Aku hanya diam sambil memandangi hujan turun dengan sangat deras. Suasana di mobil ini hening. Saking heningnya sampai suasana ini menggangguku.
"Kamu kenapa harus pake piercing sih?" Kata Danny tiba-tiba.
Aku yakin ia sudah memikirkan pertanyaan itu sejak tadi.
"Karena aku mau." Jawabku ketus.
Aku begini karena aku ingat kalau pertengkaranku dan Danny belum selesai.
"Aku serius, Val." Ucapnya.
"Kamu pikir aku enggak?" Balasku.
Danny mengehela nafas. "Buat apa sih kamu pake piercing? Apa manfaatnya? Kamu malah keliatan nakal tau gak? Kamu mau masuk ruang bk lagi? Apa kamu mulai suka masuk sana? Perasaan pas kamu kelas 10 kamu gak pernah deh begini, kamu tuh dulu gak pernah masuk ruang bk. Terus sekarang kenapa bisa begini?"
Danny bicara dengan tenang tapi kata-katanya sangat tajam dan tepat mengenai hatiku. Apa dia benar-benar merancang kata-kata itu?
"Bukan urusan kamu juga aku begini. Yang masuk ruang bk siapa? Aku. Yang dapet hukuman siapa? Aku juga. Jadi, kenapa kamu repot?" Jawabku santai.
"Valerie." Kata Danny menyentak. "Kamu kok jadi kayak gini sih? Yang ngajarin kamu senga' kayak gitu siapa? Kamu berubah total. Ini bukan Valerie yang aku kenal."
Aku terkekeh mengejek. "Kamu ngomong seakan cuman aku yang berubah total."
Danny menengok kearahku dengan alis yang mengerung bingung. Tatapannya seakan mengartikan lo-kenapa-sih-serius.
"Aku berubah karena kamu berubah. Aku gatau sejak kapan kamu mulai begini, tapi aku nyadar kamu berubah sejak kamu kenal Cila." Kataku.
Aku tau, kata-kataku barusan akan mengundang pertengkaran besar diantara aku dan Danny. Tapi bagaimana pun aku harus mengatakan sejujurnya kepada Danny. Aku tidak mau berbohong karena aku tau bagaimana rasanya di bohongi.
"Sekarang kamu nyalahin Cila? Cila itu temen kamu dan dia juga temen aku. Kamu nyalahin dia karena perubahan aku? Kamu kok jadi munafik gini? Bermuka dua, busuk. Kamu gak pernah loh jelek-jelekin temen kamu. Ini pertama kalinya aku denger kamu jelek-jelekin temen kamu dibelakang. Aku gak berubah karena Cila. Justru Cila yang ngasih tau aku buat jadi lebih baik. Dia gak pernah jelek-jelekin kamu kayak apa yang kamu lakuin ke dia sekarang. Dia itu anak baik. Aku gak tau deh gimana responnya kalo dia tau kamu ternyata aslinya begini." Kata Danny menggebu-gebu.
Kamu kok jadi munafik gini? Bermuka dua, busuk.
Tai kamu, Danny.
Terlihat jelas betapa cepatnya Danny tersulut amarah hanya karena aku membicarakan Cila.
"Yang nyalahin Cila siapa? Emang aku ada bilang 'kamu jadi gak baik semenjak kenal sama Cila'? Aku tadi bilang gitu sebagai penanda waktu, bukan berarti aku bilang kamu jelek karena dia. Kamu kok sensitif banget sih kalo ngomongin Cila?" Kataku.
"Apaan sih? Makanya kalo ngomong tuh di pikir dulu. Jangan bikin salah paham."
"Oh, kamu pikir aku ngomong asal jeplak aja gitu? Kamu pikir aku gak tau apa yang aku omongin barusan iya? Terus kamu sadar gak kamu udah ngatain aku busuk dan munafik? Enggak kan? Karena kalo udah ngomongin Cila, apapun yang aku omongin against her pasti kamu anggep salah."
"Aku gak pernah nganggep kamu salah, tapi emang faktanya kamu salah. Kamu tuh terlalu kekanak-kanakan dan terlalu cepet ngejudge orang tanpa tau mereka sebenernya gimana. Kamu gak pernah mikir tentang apa yang kamu omongin, atau perasaan orang yang kamu ajak ngobrol kan? Karena pikiran kamu belom sampe sana. Sifat kamu tuh bener-bener harus di rombak tau gak? Coba belajar dari Cila gimana cara jadi orang berguna bagi orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drugs
Short StoryRasa suka aku ke kamu kayak narkoba. Memabukkan tapi mematikan. Tapi ujung ujungnya aku harus terbiasa tanpa kamu walau menyakitkan. Aku harus bisa, karena aku dan kamu emang gak bisa bersatu. "You're the drugs, then i'm the victim. I need you despe...