama. Membuat Rama mengangkat tangannya menyerah. "ALLAHU IA" "Rama! Jangan lupa kunci pintu utama di lantai dua. Sekarang. Cepet." "Rama denger enggak?" untuk kesekian kalinya Mina berteriak

Rama mengacak rambutnya frustasi sambil  mengomel dalam hati terhadap mamanya.

"IA MAMA,RAMA PUNYA KUPING."

Terdengar pintu terkunci dari atas sana. Rama memutuskan untuk masuk kekamarnya. Dan menjalankan tugas yang sudah diberikan ibu negaranya. Siapa lagi jika bukan ibu Mina?.

PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang