"Mampus gue, mampus." Ucapku tanpa ampun sambil memasukan asal buku yang ada di meja belajarku kedalam tas.
Sekarang sudah pukul 6 lewat 55 menit, dan aku masih disini, di kamarku lebih tepatnya. Terimakasih pada pln, karena semalam mati lampu, handphoneku low batt dan tidak bisa memasang alarm. Sial.
Aku menarik kaus kaki putihku hingga betis lalu berlari turun untuk segera berangkat sekolah.
"Bibi, aku berangkat dulu ya!" Ucapku setelah memakai sepatu.
Tanpa tunggu respon dari bibi, aku pun berlari ke halte yang ada tak jauh dari rumahku. Aku tidak punya waktu untuk menunggu bus, jadi aku memilih untuk naik taksi saja.
×
Sesampainya disekolah, ternyata gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Jelas saja sudah tertutup rapat, sekarang sudah jam 7 lewat 10.
"Pak, bukain dong! Ini kan hari pertama masuk sekolah! Masa saya dikunciin sih?!" Kataku pada pak kumis, sang penjaga gerbang.
"Kagak bisa, neng. Neng Paleri udah telat 10 menit, jadi neng harus tunggu sampe jam setengah delapan baru bisa masuk. Kan neng tau sendiri aturannya begimana." Kata pak kumis sambil menyesap kopi hitamnya.
Memang aturan disekolahku begitu. Kalau ada siswa yang terlambat lebih dari 5 menit, siswa itu harus menunggu sampai jam setengah 8, baru bisa masuk ke sekolah.
Siapa coba bikin aturan begitu? Gak ada faedahnya juga. Malah bikin repot siswa.
"Pak, ah elah! Ayo dong, sekali aja. Saya janji gak telat lagi!" Kataku, berusaha bernegosiasi dengan pak kumis.
Pak kumis pun menghela nafas panjang, lalu bangkit dan membukakan pagar untukku.
"Neng udah janji loh, ya. Kalo masih telat lagi, saya laporin guru bk." Kata pak kumis.
"Iya, pak. Saya janji! Makasih banyak ya pak kumis!" Kataku lalu bergegas masuk.
Aku berlari melewati koridor yang sepi, dan akhirnya aku sampai di depan kelasku dengan nafas terengah-engah.
Setelah mengatur nafas, aku membuka pintu dengan pelan. Syukurlah, gurunya belum datang.
Mataku menyapu kesekeliling ruangan, mancari bangku kosong. Ada satu bangku kosong di paling belakang. Jujur, aku sangat tidak suka duduk dibelakang. Selain karena mataku yang minus, kadang suara guru pun tidak terdengar sampai belakang. Tapi ya mau bagaimana lagi? Hanya itu satu-satunya bangku kosong yang tersisa.
Aku melangkahkan kakiku untuk menuju ke bangku kosong itu. Disebelah bangku kosong yang akan aku tempati itu ada seorang gadis berambut sebahu --sama sepertiku, ia duduk dengan kaki yang terjulur ke atas meja. Gadis itu mengunyah sedang mengunyah permen karet sambil memejamkan matanya, kurasa ia sedang menikmati lantunan lagu dari earphone yang terpasang di telinganya.
"Permisi." Ucapku, berusaha untuk menarik perhatian gadis itu.
Gadis itu diam saja. Kurasa ia tidak bisa mendengarku karena suara musiknya yang kelewat keras itu.
Aku yang sudah tidak dalam mood bagus karena terlambat ke sekolah pun bergerak untuk mencopot sebelah earphonenya, dan tentu saja, disambut dengan kata kasar darinya.
Saat melihat ternyata aku yang menarik earphonenya, gadis itu menurunkan kakinya lalu tersenyum tipis. Sebenarnya aku tidak yakin itu sebuah senyuman, atau memang bentuk bibirnya.
"Hai, ada perlu apa?" Ucapnya.
"Disini ada orangnya gak?" Tanyaku tanpa babibu.
"Kosong kok, duduk aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drugs
Short StoryRasa suka aku ke kamu kayak narkoba. Memabukkan tapi mematikan. Tapi ujung ujungnya aku harus terbiasa tanpa kamu walau menyakitkan. Aku harus bisa, karena aku dan kamu emang gak bisa bersatu. "You're the drugs, then i'm the victim. I need you despe...