Part 1

631 12 2
                                    

..

Ceeettaaaaarrrrr.......!!! ." bapak masih menyalahkan saya,., !!!!! ... Kewajiban bapak mana....?!!!!!!,..

Amarah yang selalu Irwan dengar,..dari pertengkaran
orang tuanya,... Dengan rapat menutup kedua kupingnya, matanya di pejamkan begitu kuat,..namun pertengkaran itu seperti gemuruh yang selalu
menyambarnya..sejak bapaknya di PHK keadaan ekonomi keluarganya tak lagi stabil,..
Pengeluaran rumah tangga semakin besar apalagi kini Irwan sudah kelas tiga SMA,. Biaya ini itu,. Semakin menambah Beban orang tuanya,.,.,
Ibu dari anak satu ini, yaitu ibu Halima,..cukup berusaha menutupi kekurangan kebutuhan dengan berjualan makanan di depan rumahnya. namun
semua itu tak mampu menutupi kebutuhan.

..

Suasana rumah yang tak lagi harmonis membuat pemuda yang masih duduk di bangku SMA ini memilih Pergi mencari ketenangan, untuk sejenak melupakan Pertengkaran yang
membuatnya stressss.
Berjalan mengikuti trotoar. Tanpa arah dan tujuan, yang terlintas dalam benaknya Adalah Ingin menjadi seorang pahlawan dalam keluarganya. Setidaknya tak membebani biaya sekolahnya sendiri.
Langkahnya terhenti ketika melihat seorang pengemis dengan pakaian yang lusuh compang
camping.

"Apa aku harus mengemis seperti
bapak tua itu, .. Ahh..!! Tidak tidak tidak,..aku masih muda dan aku pasti bisa mendapatkan uang
dengan cara yang layak. Kakinya terus melangkah. Pikirannya semakin kalut, Kaki yang beralaskan sandal jempit menendang2 batu kerikil yang menghalangi langkahnya.
Teriknya panas matahari membuatnya gerah, didekat pohon pinggir jalan Irwan duduk.
Bersender, memandangi Mobil yang berjalan hilir mudik,. Beberapa pedagang asongan menjajakan dagangan nya ketika lampu merah menyala.
Ada yang sebaya dengan nya, ada juga yang masih setingkat SMP. terselip di dalam hatinya untuk menjadi seperti mereka. Rambut yang lepek karena sengatan matahari di garuknya.

"hmm tapi dari mana aku mendapatkan modal itu
semua" bisiknya.

Seorang anak laki2, dengan memangku kotak yang berisi
dagangan yang terbuat dari papan berjalan menepi saat lampu hijau menyala,tak jauh jaraknya dari Irwan pedagang asongan ini duduk sambil menghitung duit hasil penjualannya dan mengecek barang dagangannya.
Irwan begitu penasaran, berbagai pertanyaan menumpuk di benaknya.

"banyak laku dagangannya dek?" Sapa Irwan memberanikan diri.

"Alhamdulillah kak" senyum tulus dan kerutan mata sipitnya menggambarkan begitu lugunya anak laki2 yang masih berumur 14 tahunan,
ini.

"kakak mau beli yang mana? ini ada rokok, ngecer juga boleh kak, atau minuman berenergi ini" anak asongan ini begitu piwai menawarkan, mungkin karena sudah terbiasa.

"Maaf dek kakak gak merokok, udah lama jualan kayak gini?"

"Sejak PUTUS sekolah kak, setidaknya pekerjaan ini bisa menyambung hidup kak,meskipun hasilnya yaaa cukup buat bantu beli
beras" senyum tulus menyungging bibir polos anak asongan ini.

"Hmmmm pastinya modalnya besar ya untuk dagang seperti ini?"

"Gak juga kak, Malah aku gak pake modal.. Aku ngambil dari ibu Evi" Sambil menunjuk ke warung
pinggiran di sebrang jalan. terlihat seorang wanita dengan menggunakan daster dengan rambut di rol bagian
depan sibuk melayani pembeli

"kalau gak laku ni barang, bisa di kembalikan, besok kalau jualan boleh bawa lagi"

"Berarti kamu kerja sama bu Evi?" Tanya irwan belum puas.

"Nggak kak, barang yang aku bawa ini udah harga jual dari bu Evi. Nah disini aku bisa ngambil
untung " Anak asongan ini memperhatikan penampilan Irwan.

"Hmmmm kakak juga mau jualan
seperti saya? Kalau mau entar aku kenalin sama bu Evi"
Pertanyaan anak asongan ini mewakili apa yang Irwan inginkan, dengan ragu Irwan mengangguk.

Diatas Sajadah Aku MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang