Part 5

171 5 0
                                    


Sebulan berlalu keinginan Irwan untuk berhenti merokok, maju mundur, terkadang Irwan juga
tak tahan dengan godaan. Rayuan Badenk dan harumnya bau rokok yang membuat darahnya tersirap.
Irwan selalu berusaha menghindar dari Badenk dengan
pulang kerumahnya. Namun tiap kali melihat bapaknya, Irwan selalu teringat akan ibu dan
pertengkaran yang membuat hidupnya tak jelas seperti sekarang.
Dilema yang ia rasakan, tinggal dirumah hanya derita batin yang Irwan rasakan. Sedangkan hidup
dijalanan dirinya harus berperang dengan keinginannya untuk berhenti merokok.

**

Pagi menjelang siang saat jam istirahat, Ega menghampiri Irwan yang tengah duduk, kepalanya direbahkan di atas bangku, Lengannya di jadikan alas penyanggah kepalanya.

"Kamu sakit Wan? Tangannya meraba kening Irwan.

Irwan mendongakkan kepalanya. Tersenyum dengan helaan nafas berat.

"Enggak. Cuma badan sedikit letih"  jawabnya.

Ega duduk dikursi tepat di depan Irwan sambil memperhatikan wajah Irwan yang nampak lesu dan sedikit kurusan.

"Jaga kesehatan bentar lagi kita
mau memasuki ujian nasional, Kita harus lulus dengan nilai yang baik. Biar bisa masuk ke perguruan tinggi yang bagus"

Kembali Irwan tercengung dengan perhatian gadis mungil dihadapannya. Teringat akan komitmen sebulan yang lalu bahwa dirinya akan mendapat jawaban atas pertanyaan waktu itu jika ia bisa lepas dari kecanduan merokok, karena penasaran yang begitu besar, Irwan terpaksa berbohong. Meskipun sebenarnya sampai detik ini dia masih belum bisa
lepas dari kecanduan merokoknya.

"Sekarang boleh aku tau jawabannya Ga?" sambil menatap Ega lekat2.

"Jawaban apa ?" Tanyanya, kedua alisnya bertaut, entah apakah Ega lupa atau pura2 tidak ingat dengan janjinya 1 bulan yang lalu.

"Jawaban tentang kepedulianmu" nampak expresi kaget di wajah Ega. " kamu gak lupa kan ?

Nafas Ega mulai sesak ada rasa takut tiba2 menyelinap dihatinya. didalam pikirannya berkecamuk. Antara ingin mengungkapkan atau
tidak sama sekali. Cukup lama Ega terdiam. Pertanyaan yang sama dilontarkan kembali oleh Irwan.

"Apa arti kepedulianmu ini ? Apakah kamu punya perasaan
yang sama seperti yang aku rasakan selama ini sama kamu?"

Kata2 Irwan seperti memberikan jalan buat Ega.

"Aku...aku...aku..." Ucapnya terbata2, Irwan meraih kedua tangan Ega menggenggamnya
erat meyakinkan atas perasaan Irwan.

"Selama ini aku memang suka sama kamu Ga, bahkan sebelum kita satu kelas, Namun perasaan ini aku simpan, aku sadar diri mengagumi perempuan sesempurna kamu bagiku udah cukup. Ega membalas tatapan mata Irwan yang begitu serius. dan membiarkan jari jemarinya dalam genggamannya.

"Lalu apa arti sikap pedulimu terhadap hidup aku ? Untuk
ketiga kalinya Irwan bertanya.

"Aku...aku..peduli sama kamu karena..karena.."Ega menundukkan pandangannya.

"Karena apa Ga, Liat mata aku Ga dan jawab pertanyaanku" kelopak mata yang menutupi bening mata Ega diangkat perlahan. Pandangannya terhenti pada 2
bola mata bulat yang di naungi oleh alis tebal di wajah Irwan.

"Karena aku.....aku...aku....suka
sama kamu" seperti keluar dari ruangan yang menghimpit Irwan
menghela nafas lega dan senyum yang mengembang. Tubuhnya keluar bunga2 seperti lakon yang jatuh cinta dalam sinetron. Rasa
tak percaya gadis yang selama ini ia kagumi ternyata mempunyai perasaan yang sama.

"Kalau boleh tau sejak kapan kamu suka sama aku? Tanyanya masih penasaran.

"Sejak aku tau hati kamu seperti malaikat" Irwan mengerinyitkan keningnya tak mengerti dengan kata2 Ega.

Diatas Sajadah Aku MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang