Part 8

299 10 1
                                    

Terdengar suara dentingan piring dari dapur. Irwan tersenyum.

"Apakah ibu dan bapak sudah rujuk?" Pikirnya sambil berjalan ke arah dapur.

Dilihatnya seorang wanita dari belakang, tinggi, lebih muda dari ibunya, umurnya sekitar 30 - 35 .
Rambutnya panjang menutupi punggungnya, pakaianya terlihat begitu sexy. Dengan hanya memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan, karena begitu
penasaran Irwan memberanikan dirinya bertanya.

"Siapa kamu? Kenapa kamu ada dirumah aku?" Wanita sexy ini menoleh, dandanannya begitu
menor, lekukan tubuhnya begitu menonjol, Karena begitu risih. Irwan segera menundukkan padangaannya. Wanita sexy ini menghampiri Irwan dengan genitnya.

"Hhmmm ini pasti yang namanya Irwan" pandangannya naik turun, memperhatikan Irwan sambil memutarinya.

"Ternyata lebih ganteng aslinya, Lebih ganteng anaknya dari pada
bapaknya" Lidahnya dimainkan di ujung2 bibirnya. Irwan begitu geli melihatnya.

"Kenalin aku mama baru kamu, mama Shasha" ucapnya mendesah.

Irwan menoleh dengan sorot mata yang tajam lalu pergi dari hadapan mama barunya.
Tepat di saat itu bapaknya muncul dari kamarnya. Irwan semakin dibuat geram melihat tampang
bapaknya, sosok ayah yang dulu di segani dan di hormati, kini seperti orang asing bagi Irwan.

"Dari mana saja kamu ? Menghilang gak jelas, bapak pikir kamu sudah lupa sama rumahmu
sendiri"

Dengan senyum sinis Irwan menjawab.
"Bapak lupa kalau bapak pernah menyuruh Irwan pergi dari sini, aku pikir bapak sudah gak peduli lagi sama anaknya"

"Irwan..!! Sopan sedikit bicara dengan orang tuamu" bentak bapak Irwan.

"Apa.? Orang tua ? bapak masih merasa kalau aku ini anak bapak?"

"IRWAANNN..!!" Suara bapaknya begitu lantang menggema di seluruh ruangan.

"Kalau aku ini masih anak bapak? Selama ini kenapa bapak tak mencari aku, apakah aku
baik2,masih hidupkah ? atau sudah mati. Bapak malah sibuk dengan wanita ganjen itu"

"PLAAAAAKKKKK...!!" tamparan medarat di pipi Irwan. Namun hal itu tak membuat Irwan diam.
Malah semakin menjadi apa yang selama ini tertumpuk di benaknya ia keluarkan semuanya.
Irwan memegang pipinya, tamparan itu masih terasa sakit.

"Bapak rela memukul anaknya sendiri demi wanita gak jelas itu?" Air matanya menetes, bibir bawahnya di gigit kuat seakan2 menahan perihnya hatinya.

"Begitu mudahnya bapak melupakan ibu yang sudah puluhan tahun menemani bapak, sedemikian tertutupkah hati
bapak buat ibu ? Menyesal aku pulang hari ini, padahal aku ingin tunjukkan ijazah ku kalau aku sudah lulus" Irwan menggulung ijazah yang ada di tangannya.

"Aku pikir bapak akan bangga pada anaknya, ternyata... Aku kecewa sama bapak"  Tanpa menoleh Irwan pergi dengan tas
ransel di pundaknya.

"Irwaaaann...!! Mau kemana lagi kamu" Teriak bapaknya.

Irwan terus saja berlalu tak menghiraukan teriakan bapaknya.

"Sudahlah mas, biarkan dia pergi, Itu kan maunya sendiri. Kita bikin sendiri anak yang bisa di atur" Rayuan manja istri barunya ini cukup membuat bapak satu anak ini diam tak berdaya.

***

"Aaarrgghhhh. Persetan dengan semuanya" Teriak Irwan begitu geram.

"Aku benci kehidupan ini. Aku benci. Kenapa aku di lahirkan jika hanya melihat kedua orang tuaku terpisah. Kenapa aku tidak di lahirkan dari rahim ibu Rafly saja. Mereka begitu menyangiku, seperti keluarga sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diatas Sajadah Aku MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang